Side story 2

Diruangan yang terlihat sederhana tersebut Zurich memandangi gadis yang terbaring di atas tempat tidur itu, ada sesuatu aneh yang muncul dari dadanya, seolah-olah perasaan itu memperingatkan dia akan kehadiran gadis itu, walaupun mempunyai rambut hitam panjang yang menawan dan kulit putih yang memikat, pakaian yang dikenakan gadis itu sangat sederhana namun tidak menutupi paras cantiknya.

Gadis itu membuka matanya sambil memijit-mijit lehernya, Zurich tidak mengerti mengapa dia bertingkah aneh saat bangun dari tidurnya, dia memperhatikan gadis yang masih bingung melihat sekitarnya, bola matanya yang berwarna hijau zambrut menambah keelokan wajahnya.

" Kau sudah sadar?" ujarnya berusaha sesantai mungkin namun nampaknya tidak berhasil malah dia terkesan dingin dan tidak bersahabat.

Gadis itu menoleh kepadanya sambil bertanya, " Siapa?"

Perasaan aneh itu kembali muncul didadanya ketika dia mendengar suara gadis itu yang mebuatnya merasa tidak nyaman berlama-lama berduaan, dia melangkah menghampiri gadis yang hanya menatapnya tanpa suara itu, " Ikuti aku!"

Gadis itu hanya menatapnya sambil masih duduk diatas tempat tidur, Zurich yang merasa ucapannya tidak di dengar merasa kesal ditambah lagi perasaan aneh yang menggerogoti dadanya sejak pertama kali dia melihat gadis itu membuatnya melontarkan kata-kata yang seharusnya tidak dia ucapkan.

" Apa yang kau tunggu?! apa kau mau dijebloskan ke penjara atas tuduhan praktek medis illegal? tidak buruk juga!" ujarnya sambil keluar kemudian di dalam hatinya dia menyesali ucapannya.

Terdengar gadis itu meneriakan " Apa?"

Lalu dia mengejarnya dengan terengah-engah, Zurich sebenarnya berfikir bahwa gadis itu sangat mengemaskan karena mengejarnya dengan kaki pendeknya namun dia menutup senyumannya dengan wajah dingin.

Sesampainya di ruangan Alfred, gadis itu dengan cekatan memeriksanya, dia terlihat terbiasa bertemu dengan pasien seperti alfred, sesekali dia mengajukan pertanyaan yang dijawab dengan ramah oleh Claude yang baru saja masuk, dan dengan percaya diri menjelaskan keadaan Alfred.

" Garaga Q membutuh daun Linus dan bunga jempa untuk penawarnya, kalau kita bisa mendapatkan dua tumbuhan itu, nyawa Sir Red sudah bisa diselamatkan", ujarnya dengan wajah serius.

" Daun Linus? bukankah itu tumbuhan yang hanya ada di bukit Tar-Tar, dekat sungai Baloki?" tanya Zurich yang kagum akan pengetahuan gadis itu, tidak banyak orang yang tau tentang tumbuhan yang hanya hidup di wilayah monster tersebut, gadis itu mengangguk.

Zurich menimbang-nimbang resiko yang akan di lewati jika dia mengutus salah satu anggota dan dia yakin akan butuh waktu yang lama jika dia mengutus mereka, akhirnya dia memutuskan untuk pergi sendiri ke Bukit Tar-Tar tersebut.

Mencapai bukit Tar-Tar sangatlah mudah bagi Zurich karena dia dapat maju tanpa harus ada yang dilindungi, hanya memakan waktu setengah hari baginya untuk sampai di bukit yang tampak horor tersebut, kabut pekat yang menyelimuti tempat itu memberikan suasana yang makin mencekam.

Zurich melanjutkan perjalanannya dengan siaga karena dia tidak tau kapan monster akan menyerangnya dan darimana serangan itu akan datang, dia mempertajam semua indranya lalu sebuah bayangan besar muncul dari balik pepohonan, Zurich bersiaga dan memperhatikan bayangan hitam itu dengan seksama.

" Beraninya seekor lalat menginjakan kaki ke wilayah kekuasaan tuan Sloth", geram suara itu semakin dekat kearahnya.

Tampak seekor kelinci putih berlari kearahnya yang diikuti oleh hentakan kaki yang kuat, ada getaran yang terasa ditanah saat mahluk itu berjalan.

" Troll?" bisiknya.

" Hoya hoya, siapa ini yang aku temukan? tidak hanya seekor lalat tapi ada lalat lain yang lebih menjijikan, haha-" ucap mahluk itu.

Dia memandang Zurich dengan sudut matanya, memberikan intiminasi yang kuat dan merendahkan dengan senyuman sombong yang menghias wajahnya yang lebar, ukurannya yang sangat besar dan dengan tinggi lima meter itu membuat Zurich mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang.

" Hoho hoho, Tuan Sloth, saya akan mempersembahkan makanan yang lezat ini kepada anda" teriaknya sambil mengangkat kayu besar yang dijadikannya senjata dan menghantam kearah Zurich namun dia menghindarinya dengan cekatan.

" Lincah juga kau manusia, haha" dia masih tertawa dengan menyeramkan, lalu kembali menghujani Zurich dengan senjatanya bahkan kakinya yang besar ikut serta untuk menginjak sampai mati namun dia dengan tertawa kecil menghindari sepak terjang monster tersebut.

Dia melompat ke atas cabang batang pohon lalu mengayunkan pedangnya ke lengan Troll tersebut namun kulitnya yang keras tidak mampu dilukai oleh pedang biasanya.

" hahaha apa kau sedang bercanda manusia? bagaimana kau bisa melawanku dengan besi tua jelek itu, bahkan gigitan nyamuk lebih terasa dari benda itu" ejeknya.

" Kau terlalu merendahkanku mahluk sialan" teriak Zurich kembali melompat menjauh beberapa langkah, lalu dia memfokuskan kekuatan di pedangnya, pedangnya ditutupi oleh api berwarna biru menyala.

" Heh seorang awakener api biru rupa, cih".

Dia kembali menghamtamkan senjatanya kepada Zurich namun dengan gesit dia menghindar dan melompat menaiki senjata mahluk itu lalu menebas lengannya dengan pedang api miliknya, lengannya pun terjatuh ketanah yang meninggalkan cipratan darah berwarna ungu gelap ketanah, mahluk itu berteriak menahan sakit dan kemudian dengan ganas menyerang Zurich kembali.

" Mati mati mati kau mahluk rendahan, akan aku persembahankan isi perut mu kepada tuan Sloth penguasa wilayah ini", teriaknya dengan marah sambil bertubi-tubi mengayunkan kakinya untuk mengijak Zurich.

Zurich dengan gesit menghindar dan menyerang, satu kaki mahluk itu sampai putus, tidak hanya itu, semua tubuh mahluk itu luka oleh pedang api yang menghujaninya bertubi-tubi lalu denga cepat Zurich melompat ke tangan mahluk itu menuju bahunya dan menebas leher mahluk itu dengan sekali tebasan, darah mencuat dari pembuluh darah dilehernya, membasahi seluruh tubuh Zurich.

Dia melompat menjauh dari mahluk itu yang sudah tumbang ketanah, bunyi benda jatuh dan getaran yang keras terdengar jelas di telinganya, dia memandang ke sekeliling, tidak ada lagi tanda-tanda monster lain akan muncul hanya ada seekor kelinci putih yang bersembunyi di balik pohon.

Zurich melangkah pergi meninggalkan bangkai Troll tersebut namun dia dihadang oleh kelinci putih yang tadi bersembunyi, dia menghentikan langkahnya.

" Apa kau juga mau dibunuh?" ucapnya sambil menarik pedang dari pinggangnya, kelinci itu mendekat dan mengigit jubahnya paling bawah dan menariknya menuju monster yang dia kalahkan tadi.

" Kau mau aku mengikutimu?"

Kelinci itu melompat seolah-olah dia paham apa yang Zurich katakan, diapun mengikuti kelinci tersebut menuju bangkai troll yang sudah bersimbah darah, kelinci itu melompat memutari bangkai mahluk itu lalu dia melihat kearah Zurich dan mengangkat satu kakinya.

Zurich mendekatinya dan kelinci itu melompat ke dalam genangan darah lalu memperlihatkan sesuatu kepada nya, disana tampak sebuah batu berwarna berwarna biru kehitaman, dia mengambil batu itu.

" Apa kau ingin aku membawa ini?"

Kelinci itu menjawabnya sambil mengangkat satu kakinya.

" Baiklah", jawab Zurich lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu, kelinci itu terus mengikutinya bahkan saat Zurich sudah sampai di lereng bukit Tar-Tar, terlihat pemandangan lereng itu yang jauh berbeda dengan kaki bukit itu, banyak tumbuhan yang berbunga dengan berbagai macam warna menjadikan tempat itu seperti taman tersembunyi di wilayah Elf bukan wilayah monster.

Dia duduk dibawah sebuah pohon untuk istirahat, hari sudah gelap, dia mengambil beberapa ranting pohon dan menyalakan api untuk membakar ikan yang dia dapatkan ditepi sungai dekat lereng itu.

" Kenapa kau mengikuti sampai kesini?" tanyanya kepada kelinci itu namun mahluk itu hanya diam, tidak ada isyarat seperti yang dia lakukan siang tadi.

" Apa aku sudah gila berbicara dengan binatang begini?" ucapnya sambil tertawa kecil.

Malam berganti pagi Zurich melanjutkan perjalanannya, mencari-cari di lereng bukit itu daun yang diminta si gadis racun itu.

" Daun linus, dimana kira-kira aku bisa mendapatkannya" gumamnya melihat ke sekitar, si kelinci yang mendengar gumaman zurich menarik lagi jubahnya, Zurich menoleh kearahnya lalu kelinci itu menuntun Zurich ke puncak bukit Tar-Tar, kemudian dia berhenti ditepi jurang lalu menunjuk jurang itu dengan kakinya.

" Maksudmu daunnya ada dibawah sana?"

Kelinci itu mengankat satu kakinya, lalu Zurich melihat ke tepi jurang yang ditunjukan oleh kelinci tersebut, di tebing itu nampak beberapa tumbuhan dengan daun berbentuk jari.

" Bagaiman bisa gadi situ mengetahui tumbuhan yang hanya hidup di tebing yang curam begini? ditambah kawasan tumbuhnya di wilayah monster", gumam Zurich tidak habis pikir dengan gadis yang dia temui itu, lalu dia segera turun untuk mengambil daun tersebut.

Zurich mengambil daun itu dengan kuantiti yang cukup banyak dan tidak lupa dia mengambil beberapa tunas yang akan dia tanam di kediamannya, setelah selesai dia naik lagi ke puncak bukit dan bergegas hendak kembali ke kediaman Duke Abelard namun dia dihadang oleh kawanan Chimera.

" Tidak mungkin akan semudah itu", ucapnya sambil tersenyum dan bersiap menyerang kawanan Chimera yang ada sekitar dua puluh ekor tersebut.

Mahluk itu mengepung Zurich dari segala arah, kelinci putih yang tadi berada di dekatnya sudah hilang entah kemana, mereka menyerbu Zurich bersama-sama namun dengan satu ayunan Zurich dapat menangkis serangan kawanan tersebut.

Pertarungan Zurich dan kawanan itu cukup lama, dia merasa ada yang salah dengan kawanan Chimera tersebut, walaupun dia sudah beberapa kali membunuh mereka namun tidak satupun dari mereka yang tanpak terluka bahkan mati, dia merasa jika dia masih belum bisa mengalahkan mahluk itu maka tidak tertutup kemungkinan dia akan berada dalam kondisi berserk.

Akhirnya dia menarik nafas dan menfokuskan kekuatannya kepada pedannya lalu pedangnya di tutupi oleh api yang berwarna hitam, dia mengayunkan pedangnya pada setiap Chimera yang menyerangnya, Api hitam adalah api yang tidak akan mati sampai apa yang dibakarnya habis menjadi abu, itulah satu-satunya cara yang dia pikirkan agar bisa keluar dari pertempuran yang tidak berujung itu.

Satu per satu mahluk itu terbakar menyisakan dua ekor tersisa namun sepertinya salah satu dari mereka menyadari api hitam Zurich, mereka mengaum lama lalu pergi meninggalkan kawanannya yang terbakar dan Zurich yang sudah gemetar karena staminanya yang sudah habis.

Dia istirahat selama beberapa jam, dadanya sudah mulai terasa sakit yang menandakan bahwa dia sudah berada pada kondisi berserk stadium satu.

" Aku harus segera kembali dan beristirahat", ujarnya mencari-cari daun yang sudah dia bungkus tadi namun tidak menemukannya.

Dia menghela nafas, apakah ini artinya aku harus mengambil daun itu lagi, pikirnya sambil duduk dibawah batang pohon yang rindang, matahari sudah hampir terbenam itu artinya dia sudah menghabiskan dua hari di bukit tersebut, dia mengangkat tubuhnya yang sudah terasa berat dan berjalan kearah jurang tempat dia mengambil daun linus tadi.

Ada hal yang tidak biasa dengan kondisi berserknya, seakan-akan setiap jam berlalu menambah kondisinya menjadi lebih parah, dia memutuskan untuk kembali ke bawah pohon besar tadi dan memutuskan untuk beristirahat lebih lama.

Dini hari, kelinci putih yang tadi hilang kembali sambil menyeret bungkusan daun linus yang sudah dipetik Zurich, dia menatap mahluk itu dengan heran.

" Kemana saja kau? kenapa bingkisan itu ada ditanganmu?"

Kelinci itu melompat dan berputar-putar di dekat bingkisan yang dibawanya, Zurich mengerutkan dahi.

" Apa kau mau bilang bahwa kau menjaganya supaya tidak direbut kawanan Chimera?"

Dia mengangkat satu kakinya.

Zurich tertawa dengan keras, tidak terpikir olehnya kalau dia akan bertemu dengan kelinci aneh tersebut, lalu dia bergerak menuju lereng bukit, sikelinci putih terus mengikutinya, akhirnya setelah sampai di kaki bukit dia segera menggunakan scroll teleportasi ke kediaman Duke Abelard, tidak lupa dia membawa kelinci putih yang sepertinya ingin mengikutinya.

Sesampainya di kediaman Duke Abelard dia bertemu dengan Claude dan gadis yang di panggil Butterfly oleh timnya, dia langsung menyerahkan bingkisan itu kepada Claude dan memintanya untuk memberikan tunas daun linus kepada tukang kebun kediaman tersebut.

Claude pergi membawa beberapa tunas tanaman meninggalkan Zurich dan gadis bernama Butterfly tersebut, dia memberikan daun yang sudah dia petik kepada gadis didepannya.

" Menggemaskannya, apa anda akan menjdaikannya peliharaan?" tanya gadis itu dengan mata berbinar-binar menatap kelinci yang ada di tangan kanan Zurich.

' Apa sebaiknya aku kasih ke dia saja kelinci ini? kayaknya dia sangat menyukai mahluk ini, pikirnya.

Dia masih menatap kemata Zurich untuk menunggu jawaban, senyuman manis masih menghiasi wajahnya.

" Tidak, ini buat cadangan makanan".

Gadis itu membatu untuk beberapa saat lalu dengan wajah masam meninggalkan Zurich yang tersenyum kecil melihat reaksi gadis yang hampir menghilang diujung koridor tersebut.

Beberapa jam kemudian Zurich sudah selesai membersihkan diri dan hendak pergi bertemu dengan anggota timnya untuk membahas langkah yang akan mereka lakukan selanjutnya karena adanya penundaan misi karena keadaan Alfred, saat di melewati dapur dia melihat Butterfly tegah sibuk mengipas-ngipas kompor, keringat yang bergulir dipelipisnya memperlihatkan bahwa gadis itu sudah berjam-jam berkutat di dapur tersebut.

" Berapa lama lagi waktu yang kau butuhkan?" ujarnya dari pintu dan menangkap reaksi kaget dari gadis tersebut.

" Masih dalam proses, aku tidak bisa sembarangan memberikan penawarnya karena efek samping dari daun linus cukup berbahaya" jawabnya masih sibuk dengan obat herbalnya.

Zurich mendekatinya, melihat ke dalam belanga yang diatas kompr tanah liat kecil tersebut, gadis itu tampak terganggu dengan kehadirannya, dia meliriknya beberapa kali, sepertinya dia enggan untuk berbicara kepada Zurich namun akhirnya dia memintanya untuk pergi.

" Saya menjadi gugup kalau ada orang yang memperhatikan Saya ketika sedang bekerja" ujarnya kepada Zurich yang membuat dia menatap gadis itu dengan lama, namun akhirnya dia memutuskan untuk pergi dan mengganggu lagi kegiatan gadis tersebut.

Episodes
Episodes

Updated 94 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!