Kota Altina merupakan salah satu kota besar yang menyongkong kerajaan Bilzard, bisnis yang menguasai kota ini adalah sebuah rumah bordil yang dimiliki oleh orang bernama Lui.
Mereka membeli berbagai budak yang dikirimkan dari negara lain tidak terkecuali dari kerajaan tetangga bahkan tidak aneh jika ras-ras yang seharusnya tidak bersama manusia turut berada di sini juga.
Di dalam sebuah jeruji besi seorang gadis dengan kimono putih hanya meringkuk meratapi nasibnya, ia memiliki rambut putih serta tanduk di keningnya namun itu bukan dimiliki oleh ras iblis melainkan ras lainnya yang disebut sebagai Kisin.
Mereka adalah ras yang berevolusi dari binatang suci.
Salah satu pria kasar membuka jeruji tersebut lalu menyeretnya keluar.
"Mari bergerak."
"Ugh."
Dia merasakan rasa sakit di tangannya walau begitu ia tidak bisa melawan saat dirinya diseret olehnya.
"Bukannya ini rumah bordil?"
"Jangan khawatir, nyonya Lui tidak akan menjadikanmu sebagai pekerja di sini, ia hanya membutuhkan kemampuanmu saja."
Di sisi lain gadis tersebut terlihat lega namun di sisi lain ia sangat waspada, jika bukan itu yang diinginkan dari pemilik tempat ini, maka hanya satu jawabannya.
Yang diinginkan oleh wanita ini adalah sebuah kemampuan miliknya.
Mereka sampai di sebuah pintu yang terpisah dengan pintu lainnya. Si pria kasar mengetuk pintu beberapa kali dan suara wanita membalasnya.
"Biarkan dia masuk dan tunggu di luar."
"Sesuai yang Anda inginkan."
Gadis tersebut berjalan sendiri dan melihat seorang wanita yang duduk di meja dengan cerutu di tangannya. Ia memiliki rambut merah yang diikat sanggul dengan pakaian yang cukup terbuka yang menampilkan seluruh dadanya.
"Untuk melihat ras Kisin di tempatku sungguh sesuatu yang mengejutkan, sebelumnya kalian dikenal sebagai pegasus bukan, seekor kuda putih."
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Siapa namamu?"
"Namira."
"Nah Namira, aku tidak tahu kenapa kau bisa berakhir sebagai budak dan aku juga tidak tertarik dengan hal itu, yang aku inginkan adalah kemampuan yang dikatakan hanya dimiliki ras kalian, sejauh ini apa kau mengerti apa maksudku?"
Gadis itu membuka mulutnya.
"Kemampuan untuk meramal masa depan."
"Benar sekali, jika kau tidak ingin ditiduri pria maka kau harus bekerja sama denganku... aku peringatkan pria-pria di sini sangat buas, mereka tidak segan membuatmu tidak bisa berjalan beberapa hari karena kesakitan di bagian... yah kau tahu apa itu?"
"Benar-benar perkataan vulgar, meski aku bisa meramalkan masa depan, ada harga yang menyertainya."
"Tidak masalah, lagipula aku yakin bahwa harga itu dibayar oleh penggunanya, apa aku benar?"
"Setiap satu ramalan, itu akan merebut satu tahun dari hidup kami."
Lui menyeringai senang.
Namira bisa saja berkata bahwa umur orang yang memintanya yang berkurang, namun sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan karena sejak lama Lui sudah mengetahuinya.
Itu juga alasan kenapa dia mau membeli Namira dengan harga tinggi.
"Sekarang tolong ramalkan apa yang akan terjadi di kota ini?"
"Aku hanya bisa meramal satu hari sekali."
"Tidak masalah lagipula aku tidak terlalu bergantung padanya setiap saat."
Jelas sekali bahwa Lui hanya akan menggunakan Namira sebagai kartu truf untuknya di masa depan.
Namira menggabungkan tangannya di dada selagi menutup matanya. Bola-bola cahaya di sekelilingnya bermunculan dan saat ia membuka matanya semuanya telah lenyap seutuhnya.
"Bisa kau katakan apa yang kau lihat?"
"Seseorang akan datang untuk meracuni seisi kota."
"Meracuni kota? Apa ada yang lainnya?"
"Aku tidak tahu tapi seorang itu yang akan menghancurkan tempatmu ini."
"Hoh, ada orang yang berani untuk melakukannya... jika aku tidak ingat hari ini rencanaku untuk melenyapkan para Succubus, jika aku benar dia pasti ada di antara mereka."
"Kau tidak khawatir?"
"Dengan bisa melihat masa depan aku tidak perlu khawatir lagi, jika perekonomianku semakin berkembang maka aku akan diandalkan oleh kerajaan ini dan bisnisku akan terus berada di atas."
Suara tawanya pecah di ruangan hening tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments