Dewa jelas terkenal sekali di kota perbatasan ini, tetapi sekarang ini tidak ada yang mengenali dia dengan rambut rapi dan baju bagus yang sekarang di kenakannya. Jelas dari penampilannya sekarang ini, sudah tidak cocok dengan julukan dia si gembel sakti.
Dewa dan Ratih berjalan santai menyusuri jalanan, Dibelakangnya kedua pengawal Ratih mengikuti dengan setia.
Dewa meraih tangan Ratih, jelas saja Ratih merasa tidak nyaman tetapi Dewa tampak tidak peduli dengan reaksi Ratih.
Mereka berdua terpaut sepuluh tahun usianya, tetapi kini seperti dua sejoli yang berusia sepantaran, karena mereka tampak seperti seusia. Ratih ini sangat awet muda, tidak ada yang menyangka pasti, padahal usianya sudah tiga puluhan tahun.
Akhirnya setelah melihat-lihat toko penjual barang, kini mereka berhenti di sebuah kedai makan, cukup besar dan ramai tetapi ya sangat sederhana, dengan meja kursi kayu jati polos.
Dewa sekarang memutuskan untuk masuk ke sebuah kedai makan itu, kebiasaaan lama dia langsung keluar.
“Ratih aku mau meja terbaik,” Dewa berkata ke arah Ratih, sambil duduk di salah satu kursi di lantai satu.
Dewa jelas meminta di carikan meja terbaik di kedai ini, Wajar kan dia adalah raja. Selalu mendapatkan yang terbaik dari sebuah tempat.
Ratih dan Jaka langsung merespon sigap, berdua mereka menemui pemilik kedai yang sedang duduk menghitung uangnya di sebuah meja di tengah ruangan.
“Ki, bisa minta meja terbaik di kedai ini, saya liat di lantai dua ada.” Ratih meminta untuk meja lantai dua yang sempat diintipnya tadi sekilas, agar di sediakan untuk mereka.
“Gak bisa, di atas ada perguruan silat tapak api, mereka tidak akan mau tempatnya di bagi...” pemilik kedai tampak ketakutan ketika Ratih meminta meja di lantai dua, di atas semua meja telah di tutup oleh perguruan tapak api.
“Tapi saya lihat masih ada banyak meja.” Ratih tampak tidak mau tau.
Pemilik kedai melirik ke arah pengawal Ratih yang berpedang, dipikirnya ini pasti para pesilat lain. segera dia merasa sangat keberatan untuk Ratih mengambil meja di lantai dua, karena kalau terjadi perkelahian maka kedai dia bisa rusak.
“Nggak bisa!” tolak pemilik Kedai, dia tegas menolak.
Ratih mendengus kesal, katanya.” beraninya kamu menolak sama prab… e sama kita.” Ratih hampir saja lupa menyebutkan prabu Dewa.
Melihat pemilik kedai tidak bergeming, Ratih berbalik badan tidak peduli segala omelan dan tolakan pemilik kedai, dia memberi tanda ke Dewa untuk naik, segera saja Dewa datang di ikuti Jarwo.
Mereka berempat kemudian naik ke lantai dua, Setidaknya ada lima belas orang duduk di atas, semua memandang mereka dengan tatapan tidak suka.
Dengan santainya Dewa menuju meja terbaik di lantai dua yang dapat memandang kota. mereka ini para pendekar perguruan tapak api, semua mendelik marah, karena meja itu mereka siapkan itu untuk pemimpin mereka.
Dewa segera duduk bersama Ratih, sedang Jarwo dan Jaka duduk di meja kursi lain. tidak berlama-lama sekitar lima orang datang mendekat, di tangan mereka ada golok dan pedang.
Tetapi Dewa sama sekali tidak menganggapnya, pemilik kedai juga segera menuju keatas dengan ketakutan, kawatir terjadi keributan di kedainya.
“Tu.. tuan ini meja sudah di pesan sama mereka.” pemilik kedai berbicara dengan Dewa, Dewa melirik pemilik kedai dengan menyeringai.
“Tetap aku mau di sini, tidak ada orang kan tadi…”
Jaka dan Jarwo segera berdiri menghadang lima orang yang sangat marah itu, melihat itu pemilik kedai makin panik. pertarungan tampak sudah di depan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments