Dewa sedang berpikir untuk kabur ke tempat lain, karena berhasil di ketemukan oleh pasukan ibu suri, dengan kemampuan dia jelas bukan sebuah masalah untuk meloloskan diri.
“Tuan Dewa, Itu ada pesan dari pasukan ibu suri, Ratih terluka parah di pinggir kota.” penjaga itu menyampaikan pesan Jaka tadi.
Pesan itu berhasil membuat Dewa langsung merespon. dia melompat bangun dan segera membuka jendela kamarnya.
Di lihatnya dari jendela kamar di lantai dua, pandangannya terbuka luas dari kamar termasuk ke arah gerbang depan di mana Jaka terlihat dengan jelas disana.
“Jaka apa yang terjadi?” teriak Dewa yang langsung mengenali prajurit Ibu suri yang sering di tugaskan mengawal Ratih.
Jaka yang melihat Dewa tempak lega, ternyata akhirnya dia berjumpa dengan prabu Dewa. Tetapi dia tidak boleh memanggil prabu ke Dewa.
Segera Jaka berteriak,”Tuan Dewa, Ratih tadi di serang oleh Wisana anak menteri pertahanan, dia terluka parah di pinggir kota.”
“Apa!” Dewa segera melompat melalui jendela kamarnya, dengan ringannya seperti kapas, dia segera mendarat di depan Jaka, padahal jarak di antara mereka ada dua ratus langkah jauhnya.
Di lain pihak Lina sangat terkejut karena mendengar pujaan dia Wisana, telah menyerang seseorang perempuan, namanya siapa tadi ya… yang di sebut oleh prajurit Ibu suri , Lina tidak terlalu mendengarnya dengan jelas.
Jenderal Diro termasuk juga yang terkejut, jika ternyata lelaki pecundang Wisana masih di kota perbatasan dan berani menyerang orangnya Ibu suri.
Dia menatap Lina anaknya menuntut penjelasan, jangan sampai nama baik dia rusak karena anaknya menjalin hubungan gelap dan berani menahan Wisana untuk pulang, sekarang orang-orang istana juga terlibat dalam masalah ini.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Dewa kini mukanya menjadi tegang mendengar soal Ratih terluka.
"Tadi kamii serang sama yang namanya Wisana, Ratih terluka sangat parah dan dua pengawal juga terbunuh.” Jaka menjelaskan ulang apa yang terjadi di depan Dewa.
“Cepat ambil kudamu,” Dewa dengan sekali jejak sudah melewati gerbang luar rumah. Jaka segera berlari ke kudanya yang di tambatkan depan rumah Diro.
Tidak pakai berlama-lama segera menaikinya dan kemudian dengan lekas memacu kudanya ke arah utara, Dari arah tadi, dia datang.
Dewa mengikuti kuda yang berlari kencang itu dengan gampang saja,
Setelah kuda berlari cepat berapa saat menuju kedai arak di pinggir kota, kini mereka sampai dan berhenti di depan kedai.
Dewa dengan cepat segera masuk kedalam, dia mendapati Ratih yanng terkulai sekarat mendekati ajal.
Saat itu wajah Dewa sangat panik, segera memeriksa kondisi Ratih. Sisa-sisa tenaga dalam rembulan es dia usirmya dengan energi panas sembilan matahari, sesuai ilmu yang di miliki Ratih.
Mendapat kiriman tenaga dalam yang sama, segera inti tenaga dalam Ratih di perutnya menghancurkan sisa-sisa energi rembulan es.
Ratih membuka matanya tersadar, dia belum bisa bergerak sekarang, karena lukanya yang parah. Segera saja kenalinya prabu Dewa yang sedang memeluknya.
“Dewaa…” kata Ratih pelan, karena masih lemas. Rasanya dia kepingin membalas memeluk Dewa, tetapi dirinya tidak berdaya karena tidak bisa bergerak, tangannya dengan jari-jari mungilnya hanya bisa terkulai tidak merespon perintahnya untuk mendekap Dewa.
“Jangan berkata-kata dulu Ratih, kamu perlu istirahat menyimpan energi, akan segera kucarikan obat untukmu.” Dewa hendak meninggalkan Ratih mencarikan obat di sekitar, barangkali ada tumbuhan obat yang berguna.
“Jangan tinggalkan aku…” Ratih berkata pelan sambil menangis berurai air mata, dia berusaha mencegah untuk Dewa pergi, Ratih tidak mau kehilangan Dewa lagi sekarang ini.
Dewa tidak jadi pergi mencari obat, akibat karena melihat Ratih menangis seperti itu, Dia kini kembali duduk meletakan Ratih di pahanya yang sekarang memandangnya dengan tatapan memuja.
“Berani sekali Wisana berbuat ini, tidak akan kuampuni dia sekarang.” geram Dewa, dia jelas tidak bisa menerima perlakuan Wisana terhadap Ratih, harusnya dia bunuh Wisana di turnamen, sudah menjadi duri baginya sekarang.
Dewa jelas pasti sekarang tidak akanmemberi ampun ke Wisana jika bertemu, karena perlakuannya ke orang yang dicintainya ini.
"Jaka kamu segera carikan penginapan di kota, yang bagus." Dewa menyuruh Jaka, mendengar itu Jaka tidak banyak bicara, segera menuju ke arah kuda dia yang tertambat di depan kedai.
"Dewa kamu jangan tinggalkan aku ya..." Ratih masih saja takut Dewa akan pergi,
"Sudah Ratih, istirahat dulu, aku tidak akan kemana-mana." Dewa tersenyum ke Ratih.
Sekarang dia mengerti Ratih sedang ketakutan dia akan meninggalkan dirinya. dengan lembut Dewa membelai-belai rambut hitam lurus Ratih dengan tatapan rindu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments