Hanya aku yang bisa bertarung sekarang, akan aku coba sebaik mungkin dalam menyerang.
Pertama aku meluncur di depannya, dengan gerakan cepat aku ayunkan pedangku dari samping, seolah tidak terpengaruh, raja Orc memutar senjatanya ke atas untuk membacok. Aku menghindarinya setipis kertas dan di saat yang sama kami membenturkan pedang.
Dentrang, dentrang, dentrang.
Meski tidak sepandai pengguna pedang lainnya, paling tidak aku bisa mengikuti pergerakannya. Di luar dugaan Orc tersebut menyadariku yang mengarahkan pedang untuk melukai kakinya.
Dengan cepat dia menendang perutku hingga aku terlempar setelah memuntahkan darah dari mulutku.
"Noir."
"Terus obati mereka, setelah selesai bawa yang lainnya dan pergi dari sini."
"Bukannya itu?"
"Tidak ada pilihan, jangan khawatir aku tidak berniat mengobarkan diriku untuk ini."
Raja Orc menerjang maju, tidak seperti monster lainnya dia lebih terpaut pada orang-orang yang masih berniat melawannya.
Kilatan mata terlihat bersinar darinya dan sekali lagi aku berhasil mengelak dari serangan tersebut.
Selagi mundur aku menangkis tebasannya, pohon-pohon yang baru aku lewati mulai terpotong-potong dan berjatuhan.
Dengan cara ini aku bisa menjauhkannya dari yang lain, sebuah bilah meluncur hendak memenggal kepalaku, dibandingkan menahannya aku berjongkok untuk menghindarinya, kemudian memosisikan pedang untuk menusuk perutnya.
Sebelum dia membalas aku melompat menjaga jarak dan kembali menyerang dengan ayunan berikutnya.
Jika sihir Lifa gagal maka tidak ada alasan lagi aku menggunakan sihir, lagipula sihirku lebih lemah dari siapapun.
Aku mengincar tangannya namun dia mendorong pedangku sebelum memberikan tebasan balasan, aku mundur secepat yang bisa aku lakukan selagi menahan darah yang berjatuhan ke tanah.
Meskipun aku lemah, aku masih bisa berusaha. Aku yang dikenal sebagai orang licik dan pengecut tidak mungkin menyerah."
Orc melompat lima meter di atasku.
Aku berguling ke samping, meski tidak bisa melukainya paling tidak ini akan sedikit membantu.
"Fire Bolt."
Itu meledak tepat di depan wajahnya. Ketika pandangannya terganggu aku melompat ke pundaknya lalu menusuk pedangku di lehernya, aku ingin ini bisa langsung berakhir namun raja Orc tidak membiarkannya dan lalu melemparkanku menabrak pohon.
Aku melihat kembali ke arah pedangku.
Pedang yang seharusnya berkarat serta dilumuri darah telah lenyap.
"Apa yang?"
"Persembahan yang menyenangkan, aku bisa bangun juga sekarang setelah tertidur lama."
"Tunggu, apa pedang ini berbicara?"
Suara lawan bicaraku terdengar seperti gadis sombong.
"Apakah aneh, awas di depanmu."
Sesuai arahan pedang di tanganku, aku bisa segera bangun dan lari.
Raja Orc mendengus dengan kesal selagi menekan darah yang mengalir dari lehernya, dia terlihat lebih marah dari sebelumnya.
"Aku tahu banyak pertanyaan yang ingin kau katakan tapi, ini bukan waktunya yang tepat, kalahkan dulu monster di depanmu baru aku akan jelaskan."
"Meski kau bilang kalahkan, aku merasa tidak mungkin bisa melakukannya."
"Jika kau menggunakanku hal itu bukan hal sulit... ayolah, aku ini pedang yang digunakan pahlawan aku ingat bagaimana aku bisa memotong monster apapun, alirkan manamu padaku?"
"Sayang sekali tapi aku hanya memiliki sedikit mana."
"Hah? Apa kau ini petualang, tidak. Apa kau ini pria?"
Walau dia mengejekku itulah kebenarannya.
"Aku sudah lama tidak banyak meminum darah, karenanya aku juga tidak bisa membantu... kau harus keluar dari situasi buruk ini dengan kekuatanmu sendiri."
"Aku tahu, dari awal aku juga berniat mengalahkannya sendirian."
"Itu baru semangat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments