Xin kembali ke ruang acara dengan jantung yang berdebar cepat. Ia tak pernah menyangka bahwa Avan akan melakukan hal itu di tempat umum.
"Sudah?" tanya Dash yang langsung kembali meraih tangan Xin dan menggenggamnya erat. Xin membiarkan Dash menggenggam tangannya, ntahlah ... Ia merasa saat ini sangat membutuhkan pegangan.
"Kita pulang sekarang, Dash," pinta Xin.
"Ada apa? Apa ada yang membuatmu tak nyaman?" tanya Dash.
Mata Xin menangkap sosok pria dan wanita keluar dari arah toilet. Penampilan mereka sedikit berantakan, hingga membuat Xin kembali membayangkan apa yang mereka lakukan di dalam sana.
Dash yang merasakan genggaman tangan Xin semakin erat padanya pun menoleh. Ia melihat wajah Xin yang tak seperti tadi. Bahkan ia sesekali melihat ke arah pandangan mata Xin.
"Avan Andreas," gumam Dash pelan, hingga tak terdengar oleh siapa pun.
"Aku ingin sekali membunuhnya," Xin bermonolog di dalam hatinya.
Dash memeluk pinggang Xin dan mendekatkan tubuh Xin padanya.
"Xin, tatap aku," perintah Dash.
Hal itu membuat Xin sesaat menatap ke arah Dash dan menghentikan pandangannya pada Avan.
"Lihat aku seorang, jangan ke arah pria lain."
Xin menatap ke arah Dash, tapi pikirannya masih pada Avan. Xin sebenarnya sudah tak peduli dengan apa yang Avan lakukan, tapi hatinya masih tak terima dengan apa yang Avan lakukan padanya.
Sepanjang acara, Dash terus merangkul Xin. Bahkan ketika Avan melihat ke arah mereka, Dash semakin mengeratkan pelukannya.
Pengantin pria dan pengantin wanita kini turun ke lantai dansa. Ruangan dibuat temaram dan musik mengalun dengan indah. Ketika pasangan pengantin telah menyelesaikan satu putaran dansa, beberapa pasangan mulai turun, termasuk Avan.
"Kita juga berdansa," ajak Dash pada Xin.
"Tapi, Dash ...," tak menginginkan penolakan, Dash tetap menarik Xin dengan perlahan hingga mereka kini berada di lantai dansa.
Alunan musik mengalun dengan lembut. Tubuh para pasangan dansa saling mendekat. Dash tersenyum menatap Xin.
"Kamu belum melupakannya? Apa kamu begitu mencintainya?" tanya Dash pelan.
"Aku ..."
"Kamu mau melupakannya? Aku bisa membantumu," ucap Dash.
"Kamu bisa membantuku?"
"Tentu saja aku bisa, bahkan kamu akan terus menatapku setelah ini," ucap Dash.
Tanpa menunggu persetujuan dari Xin, Dash mencium bibir Xin dengan lembut, sambil merangkul pinggang Xin. Ciuman yang awalnya biasa saja itu, lama kelamaan berubah menjadi ciuman yang begitu dalam.
Tubuh Xin mulai bergetar saat merasakan ciuman yang diberikan oleh Dash. Avan yang melihat hal itu pun menggeram kesal. Sejak tadi ia sudah memperhatikan Xin dan ingin berbicara padanya.
"Kita pulang," ajak Dash.
Xin pun menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Dash. Namun saat sampai di lobby, pergelangan tangan Xin ditarik dan terlepas dari Dash.
"Avan," guman Xin.
"Aku mencintaimu," ucap Avan, kemudian langsung mencium bibir Xin, meskipun langsung mendapat penolakan dari Xin. Avan bahkan memberikan ciuman di leher Xin dan meninggalkan jejak kepemilikan di sana.
Bughh!! Bughh!! Bughh
"Siapa yang mengijinkanmu menyentuh wanitaku hah?! Aku bisa merobek bibirmu itu dengan mudah!" teriak Dash sambil memukul Avan.
"Dash, aku mau pulang ...," Xin menarik lengan Dash dan mengajak pria itu segera pergi. Xin tak ingin lagi berada di sana.
Petugas keamanan yang berada di sana pun langsung mendekat untuk memisahkan keduanya.
"Aku akan menghancurkanmu Tuan Avan Andreas. Tunggu saja waktunya!" ucap Dash dengan mata yang menatap Avan dengan tajam.
Dash langsung merangkul Xin menuju mobil yang telah disiapkan oleh pihak valet. Di dalam mobil, Xin berkali kali mengusap bibirnya yang dicium oleh Avan. Ia juga menggosok lehernya begitu kencang hingga Dash menahan tangan Xin.
"Berhenti melakukannya, kamu menyakiti dirimu sendiri. Aku akan memastikan Avan menyesal telah melakukan hal ini padamu," ujar Dash.
*****
Xin masuk ke dalam sebuah kamar hotel yang ada dua kamar di dalamnya. Dash memang memesan kamar seperti itu sejak mereka pertama datang ke Amsterdam.
Xin masuk ke dalam kamar yang ia tempati kemudian langsung membuka gaun yang ia kenakan, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Jika dulu Avan menciumnya, mungkin Xin masih bisa menerimanya, tapi kini ... Setelah pria itu 'menjualnya' untuk kepentingan dirinya, Xin merasa jijik. Ia bahkan ingin membunuh pria itu.
"Menyebalkan! Menjijikkan!" umpat Xin sambil terus menggosok tubuhnya. Ntah mengapa ia masih terus saja merasa kotor setelah Avan mencuri ciuman darinya.
Saat Xin keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe, ia melihat Dash yang telah duduk di tepi tempat tidur, menatap ke arahnya.
"Kamu tidak mandi?" tanya Xin.
"Aku akan mandi, tapi aku ingin melihat keadaanmu dulu," jawab Dash.
"Aku tidak apa apa," ucap Xin, tapi ia tak dapat menyembunyikan matanya yang kini kemerahan seperti habis menangis.
"Kemarilah," Dash menepuk tempat tidur di sampingnya agar Xin duduk.
Saat Xin duduk, Dash melihat bekas tanda kepemilikan yang dibuat oleh Avan tadi, membuatnya seketika mengepalkan tangannya.
"Jadilah kekasihku dan lupakan dia. Aku akan membuatmu jadi wanita paling bahagia di muka bumi ini," ucap Dash sambil menatap mata Xin, tapi Xin tak menjawab dan hanya melihat ke arah Dash.
"Aku akan menghilangkan semua jejak dirinya di tubuhmu, di dalam dirimu."
Cupppp
Dash kembali mencium Xin dengan dalam. Ia memberikan lummatan dan mengeratkan pelukannya pada Xin. Dash juga menahan tengkuk Xin untuk memperdalam ciuman mereka.
"Aku akan membersihkan semuanya, agar yang tertinggal di sini, di sini, dan di setiap inch tubuhmu hanyalah jejakku," ucap Dash dan kembali memberi ciuman pada Xin.
Xin merasakan getaran di dalam tubuhnya. Berbeda dengan apa yang ia rasakan saat Avan menciumnya, Dash memberikan gelenyar halus yang membuatnya tak bisa menolak setiap apa yang dilakukan oleh Dash.
"Aku mencintaimu, Xin," ucap Dash di telinga Xin.
"Ahhhh," suara des sahan keluar dari bibir Xin, membuat Dash semakin panas. Sentuhan Dash juga membuat Xin seperti kehilangan akal.
Dash membuka bathrobe yang dipakai oleh Xin. Di dalamnya ternyata Xin belum menggunakan apa apa, membuat Dash dengan mudah memberikan sentuhan hingga membuat Xin terus mendes sah.
"Kamu membuatku tak bisa menahannya lagi, Xin," ungkap Dash.
Dengan cepat Dash membuka jas dan kemejanya, tak lupa juga celana serta semua yang melekat di tubuhnya. Tubuh Dash begitu mendamba penyatuan yang telah lama tak ia lakukan.
"Ahhh," teriak Xin dan mencengkeram punggung Dash akibat rasa sakit yang pertama kali ini ia rasakan.
"Xin, kamu sempit sekali," Dash akhirnya berhasil melakukan penyatuan dengan Xin.
Dash yang merasakan sesuatu yang berbeda, terus mendes sah bersama dengan Xin.
"Kamu benar benar nikmat. Aku mencintaimu," ucap Dash sekali lagi.
Namun, Xin sama sekali tak membalas ucapan Dash. Ia seakan menikmati apa yang saat ini ia rasakan dan ntah apa yang akan terjadi esok hari.
Dash sangat menikmati malam itu dan ia tak membiarkan siapa pun mengganggunya. Bahkan ia mematikan ponselnya agar Haedar tidak mengganggunya dengan semua masalah di perusahaan ataupun dengan proyek proyek mereka yang semakin hari semakin banyak.
"Aku berhasil memilikimu, Xin. Hanya milikku," gumam Dash.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Patrish
dunia halu mah bebas....
2025-01-12
0
s
NAJIS EUY
2024-11-14
0
Nurhartiningsih
parah jadi perempuan lemah...sebal
2024-08-25
1