Batu kodok

Lelaki tua itu datang mendekat ke Dewa, auranya jelas terasa kuat menekan. Pastinya bukan orang sembarangan.

Dewa menyeringai, lumayan orang tua ini. Dia memandang wajah lelaki tua itu lekat-lekat, rasanya dia mengenali siapa orang ini.

Melihat seringai Dewa yang menyebalkan, lelaki tua itu tampak akan segera bersiap menghajar Dewa.

"Kamu anak muda, tidak tau sopan santun, kami duluan yang pesan tempat ini," saat ini seharusnya semua anak buah lelaki tua itu berpikir, Dewa ini  akan langsung di hajar, tetapi lelaki tua ini ternyata memiliki pengendalian diri yang baik, dia tidaklah segabah itu main menyerang orang lain.

"Dia berani meremehkan kita guru Ranto, langsung kita hajar saja sekarang." salah satu pemuda yang tadi mendatangi dewa dan kabur ketakutan, sekarang ini langsung sok jagoan karena ada gurunya.

"jangan ikutan," lelaki tua yang ternyata bernama Ranto itu melirik tajam ke muridnya yang ikut campur memperkeruh suasana, mendapatkan gurunya marah maka pemuda itu menunduk dan mundur berapa langkah.

“Paman batu kodok. mau apa kamu?” Dewa menyengir senang, dia langsung mengenali pria tua ini, awalnya ragu, tetapi ketika pemuda, murid Ranto tadi memanggil nama gurunya, sekarang sudah jelas siapa dia.

Yang di sebut paman batu kodok kaget sekali, Dia terdiam terperangah, anak buahnya juga terkejut mendengar Dewa berani memanggil gurunya kodok.

Semua anak buah Ranto termasuk yang duduk segera berdiri dan menghunus pedangnya, Mereka semua berpikir pasti gurunya akan segera menghajar Dewa karena menghina Ranto sebagai kodok.

Sebaliknya Ranto setelah hilang kagetnya, justru segera bersujud sampai kepalanya menempel ke tanah.

Karena hanya ada satu orang yang memanggil dia paman batu kodok, tidak bukan raja dia Prabu Dewa.

Tentunya Ranto bersujud sampai ke tanah membuat semua disana, lebih sangat terkejut lagi, kecuali ya tentunya Dewa dan Ratih saja yang tidak akan kaget melihat reaksi Ranto.

Ranto sekarang ini sangat terkejut dan tampak sangat takut karena tadi tidak bisa mengenali raja dia prabu Dewa dan berani menghardiknya pula.

Kini semua anak buah Ranto saling berpandangan, Entah mereka ini harus bagaimana sekarang padahal pedang telah di tangan, karena tidak pernah melihat gurunya sujud ke siapa pun.

“Ampun paduka, hamba tidak tau ini anda.” Ranto membongkar identitas Dewa. Semua murid Ranto terperangah mendengar kata paduka. Jadi ini raja mereka? Raja misterius yang tidak banyak orang tau.

Segera semua menjatuhkan pedangnya dengan gentar, Menghunus pedang ke raja adalah sama dengan penghianat, Semua ketakutan dan segera bersujud sampai ke tanah mengikuti gurunya Ranto.

Dewa mengehela nafas melihat itu, aduh ini bisa membongkar identitas dia, saat ini dia tidak mau di ketaui identitasnya.

"Sudah-sudah... semua bangun sekarang, aku di sini sedang menyamar melihat negeri ini, jangan kalian bocorkan ke siapa pun.!” Dewa menyuruh Ranto dan anak buahnya untuk segera bangun.

Dewa menegaskan dengan keras, agar tidak ada yang membocorkan siapa dia. Ranto dan semua muridnya berpandangan, Akhirnya mereka mengangguk tanda siap untuk mengikuti perintah raja mereka prabu Dewa.

“Lama tidak berjumpa paduka, apa kabar Ratih?” Ranto tetap bersikap hormat sekali ke Dewa, Dia juga sudah mengenali Ratih sekarang. Ranto ini adalah guru masa kecil Dewa.

"Jangan pakai kata Paduka paman batu kodok, panggil Dewa saja," kata Dewa sambil geleng-geleng kepala.

"Maaf, paduk... e salah... Dewa..."Ranto merasa risih memanggil nama Dewa saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!