Akibat pukulan dengan niat membunuh dari Wisana, kini Ratih terkapar pingsan. Kalau masih hidup saja sebenarnya sudah sebuah keajaiban.
Tetaoi bukan keberuntungan semata sebenarnya, akibat dia sudah mempelajari ilmu sembilan matahati makanya dia jadi lebih kuat.
Kedua pengawalnya menghadang langkah Wisana yang hendak memberi pukulan terakhir kepada Ratih.
Seorang pengawal Ratih kemudian mengeluarkan plakat, Sebagai tanda mereka ini adalah pasukan pribadi ibu suri.
Kata pengawal itu,” kamu menantang Ibu suri kerajaan Dwipa?”
Wisana kaget bukan main melihat plakat itu, dia ini anak menteri pertahanan kerajaan Dwipa, tentu tau apa artinya plakat itu.
Astaga yang di bunuhnya adalah anak buah ibu suri. Ibu suri kerajaan Dwipa yang sangat kejam sekali.
Wisana memandang penuh ketakutan kini kepada ke dua mayat pengawal Ratih yang telah tewas olehnya tadi. Dia jelas tau betapa mengerikan ibu suri itu.
Sekarang ayahnya sebagai menteri pertahanan dapat terancam posisinya, karena dia yang telah membunuh pasukan pribadi Ibu suri, ini bukan pekara kecil.
Wisana yang panik melihat itu semua, jika dia membunuh pasukan pribadi Ibu suri. Segera saja dia kabur menjauh dengan cepat seperti melihat setan.
Wisana menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk menghilang di pepohonan hutan.
Kedua pengawal Ratih tampak lega melihat Wisana pergi begitu saja, Mereka berdua segera membopong masuk Ratih ke dalam kedai arak dan membaringkannya di dipan bambu pemilik Kedai.
“Aduh.. Aduhh..” panik pemilik kedai arak, menatap Ratih yang pingsan, Perempuan cantik ini pasti segera tewas di sini pikirnya, belum diluar ada dua orang meninggal. Kenapa juga hal begini harus terjadi di tempat dia.
“Kamu tau di mana Dewa itu tinggal? Orang yang kamu ceritakan tadi...” tanya pengawal ratih ke pemilik Kedai.
“Tau Tuan, Gampang saja ke rumah Jenderal Diro, rumahnya di depan alun-alun besar.” pemilik kedai memberi tau di mana Dewa itu tinggal.
“Aku akan kesana, Jarwo kamu jaga Ratih di sini, segera aku akan mencari Dewa.” pengawal itu berbicara dengan temannya.
Mereka sebelumnya sudah sepakat tidak menggunakan kata Prabu Dewa di depan orang-orang. karena tidak mau membuat heboh.
“Iya kita butuh Dewa sekarang ini, Ok kamu cari dia Jaka. Hati-hati…” Jarwo setuju dengan niat Jaka temannya.
Mereka butuh prabu Dewa sekarang ini, Karena Dewa juga menguasai ilmu pengobatan. Sedang mereka ini tidak ada yang mengerti sama sekali.
Pengawal bernama Jaka itu segera naik kudanya dan memacunya dengan cepat ke kota. Benar tidaklah sulit menemukan rumah Diro, cukup bertanya sama penduduk kota, di jamin semua tau di mana rumah Jenderal Diro.
Jaka kini telah sampai di depan rumah Diro, saat ini rumah Diro masih ramai dengan orang-orang yang menonton mayat gagak hitam tergantung di pohon mangga akibat di bunuh Dewa tadi.
Melihat mayat itu Jaka tau ini pasti ulah Raja dia, segera dia buru-buru masuk ke dalam kediaman Jenderal Diro.
“Berhenti kamu,” seorang penjaga menghadang langkah Jaka yang main masuk saja ke halaman rumah Jenderal Diro.
“Saya mau bertemu Dewa, sangat penting.” Jaka meminta di ijinkan bertemu Dewa ke penjaga yang menghadang langkah dia.
“Dari mana dan untuk apa?” penjaga rumah Diro menatap curiga Jaka, yang di tangannya ada sebilah pedang.
“Bilang saja Ratih terluka parah,” Jaka memaksa meminta untuk bertemu Dewa.
"Siapa Ratih? tidak boleh." penjaga itu menolak Jaka masuk.
Diro yang masih berada di sana, mengawasi mayat Gagak hitam, segera saja mendekat ke Jaka, katanya.”Ada apa?”
“Orang ini hendak bertemu Dewa…” penjaga itu yang menjawab pertanyaan Diro ke Jaka, untuk memberi tau ke Diro.
“Pergilah, Dewa itu suka-suka dia, kamu tidak akan bisa bertemu segampang itu.” Diro tempak tidak tertarik. Siapa si ini orang berpedang? tidak tampak sakti.
Jaka akhirnya mengeluarkan plakat pasukan ibu suri, melihat itu, seketika wajah Jenderal Diro berubah menjadi pucat pasi.
kali ini dia merespon dengan sangat baik, katanya sopan," Maaf ada perlu apa dengan Dewa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments