Anak buah Dewa

Hari masih siang Wisana menuju kedai arak jelek di pinggir kota. Pemiliknya di buat bingung di musim panas begini hendak minum arak di siang hari.

"Beri aku arak kualitas nomer satu," kata Wisana memerintahkan agar segera di kirimkan tuak terbaik.

"Kisanak apa tidak salah waktu. Ini sedang panas-panasnya" pemilik kedai memastikan apa benar Wisana hendak minum-minum siang begini. Dia merasa heran karena suhu sedang sangat panas.

Masih terlalu siang untuk mabuk. Wisana menatap sebal dengan pemilik kedai arak yang bukan bersyukur dapat pelanggan, tidak banyak bicara dia menyodorkan sekeping uang perak dengan meletakannya di meja.

Pemilik kedai melihat uang itu tidak banyak bertanya lagi. Segera saja tangannya dengan sigap mengambil kepingan perak dari meja di mana Wisana meletakannya, dia kemudian mengeluarkan arak terbaik di kedainya.

Wisana sudah minum dua guci arak kelas satu ketika ada tamu lain datang.

Tamu itu sangat cantik mempesona, dia adalah Ratih. Dia telah berusaha mencari Dewa selama berapa bulan ini.

Ratih di temani empat pengawal kerajaan yang menyamar jadi rakyat biasa tetapi di tangan mereka ada pedang.

pemilik kedai arak segera menghampiri Ratih dan pengawalnya. tanpa banyak bertanya kali ini.

"Ada jual nasi pak?"Ratih menatap penuh harap jika kedai arak ini menjual makanan.

Perjalanan ke selatan melewati daerah sepi, Jadi tidak terdapat penjual makanan, kedai di pinggir kota ini yang pertama mereka jumpai.

"Tidak ada neng cantik, cuma ada arak. Nanti di kota depan ada banyak yang jual."

"Ya sudah beri kami arak biasa saja,"

Pemilik kedai segera ke dalam, Tidak lama dia kembali dengan lima guci kecil arak murah.

"Ada cerita apa di sekitar sini? Ada kah pertarungan hebat terjadi di kota sini?" Ratih menyelidik untuk mencari jejak raja dia, Dewa.

"Barusan di kota ini ada turnamen, Pertarungan di final sangat hebat, pemenangnya bernama Dewa," pemilik kedai mulai bercerita apa yang baru terjadi. Tetapi dia belum tau cerita Gagak hitam.

Ratih dan ke empat pengawalnya menjadi tertarik, mungkinkah ini prabu Dewa? Tetapi nama Dewa adalah nama pasaran di jaman ini.

"Saat itu Wisana sangat di jagokan, tetapi yang benama Dewa ini punya jurus keren. Lonceng berwarna emas,  Dewa tidak tersentuh." pemilik kedai mulai bercerita tentang turnamen seru yang abru saja terjadi di kotanya ini.

"Baju besi emas, Pasti tuan kita ini." Ratih dan ke empat pengawalnya berpandangan, Mereka kini menjadi bersemangat sekali.

"Tuan? Kayaknya dia gembel, Kita menyebutnya Dewa itu si gembel sakti," pemilik kedai bingung dengan kata Tuan, Jelas saja Dewa itu cuma pemuda miskin sakti mandraguna.

Ratih terkejut dan tampak mau menangis mendengar Dewa berpenampilan seperti gembel, Dia yang biasa merawat Dewa dan membesarkannya dari kecil.

"Terus apa yang terjadi dalam pertarungan itu?" Ratih menuntut lanjut cerita.

"Turnamen ini berhadiah anak jenderal Diro, Dia sangat cantik." pemilik kedai melanjutkan ceritanya.

Ratih tertawa, Pasti prabu Dewa, jelas saja karena Dewa kan suka perempuan cantik, Tetapi dia terdiam, Malam sebelum Dewa pergi... Dewa justru mengajak dia menikah, Jelas saja Ratih menolak dan Dewa justru kabur keesokan harinya.

"Selanjutnya apa yang terjadi?" Ratih sudah sangat yakin ini adalah Dewa, Raja dia.

"Dewa menggunakan jurus yang sama dengan Wisana, Wisana kalah dengan jurusnya sendiri. Kalo tidak salah jurus rembulan es."

"Ya jurus rembulan es sudah di kuasai penuh oleh Dewa ketika berumur delapan tahun, Jurus itu masih gampang buat Dewa." Ratih tersenyum mengingat Dewa ketika berumur delapan tahun sudah sehebat itu.

Sepasang mata menguping pembicaraan mereka, Mata berkobar penuh api kebencian yang sudah akan meledak. Gadis cantik ini siapanya Dewa?

Wisana menatap marah ke Ratih, Dia memandang Ratih dengan sebal, tidak perduli jika Ratih itu cantik. Buat Dia Ratih ini mukanya kini menyebalkan sekali, harus di berinya pelajaran.

Jurus Rembulan dia di bilang terlalu gampang di kuasai. Padahal di pedepokan rembulan es dia lulusan terbaik dan termuda.

Tetapi kemudian dia ingat dengan Dewa, Yang memiliki jurus rembulan jauh lebih hebat darinya. Mengingat itu dia jadi membatalkan menyerang Ratih dan pengawalnya.

Aaa... Jangan-jangan semua sesakti Dewa, dia bisa mati sia-sia. Biasa dia yang arogan sekarang berpikir ulang.

Pemilik kedai kini kembali ke mejanya. Wisana melambai meminta kiriman lagi arak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!