"Mungkinkah kau merupakan pedang yang bisa berubah wujud jadi wanita cantik dan setiap malamnya meminta jadwal pada tuanmu."
"Hah? Apa-apaan kisah cabul macam itu? Aku hanya sebuah pedang dan hanya memiliki kepribadian saja. Singkatnya pedang bisa bicara."
"Begitu."
"Tunggu, kenapa kau sangat kecewa?"
Raja Orc tampak kesal dan sekarang ayunannya jauh lebih kuat. Itu membuatku terbang ke udara sebelum akhirnya menukik ke tanah, tidak ada waktu bersantai bahkan ketika aku hanya duduk berlutut aku sudah menahan tebasan berikutnya.
"Kau ini benar-benar petualang, kau tampak sangat amatiran."
"Tadinya aku hanya seorang pedagang."
"Biar aku ajarkan sedikit tentang bertarung, berdiri, kemudian mundur satu langkah, lalu tebas dari samping kiri, tidak hanya fokus pada pedang lawan kau juga harus memperhatikan langkahnya, berputar."
Aku terus mengikuti setiap apa yang dikatakan pedang ini, sejujurnya entah kenapa kini raja Orc bukan sebuah ancaman lagi.
"Bagus, sekarang bergerak dan berseluncur di bawah kakinya lalu berputar dan tebas punggungnya."
Menerima tebasanku monster itu berteriak kesakitan, tubuhnya kehilangan keseimbangan.
"Dan akhiri sekarang."
Aku mendekat dengan cepat, sebelum Orc tersebut melayangkan tebasannya. Pedangku lebih dulu menembus dadanya membuat tetesan darah menetes di tanah bersamaan dirinya yang roboh ke samping.
Aku hanya bisa membeku di tempat.
"Apa aku benar-benar mengalahkan raja Orc?_
"Tentu saja."
"Aku menang."
Aku berteriak senang, ini pertama kalinya aku bisa membunuh monster kuat dengan tanganku.
"Kau ini, hanya membunuh Orc bukan pencapaian besar."
"Dia raja Orc."
"Raja Orc atau bukan sama saja."
Kepalaku tiba-tiba pusing dan saat aku sadari aku telah tumbang ke tanah. Benar-benar, aku kehilangan banyak darah.
"Ampun melawan Orc sudah seperti ini, bagaimana kau mengalahkan pasukan raja iblis."
Samar-samar aku hanya mendengar perkataan tersebut. Saat aku bangun aku sudah berada di kamarku di penginapan.
Lifa, Tisa dan juga Nene, secara berurutan aku memanggil ketiganya.
"Syukurlah kau sudah sadar," yang berkata itu adalah Nene yang disambung Tisa dan Lifa.
"Aku benar-benar tidak berguna, kalau saja aku bisa memprediksi gerakan monster itu Noir tidak perlu bertarung mempertaruhkan nyawanya."
"Aku juga merasa sedikit bersalah."
Tidak seperti biasanya Lifa memikirkan hal seperti itu dengan serius.
"Tidak, seharusnya aku juga bisa lebih cepat menyembuhkan mereka tanpa harus menggunakan potion."
Aku tidak berfikir untuk menyalahkan siapapun dengan apa yang terjadi, kami hanya kurang beruntung saja. Hanya itu yang aku terima.
"Bagaimana mereka?"
"Mereka baik-baik saja, kebetulan saja kami bertemu dengan petualang yang lain dan mereka membantu kita."
"Pedangku?"
Nene memegangi pedangnya atau sejujurnya dia mengikatnya dengan tali.
"Pedang ini dapat berbicara jadi aku takut harus segera memusnahkannya."
"Kenapa kau berniat melakukannya?"
"Ini pasti pedang yang dirasuki hantu."
"Siapa yang kau katakan hantu, aku ini pedang pahlawan namaku Kaguya."
"Kami tidak percaya."
Yang lainnya juga sependapat dengan apa yang dikatakan Nene.
"Kalian ini? Saat bertemu orang mencurigakan kalian tidak waspada namun saat bertemu pedang yang bisa bicara kalian malah waspada."
"Kami lebih waspada dengan hantu dari manusia."
Padahal setahuku belum ada kasus orang yang mati karena hantu, paling tidak di wilayah kerajaan ini.
Aku segera mengambil pedangku untuk mengamankannya dari Nene.
"Dia sudah membantuku bertarung, terima kasih."
"Akhirnya kau mengetahui kehebatanku, karena aku sudah bangun kau bisa menggunakanku semaumu, tapi tentu aku memiliki permintaan saat ini."
"Apa itu?"
"Aku sedikit lapar, berikan darah kalian."
Ketiga rekanku melihat Kaguya dengan mata berbinar.
"Mari bakar pedang ini."
"Hiiii... apa aku mengatakan hal salah?" katanya bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments