Istana Nira

Ibukota kerajaan Dwipa, malam ini langit tampak mendung disertai angin kencang, udara juga terasa begitu dingin sehingga tidak banyak orang berlalu lalang, kebanyakan memilih berlindung di rumahnya.

Di istana malam itu seperti biasa, tampak sunyi senyap, hanya penjaga-penjaga yang terlihat berjaga dengan waspada.

Sementara itu di wilayah khusus istana permaisuri kerajaan Dwipa, terlihat Nira berjalan di luar istananya, di ikuti dua dayang.

Mereka berjalan memasuki gudang besar di belakang istana Nira, Setelah memastikan tidak ada yang melihat, segera mereka bertiga kini sudah berada di dalam gudang.

Kemudian di pimpin Nira di depan, mereka semua berjalan cepat beriringan, menuju sudut ruangan, Nira menggeser sebuah benda di dinding dan sebuah pintu segera terbuka.

Mereka semua segara masuk ke ruang di balik pintu, kemudian pintu ditutup kembali, caranya sama dengan menggeser sebuah benda di dinding.

Suasana gelap gulita setelah pintu tertutup, kemudian dua dayang Nira mengambil obor di dinding, Sedang Nira tampak merapal suatu ilmu.

Segera tangan Nira tampak menyala berkobar, karena semacam ilmu api, di gunakan Nira untuk menyalahkan obor di tangan kedua dayangnya.

Mereka semua menyusuri jalan rahasia yang sempit itu, setidaknya mereka berjalan dua ratus langkah jauhnya, akhirnya mereka semua berhenti di sebuah ruangan kecil.

"Nira, senang akhirnya kita bertemu lagi." seorang pemuda menyapa Nira dengan senyuman.

"Asoka? wow kamu berbeda." Nira terkejut dan segera mengenali pria gagah itu adalah Asoka.

Sebentar bukannya Asoka itu, berumur sudah tua? tampaknya kitab gerbang neraka yang di pelajari Asoka ini juga dapat membuatnya jadi muda kembali.

"iya kekuatanku telah berlipat, selain itu wajahku kembali muda." Asoka tampak menikmati menjadi muda kembali.

"Kamu sudah melacak Dewa?" Nira melacak Dewa, jelas bukan karena kehilangan suaminya,

"Aku mendapatkan cukup informasi jika dia di kota perbatasan, Ada turnamen disana, di katakan orang bernama Dewa menggunakan ilmu baju besi emas."

"Itu pasti dia, cuma dia saja yang bisa ilmu itu," mata Nira tampak berkilat senang, jika dia tau dimana Dewa, maka dia bisa merencanakan segera membunuh Dewa.

"Baiklah aku akan kesana untuk membunuh dan menghisap energi Dewa, Ini akan menyenangkan." Asoka tampak senang, dia sangat percaya diri sekarang ini.

"Dewa bukan lawan yang gampang, Asoka, Sebaiknya kamu harus berhati-hati ketika melawan Dewa."

"Aku tau, dia hanya berapa bulan sudah menguasai ilmuku dulu, tetapi dengan energi ribuan orang yang kuhisap itu akan gampang saja," Asoka merasa dia adalah salah satu guru Dewa, Dia merasa sudah juwana dengan ribuan energi orang yang telah menjadi korban dia.

Nira tampak tidak suka dengan sifat juwana Asoka, Tetapi dengan terpaksa dia hanya diam saja. Tetapi mukanya menunjukan keraguan, karena dia tau siapa Dewa suami dia.

Harapan Nira kini berada ke pundak Asoka, untuk membalas dendam ke kerajaan Dwipa yang telah membunuh sebagian besar keluarga dia.

Melihat Nira yang jelas tidak mempercayai dirinya, membuat Asoka menjadi tidak suka, katanya."Jika kamu ada kandidat lain silakan kamu coba membunuh Dewa."

Nira menyadari jika Asoka marah karena di anggap masih tidak layak menghadapi Dewa, segera saja mulut dia menjadi manis.

"Asoka kamu jangan marah begitu, jelas aku mempercayaimu. aku cuma kuatir ke kamu." Nira melangkah maju mendekat ke Asoka dengan senyum palsu di bibirnya.

Asoka melihat Nira sekarang ini gusarnya hilang, Dia jadi memandang birahi ke Nira, Sebelum terjadi apa-apa dengan dirinya menyadari tatapan Asoka, segera saja Nira menyodorkan kedua dayang dia.

"Mereka dayang dari kerajaanku, cantik dan setia, mereka akan melayanimu Asoka." Nira memberi tanda ke dua dayang dia, yang jelas sangat setia, karena berasal dari mana Nira berada.

Mereka semua sama dengan Nira, senasib keluarga mereka terbunuh jadi korban ayah Dewa dalam perang besar, Jelas mereka ini juga hendak membalas dendam ke kerajaan Dwipa.

Kedua dayang tanpa di komando lagi, segera menanggalkan baju dayang mereka mereka yang terlihat mewah itu, segera mereka berdua memamerkan keindahan tubuhnya dan melangkah mendekat ke Asoka dengan pandangan mengoda.

Berhasil, sekarang perhatian Asoka tidak lagi ke Nira, Nira buru-buru kembali ke arah dari mana dia datang.

Dia menumbalkan dua dayangnya untuk menjadi pemuas dari Asoka, Kedua dayang setia itu menjalankan perintah Nira tanpa keberatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!