Tongkat suci dengan hiasan sayap untuk Nene.
Tongkat kayu dengan kristal di tengahnya untuk Lifa dan untuk Tisa memilih pedang yang nyaris sama seperti sebelumnya.
Aku meminta Tisa untuk menjual armor yang sering dia gunakan dan menggantinya dengan yang jauh lebih ringan. Awalnya dia keberatan tapi setelah aku bujuk dia pun melakukannya.
Percuma saja jika mengenakan armor seperti itu jika dia tetap pingsan, akan jauh lebih baik jika ia bisa bergerak sedikit cepat walaupun kami meragukannya.
"Sialan... kau juga Tisa, dadamu sebesar gaban... benar-benar tidak adil."
Sementara Nene mengutuk ketidakadilan dunia ini kami telah pergi ke perpustakaan, di sinilah semua orang membeli sesuatu yang disebut buku skill. Buku skill berukuran kecil yang muat di dalam saku, pemakaiannya hanya satu kali dan tergantung harganya kamu bisa menggunakan skill ke alas atas.
Aku sudah bisa menggunakan skill api, walaupun tidak terlalu bagus itu masih berguna saat menyalakan api di alam liar, selanjutnya aku membeli skill air dan juga skill pencuri.
Aku memegang buku skill di tangan dan itu bersinar sebelum buku tersebut hancur menjadi cahaya.
"Aku tahu, kenapa Noir ingin menggunakan skill pencuri adalah untuk mencuri pakaian dalam kita... dia selalu mencoba mengintip kita kalau duduk di sofa."
Aku mengulurkan tanganku dan berkata " Steal," tapi tidak terjadi apapun.
"Usaha bagus tapi aku tidak mengenakan apapun saat ini."
"Mari ikut kami sebentar."
"Eh."
Nene dan Tisa menyeret tubuh Lifa ke belakang. Aku ingin memberikan pelajaran padanya namun sayangnya gagal jika orangnya sendiri tidak tahu malu.
"Sepertinya kau bersenang-senang dengan anggota partymu."
Seorang yang berkata itu adalah seorang wanita dengan kacamata serta seragam rapih lengkap dengan topi segitiga di kepalanya.
Dia penanggung jawab di tempat ini.
"Anisa, kamu tetap tidak berubah."
Orang yang aku panggil Anisa menutup sebelah matanya seolah menilaiku.
"Sementara Noir telah banyak berubah."
"Maksudmu aku terlihat lebih menyedihkan dari sebelumnya."
"Tidak juga, kamu terlihat lebih menikmati hidup sekarang."
"Apa menurutmu begitu?"
"Seperti begitu."
Di masa lalu saat aku seorang pedagang, Anisa adalah sekertarisku. Dia sedang membawa banyak barang jadi aku membantunya.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaannya?"
"Tidak terlalu berjalan baik, aku jadi kuli bangunan untuk beberapa waktu."
"Itu sesuatu yang tidak terduga dari tuan Noir."
"Jangan memanggilku tuan."
"Hanya kebiasaan."
Terhadap aku yang tersenyum masam, Anisa melanjutkan.
"Aku akan selalu menunggu Anda, mungkin saat ini Noir tidak berniat untuk membangun lagi perusahaan dagang tapi aku yakin suatu hari Anda akan kembali memulainya dari awal."
"Kamu terlalu yakin dengan itu? Aku sudah menyerah."
"Namun hati Anda belum menyerah."
"Dari mana kamu tahu?"
"Hanya perasaan saja.. lagipula Anda seorang jenius."
Aku ingin bilang bahwa dia terlalu memandang tinggi aku. Namun, aku telah lebih dulu dipanggil anggota partyku yang telah selesai memilih skill mereka.
Aku sudah memberitahu mereka skill seperti apa yang mereka bisa gunakan, jadi aku sudah tidak terlalu khawatir lagi mereka memilih yang salah.
"Kalau begitu aku pergi sekarang."
"Iya, berhati-hatilah."
Itu mengingatkanku saat aku kecil ketika mencoba untuk memulai bisnis sendiri Anisa juga mengatakan hal sama.
Demi menguji kemampuan, aku mengajak semua orang untuk berhadapan dengan Salamander. Walau namanya terkesan keren mereka monster rendah yang hanya menyerang dengan semburan api dan cambuk ekor.
"Pertama Nene."
"Baik, dengan berkah dewi Senia, lindungi kami, protect heal."
Tubuh kami diselimuti oleh cahaya, ini memungkinkan kami tidak menerima luka dalam waktu satu menit, ini sihir bawaan gereja sementara skill yang dipelajari oleh Nene adalah skill pendukung.
"Power Up."
Itu meningkatkan kekuatan kami 5 kali lipat.
Tisa dan aku telah menerjang maju, Salamander mengayunkan ekornya namun aku bergerak cepat untuk menahannya hingga Tisa bisa lolos seorang diri.
Salamander itu menyemburkan api dan Tisa segera menggunakan skill yang dipelajarinya.
"Avoid."
Dia segera menghilang dan muncul di sisi lain kadal, dengan ayunan pedang besarnya dia mampu menghempaskan kadal tersebut ke belakang, kulitnya yang keras membuatnya tidak terpotong, di saat yang sama Lifa telah bersiap dengan skill serangannya.
Harganya sangat mahal jadi kami secara patungan membelikannya beberapa.
Itu menciptakan bola api raksasa di tongkatnya yang membawa putaran angin di sekelilingnya.
"Rasakanlah kekuatan dariku yang sebenarnya, Fire Shooter."
Bola api menghantam Salamander, meledakannya menjadi sebuah kawah raksasa setelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments