Aku sampai di kediaman Zurich hampir jam sepuluh malam, setelah selesai membersihkan diri aku berjalan ke tempat tidur dan berbaring namun lampu belum aku matikan, aku masih ingin bersemedi sebelum tidur, memikirkan setiap puzzle yang sepertinya sudah mulai terhubung satu sama lain.
' Homuculus'
Aku menarik nafas, memutar kembali ingatanku pada buku-buku peninggalan kakekku yang pernah aku baca.
' Dimana aku pernah membaca nama ini?'
Aku mengubah posisiku menghadap ke kiri, menatap lampu tidur yang masih menyala, mataku menyusuri meja tempat lampu itu berdiri, sesekali aku memegang keningku, kepalaku terasa pusing karena terlalu banyak yang aku pikirkan.
Aku dikagetkan oleh pintu kamar yang dibuka dan langsung mengenali orang yang masuk ke kamarku tanpa izin itu, reflek aku langsung bangkit duduk.
" Ap....apa yang kau lakukan di kamarku?"
" Tidur, mau ngapain lagi", jawabnya dengan santai.
" Tapi ini kamarku!"
" Ini juga kamarku".
Aku tersenyum, tapi terlihat sekali kalau senyumanku itu bukan karena senang tapi karena kesal.
" Aku sudah beberapa hari disini, dan anda tidak pernah menampakan hidung anda, lalu kenapa sekarang anda mengatakan kalau ini kamar anda?"
" Itu karena sesampainya disini, aku sangat sibuk, kita bahkan hampir tidak bertemu beberapa hari belakangan ini, bukan?"
" Sir, aku yakin kediaman anda yang luas ini punya banyak kamar, kenapa harus menganggu aku disini?"
" Kenapa? tentu saja karena kau adalah istriku".
" Kita belum menikah yang mulia Grand Duke Zurich Dagaras!"
" Dengan adanya tanda ini, kau sudah resmi jadi tunanganku, tinggal mengirim berkas ke pusat data maka kerajaan juga sudah mengakui pernikahan kita"
" Dan kenyataannya kita belum resmi kan?"
Dia menatapku lama.
" Baiklah kau bisa memakai kamar ini, aku akan tidur di kamar tamu" akhirnya aku mengalah dan melangkah ke pintu.
Dia memegang tanganku untuk menghentikan.
" Butterfly, aku melakukan semua ini karena aku ingin melindungi mu" ucapnya dengan lembut.
Aku tertawa kecil, " Melindungi dari siapa? justru kau yang berbahaya bagiku".
" Terserah kau percaya atau tidak, tapi kita tidak tau kapan pembunuh bayaran akan menyusup ke rumah ini dan membunuhmu!".
" Apa kau bercanda? aku sudah berapa hari di sini tapi tidak ada satupun yang datang"
" Berhentilah keras kepala!"
' Hei siapa disini yang keras kepala? kau yang menipuku terus mengurungku di kastil megahmu lalu sekarang ini tidur denganku? kau pikir aku murahan?', sungutku di kepala.
" Oke, kenapa kau begitu ingin melindungi ku yang mulia? apa untungnya bagimu?"
" Kalau aku bilang kau cinta pertamaku apa kau akan percaya?"
Aku tertawa dengan keras.
" Cinta pertama? Pria mana yang menghunuskan pedangnya kepada cinta pertamanya? pria mana yang membiarkan wanitanya hampir mati kelelahan?" tanyaku tidak percaya
" Atau-" aku menutup mulutku dengan tangan yang sudah dilepaskannya.
" Jangan-jangan love language mu adalah physical abuse?" tanyaku kepadanya namun diresponnya dengan tawa kecil.
Dia memegang kepalaku sebentar lalu mengambil bantal diatas tempat tidur kemudian beralih melihat ke arahku sambil tersenyum miring, seolah-olah sedang mengejekku.
" Berhenti memikirkan yang tidak-tidak, kau tidur di kasur dan aku akan tidur di sofa", jawabnya kemudian berjalan ke sofa dan menghempaskan badannya disana.
' Berduaan dengan si mesum ini apa akan baik-baik saja?bagaimana kalau tiba-tiba dia naik kesini dan melakukan hal-hal aneh kepadaku?'
Aku bergidik ngeri tapi tetap berbaring dan menarik selimutku sampai kepala, aku membelakangi pria yang tidur di sofa itu, aku tidak membahas apapun lagi dengannya dan berusaha untuk memejamkan mataku.
Aku tidak tau kapan aku tertidur namun aku dibangunkan oleh suara besi yang saling beradu, saat aku membuka mata, aku melihat Zurich tengah bertarung dengan dua orang berpakaian serba hitam, aku bangkit duduk dan dengan gemetar memperhatikan seluruh ruangan, nampak beberapa mayat yang sudah bersimbah darah terbaring dilantai.
' Jadi dia tidak bohong soal melindungi ku?' pikirku.
Saat aku hendak turun dari tempat tidur untuk mencari sesuatu yang bisa aku pakai untuk melindungi diri salah satu dari orang yang berpadu hitam itu bergerak kearah dan hendak menghujamiku dengan pedangnya ketika sebuah pedang menembus dadanya tepat di mataku.
Aku berteriak karena kaget, kaki terasa tidak bertulang, seluruh tubuhku gemetar melihat darah segar mengucur di pedang yang tertancap di dada orang itu, beberapa saat kemudian para ksatria datang dan segera membekuk pembunuh bayaran yang tertinggal.
" Jangan bunuh, kita akan menarik informasi darinya, masukan dia ke dungeon!" perintahnya kepada kstaria tersebut.
" Anda baik-baik saja Sir?" tanya Gawin melihat keadaan sekitar.
Zurich mengangguk lalu melangkah ke arahku, lalu menggendongku.
" Kita akan pindah kamar, kau baik-baik saja?"
Aku mengangguk, aku tidak punya kekuatan lagi di sekujur tubuh, dia memeluk tubuhku yang gemetar dan dengan cepat meminta pelayan menyiapkan air hangat serta memanggilkan dokter untukku.
Dia dengan lembut membaringkanku di kamar yang lebih luas dari kamar yang aku tepati sebelumnya, namun karena tubuhku yang masih gemetar dia menarik aku ke pelukannya dan berusaha menenangkanku.
" Semua akan baik-baik saja, aku pasti akan selalu melindungi mu", ujarnya sambil menepuk-nepuk lembut pundakku.
Air hangat membasahi pipiku, insiden itu mengingatkanku pada kejadian pemusnahan keluargaku, bayangan itu terus terputar di kepalaku yang membuat gemetar tubuhku semakin hebat, dia yang menyadari itu melihat ke arahku dan mengelap air mataku dengan tangannya.
" Sisi aku disini, tidak ada yang perlu ditakutkan oke? selama ada aku tidak akan ada satu orangpun yang dapat menyentuh sehelai rambutmu bahkan jika mereka berani untuk mencoba aku tidak akan membiarkan mereka mati dengan tenang, hmm!"
" A-aku takut" ujarku dengan suara lirih.
" Sshhhhhhhhh" dia kembali mengelap air mataku dan memelukku dengan hangat, dia berusaha menenangkanku yang masih gemetar.
***
Aku tidak tau lagi apa yang terjadi setelah itu yang jelas saat aku membuka mata, hari sudah siang sekitaran jam sebelas, mataku terasa perih dan bengkak.
" Kau sudah bangun?" tanyanya menghampiriku lalu menyentuh keningku.
" Sepertinya demam mu sudah turun", tambahnya lalu memberikan kompres batu es kepadaku.
" Kau sebaiknya kembali berbaring".
Dia meminta seorang pelayan untuk memanggilkan dokter, pelayan itu mengangguk dan bergegas menjauh dari kami.
" Aku baik-baik saja", protesku ketika dia mendorong tubuhku untuk berbaring.
" Baik apanya, kau sudah tidur selama dua hari, bahkan kau panas tinggi kemaren, kita akan mendengar dari dokter apakah kau sudah baikan atau belum".
" Aku benar-benar sudah baikan Sir".
" Diam Lah"
Tidak lama kemudian pelayan tadi kembali dengan diikuti oleh seorang pria paruh baya dibelakangnya, dia segera memeriksa memeriksaku.
" Bagaimana?"
" Dia sudah baikan Sir, dengan istirahat yang cukup dia sudah bisa beraktifitas seperti biasa, seperti yang saya bilang kemaren, Miss Sisi hanya mengalami syok ringan sehingga menyebabkan dia panas tinggi, minumlah obat yang saya resep kan kemaren sampai habis" jawabnya.
" Baiklah".
Dokter itu undur diri setelah beberapa saat berbicara dengan Zurich, dia meminta pelayan mengantarkan orang lalu beralih ke arahku.
Dia menyentuh rambutku dengan lembut, " Syukurlah kau baik-baik saja".
" Bagaimana dengan pembunuh bayaran kemaren Sir? apa kau sudah mendapatkan informasi tentang siapa yang mengirimnya?"
" Dia meninggal bunuh diri dengan cara menggorok lehernya dengan pedang ksatria yang mengantarnya ke dungeon", jawabnya sambil menatapku dengan lembut, " Seseorang memang menginginkan kepalamu, sepertinya informasi dari Aria memang benar adanya".
" Aria?"
" Iya, dia memintaku untuk membunuhnya, dia khawatir dia akan membunuhmu karena dikendalikan oleh orang yang ingin membunuhmu, seperti yang kami duga, informasimu bocor ke tangan musuh karena Aaron berhasil lolos dari pengejaran".
" Apa kau sudah mendapat gambaran siapa orangnya?"
Dia menggeleng.
" Aku rasa orang ini masih adalah dalang dari semua bencana yang terjadi kerajaan ini, entah apa yang sedang mereka rencanakan".
Dia kembali menyentuh rambutku, " Istirahatlah, aku akan meningkatkan penjagaan di depan kamarmu, jadi kau bisa aman, aku akan ke istana karena ada Emperor memanggilku".
Dia kembali melihat ke mataku, mata kami bertemu cukup lama lalu dia bangkit dan beranjak keluar dari kamar yang aku tepati, terdengar dia memerintahkan penjaga untuk tidak meninggalkan kamarku apapun yang terjadi.
Dua hari kemudian aku sudah sepenuhnya sehat, baik secara fisik maupun secara mental, aku meminta pelayan yang bernama Marie yang ditugaskan oleh Zurich sebagai pelayan pribadiku, Marie adalah awakener type petarung, dia cukup hebat sehingga Zurich mempercayainya untuk menjagaku.
" Aku mau ke alun-alun", ujarku kepada Marie yang sibuk membereskan pakaianku di lemari.
" Baiklah, tapi apa tidak sebaiknya anda minta izin ke Grand Duke dulu Miss?"
" Apa kau tidak percaya dengan kekuatanmu, Marie?"
" Tentu saja saya percaya Miss tapi Grand Duke akan khawatir jika anda kenapa-kenapa nantinya".
" Baiklah", jawabku segera menuju ruangan kerja Zurich namun belum sampai aku diruang kerjanya aku berpapasan dengan dia dan Claude.
" Aku mau izin keluar", ujarku langsung ke topik.
" Kau mau kemana?"
" Ke tempat Miranda".
Dia melihat ke arahku lalu menghembuskan nafasnya.
" Baiklah tapi kau harus membawa ksatria beberapa orang".
" Marie aja bukankah sudah cukup?"
" Butterfly, saat ini kau sedang tidak aman, aku khawatir jika kau berkeliaran hanya berdua dengan Marie, itu akan memberikan celah bagi mereka untuk menyerang mu, bukan berarti aku tidak percaya dengan kekuatan Marie, tapi mengingat kita tidak tau siapa yang menjadi musuh kita, maka akan lebih bijaksana jika kau tidak bepergian berduaan saja dengan Marie".
" Tapi jika aku membawa banyak ksatria bukankah akan sangat mencolok? sama saja aku memberi tahu mereka keberadaan ku".
" Setidaknya bawa Gawin denganmu" jawabnya akhirnya.
Aku tersenyum cerah kemudian dengan bahagia meninggalkan dia dan Claude kemudian segera berangkat menuju toko Miranda.
" Marie dan Gawin tunggu saja diluar, aku akan aman disini", ujarku kepada mereka sesampainya kami di depan toko kue tersebut.
Mereka mengangguk lalu aku langsung menuju ruang rahasia di toko tersebut, Miranda yang menyadari kedatanganku langsung menghampiri dan memelukku.
" Kamu terlihat kurusan", ujarnya memeriksa seluruh tubuhku.
" Aku masih sama seperti sebelumnya" jawabku.
Dia tersenyum kemudian mengajakku ke ruangannya lalu dia meminta anggotanya untuk menyiapkan minuman dan makanan ringan untukku.
" Sisi, aku dengar kau sudah kembali ke Capital namun alih-alih balik ke rumahmu kau malah tinggal di kediaman Grand Duke Zurich Dagaras, apa yang terjadi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments