Pagi berikutnya aku membangunkan Lifa yang masih tidur di atas ranjangnya, dia tidur sangat berantakan bahkan aku bisa melihat kain putih dibalik baju tidurnya.
Aku sempat berfikir apa dia benar-benar tidak memiliki daya tarik lawan jenis atau sebagainya? Walau kerap melihatnya aku sama sekali tidak terpengaruh padanya.
"Lifa waktunya bekerja," kataku memanggilnya
"Sebentar lagi, lima menit lagi."
"Itu perkataan yang sama yang kamu katakan sebelumnya."
Aku mendesah pelan lalu melanjutkan dengan memberitahukannya ada koin emas di lantai.
"Di mana? Itu punyaku?"
Dia bangun dengan cepat, entah kenapa cara seperti ini selalu berhasil untuknya.
Kami sarapan dengan makanan seadanya sebelum pergi ke guild. Bagi kelompok kami berdua kami tidak bisa pergi ke dalam dungeon seperti kebanyakan orang. sebagai gantinya kami hanya mengambil pekerjaan mudah saja.
"Ah kalian berdua, sudah mau mengambil pekerjaan lagi? Padahal ini masih pagi."
Seorang yang ceria tersebut bernama Shasa, ia adalah resepsionis yang merupakan wajah dari guild ini. Tentu saja, dengan oppai besarnya dia bisa menguasai dunia.
"Padahal aku juga masih mengantuk," balas Lifa.
"Kami tidak ingin keduluan memilih quest, apa ada yang baru?"
"Ini baru datang, mengumpulkan tanaman dan juga mengumpulkan telinga goblin, kalian bisa memilihnya."
Aku dan Lifa menjawab secara berbeda di waktu bersamaan, tentu saja mengumpulkan herbal apa yang aku pilih. Setelah kejadian kemarin aku belum siap untuk melawan seekor monster atau sebagainya.
Lifa memandangku dengan tatapan sinis.
"Apa oi?"
"Kita bukan petualang rank bawah, pilih goblin merupakan hal cocok untuk kita, lagipula quest itu hanya cocok untuk anak kecil."
Yah, sebenarnya kita petualang rendah, apa dia jadi lupa diri karena masih mengantuk.
"Kalau ngomong pikir dulu napa? Kekuatan kita memang bocil, kau tidak ingat kemarin kau hanya menggunakan sihir aneh hingga aku dikejar-kejar slime."
"Itu bukan sihir aneh, itu sihir luar biasa."
Ia berpose lalu berkata dengan satu kaki diangkat dan tangan di angkat seperti seekor burung bangau.
Tergantung kepada posenya akan berubah.
"Moe moe attack."
Mau bagaimana lagi, dia memang sengklek.
Dan juga sihir itu mengambil setengah mananya walaupun aku tidak tahu efek seperti apa yang bisa diterima musuh.
"Hebat bukan, kekuatan mengalir dari tubuhku."
Dia mengatakannya dengan nada anak kecil, kenapa aku harus terlibat dengannya? Kembalikan rasa kagumku melihatnya sebagai gadis cantik.
"Dimengerti, mengumpulkan tanaman herbal."
Syukurlah Shasa pandai membaca suasana.
Pasti karena dadanya.
"Terima kasih, ngomong-ngomong kami memerlukan anggota baru untuk job Priest dan Vanguard, apa mungkin ada orang yang belum memiliki kelompok?"
Shasha tampak memikirkannya sebelum berteriak menunjuk seorang yang menghampiri kami.
Pertama adalah seorang gadis loli dengan rambut perak yang mengenakan pakaian mirip jubah suci dan kedua merupakan gadis montok berambut hitam sebahu yang seluruh tubuhnya dibalut oleh armor berat, ia tidak membawa perisai melainkan pedang besar di punggungnya.
"Anak kecil?"
"Wadidaw... Siapa yang kau bilang anak kecil, umurku sudah 15 tahun."
"Kurasa ada kesempatan untuk tumbuh," potong Lifa.
"Itu kata-kata yang tidak ingin aku dengar dari siapapun, ketika aku bilang akan jadi istri di masa depan mereka memberikanku tatapan kasihan dan bilang kau akan tumbuh."
Hentikan! Aku tidak mau dengar!
"Dan juga."
Aku mengalihkan pandangan ke gadis satunya lagi.
"Mungkin kau melihatku kagum, tapi aku tidak percaya diri dalam pertahanan. Aku hanya pandai menyerang."
"Dengan kata lain?"
Sementara aku kebingungan gadis loli menjelaskan.
"Jika dia terkena pukulan dia akan pingsan."
Wajahku memucat.
Lalu kenapa kau malah milih job Vanguard?
"Tentu saja aku berbeda, aku sangat kuat... aku bisa memakai sihir penyembuhan, hanya saja aku bisa melakukannya satu kali dalam satu jam, namaku Nene dan dia Tisa."
Mereka berdua beban, kataku dalam hati.
Sebisa mungkin aku memang harus menolaknya.
"Apa ada yang lain?" bisikku kepada Shasa.
"Maafkan aku tapi hanya mereka saja yang kekurangan orang."
Jika begini kami benar-benar party buangan.
Aku menjatuhkan bahuku lemas.
"Kurasa dua orang juga sudah cukup, ayo Lifa."
Ketika aku mencari keberadaan Lifa, dia sudah akrab dengan kedua orang tersebut.
"Kalau begitu mari kita berpetualang bersama."
Apa yang kau katakan gadis bodoh?
"Hmm, sepertinya kita akan jadi party terkuat."
"Aku juga merasa begitu."
Kalian semua pasti pelawak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Dinda
keren sih ceritanya
2023-07-27
0