Setelah menyelesaikan pekerjaanku lebih awal, aku bertemu kembali dengan Vira di tempat sama selagi menikmati es krim.
Aku bisa melihat bahwa setengah dari tumpukan yang dia bawa telah pergi.
Dia meletakkan tangannya di pipi selagi memiringkan kepalanya sedikit mendesah.
"Di tempat ini tidak banyak pengikut sekte dewi Lumira, sungguh disayangkan, apa aku sebaiknya meminta seseorang mendirikan cabang di tempat ini?"
"Aku pikir itu ide buruk, bukannya lebih cocok jika kalian tetap di kota kalian."
"Mana mungkin seperti itu, impian kami bahwa di setiap kota ada gereja Lumira yang mampu menunjukkan jalan pada domba-domba tersesat."
Yang aku pikirkan bahwa akan sering banyak keributan yang terjadi.
Vira menambahkan.
"Aku rasa aku tidak akan membagikan kembali kertas-kertas ini."
"Bukannya seharusnya."
"Kuotaku sudah terpenuhi sejak kemarin, dari 200 targetku hanya 10 orang dari kota ini saja yang aku butuhkan."
"Bedanya jauh banget oi."
"Aku melakukannya selagi untuk berjalan-jalan juga, melihat banyak hal berbeda, mendobrak kultus lain hingga bergulat dengan mereka, itu pengalaman yang bagus."
"Pengalaman bagus apanya coba?"
Sementara aku tersenyum masam Vira menunjukkan sedikit seringai nakal.
"Lebih dari itu, bisakah kau meluangkan waktu besok.. sebelum aku kembali, paling tidak aku ingin berpergian ke setiap sudut kota ini."
Vira mengambil waktu sejenak untuk berdiri di depanku selagi membusungkan dadanya yang besar.
"Berkencanlah denganku besok."
Aku perlu beberapa waktu untuk memproses hal demikian dan satu kata yang keluar dari mulutku adalah.
"Hah?"
"Malah Hah? Bukannya sudah impian pria untuk berkencan dengan Onee-san berdada besar."
"Jika ada pasti pria itu tidak bermoral, aku tidak mau."
"Begitu, apa ada polisi di sini... polisi?"
Aku mendesah pelan.
"Aku mengerti, lagipula besok ada sesuatu yang ingin aku beli juga."
"Yeeey, aku menantikannya."
Orang ini menyusahkan.
Pagi berikutnya aku meminta izin untuk setengah hari bekerja, syukurlah bahwa bosku mengizinkanku dan sekarang aku berjalan-jalan dengan Vira yang sedang menatap etalase jendela toko yang di dalamnya merupakan kue-kue lezat.
Di sinilah tempat anggotaku yang lain bekerja, berhubung Lifa aku suruh tetap di rumah jadi hanya ada Nene dan Tisa yang mengenakan pakaian pelayan.
"Selamat datang, ugh... kalian berdua."
Nene sedikit terkejut dengan kemunculan kami berdua.
"Ada pelayan loli Noir, loli, loli, loli."
"Aku akan menghajarmu jika memanggilku loli lagi."
Vira bersembunyi di belakang punggungku selagi menjulurkan lidahnya mengejek.
"Aku tidak cukup baik untuk mempersilahkan kultus Lumira datang ke tempat ini, sana pergilah dan Noir masuklah."
"Memangnya aku suka, mari pergi Noir jangan seruangan dengan kultus Senia."
Aku hanya membeku di tempat sampai Tisa muncul untuk melerai.
"Toko ini menerima uang siapapun, tolong jaga sikapmu Nene meskipun dia dari kultus mencurigakan."
"Hah, apanya yang mencurigakan?"
Lupakan saja.
Sebelum semakin buruk aku memilih untuk memesan tempat yang lain, itu sebuah toko yang menyajikan roti.
"Owh, di sini jauh lebih ramai."
Untuk membeli roti kami harus mengantri dulu, walau demikian rasanya benar-benar enak.
"Rotiku isiannya kacang merah."
"Kamu menyukainya?"
"Tentu saja.... nah Noir, aku masih kepikiran soal yang dikatakan mereka, apa kamu tadinya seorang pedagang terkenal?"
"Sangat terkenal mungkin bisa dikatakan perusahanku menyalurkan setiap barang ke seluruh pelosok kerajaan berbeda, tentu saja itu hanya dulu sekarang aku hanya petualang rendahan yang bahkan melarikan diri dari monster lemah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments