(R) MENDEKAM DI PENJARA

Sudah satu bulan Xin bekerja di Perusahaan Frederick. Ia menjadi staf di bagian keuangan, sementara Aaron menjadi asisten pribadi Ayahnya, berhubung Kai sudah tak bekerja lagi karena harus pindah keluar negeri.

Xin memang ingin memulai semuanya dari bawah. Ia tak ingin jika pegawai di Perusahaan Frederick mengatakan bahwa ia memanfaatkan nama Ayahnya untuk mendapatkan jabatan di sana.

Namun, gosip tetaplah gosip. Ia masih saja mendengar beberapa pegawai membicarakannya di dalam toilet. Ia menghela nafasnya pelan, kemudian baru keluar dari bilik salah satu toilet setelah para pegawai itu pergi dari toilet.

"Aku masih saja dikira memanfaatkan. Betapa picik pikiran mereka itu," gumam Xin sambil menatap wajahnya di cermin.

Akhirnya, tanpa sepengetahuan Ethan, Xin mengirimkan beberapa lamaran pekerjaan ke perusahaan lain. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa lepas dari nama besar ayahnya dan tak ingin hanya dianggap memanfaatkan.

"Aku tak mungkin terus bekerja di sini. Aku ingin masuk ke perusahaan yang sesuai dengan hobbyku," gumam Xin sambil berpikir.

Selang beberapa hari, Xin mendapat panggilan dari sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Hal itu langsung membuat Xin berteriak senang, hingga membuat beberapa rekan kerja yang berada satu ruangan dengannya langsung melihat ke arahnya, tentu saja dengan tatapan tidak suka.

Namun, Xin sama sekali tak peduli. Ia sangat senang sekali, meskipun baru mendapat panggilan interview saja. Saat sampai di rumah pun, Xin masih menampakkan wajah bahagia.

"Kamu sedang bahagia, sayang?" tanya Queen.

"Ya, Mom," jawab Xin, "Oya Mom, di mana Dad? Aku belum melihatnya. Di Perusahaan juga tak ada."

"Hari ini Dad bertemu dengan salah satu klien bisnisnya di luar kantor. Mungkin sebentar lagi pulang," jawab Queen.

"Ada apa tiba tiba mencari Daddy, hmm?"

"Besok aku mau izin tidak masuk kerja, Mom."

"Tidak masuk? Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Queen sambil menautkan kedua alisnya mencari tahu.

"Aku ada interview di Perusahaan Speed-O Car, Mom," jawab Xin.

"Kamu melamar pekerjaan di perusahaan lain? Ada apa? Apa tidak nyaman bekerja di Perusahaan Daddy?" tanya Queen lagi.

"Tidak, Mom. Aku hanya ingin mencari sesuatu yang kusukai. Bukankah banyak orang mengatakan jika kita bekerja di bidang yang kita sukai, kita akan seperti tak bekerja, tapi menghasilkan."

Queen menghela nafasnya pelan.

"Jika Daddy tahu akan hal ini, Mommy yakin ia akan mencari cara agar kamu tak diterima bekerja di sana, sayang. Kamu tahu seperti apa Daddy kan?"

"Aku tahu, karena itu aku sedang bingung mencari alasan apa yang pas agar Dad tidak melakukannya."

Queen dan Xin duduk bersama sambil menopang dagunya di atas meja makan. Keduanya mulai berpikir, alasan apa yang bisa mereka katakan pada Ethan. Pasalnya Queen sudah berjanji tak ingin membohongi Ethan setelah pernikahan mereka dulu.

"Kamu tenanglah, biar nanti Mommy yang akan memikirkannya dan Mommy yang akan bicara pada Daddy. Serahkan semuanya pada Mommy, okay."

Xin tersenyum kemudian berdiri lalu memeluk ibunya dengan erat, "Thank you, Mom. I love you."

*****

Ntah apa yang dikatakan oleh Mom Queen, hingga membuat Ethan mengijinkannya tak masuk kerja hari ini. Ayahnya itu bahkan tak banyak bertanya padanya.

Dengan mengendarai mobilnya, Xin pergi menuju Perusahaan Speed-O Car. Ia merapikan kembali dandanannya yang memang hanya tipis tipis, juga pakaiannya. Ia ingin semua kelihatan sempurna.

Rasa percaya diri Xin pun semakin tinggi ketika semua pegawai di Perusahaan Speed-O Car memperhatikannya ketika ia melangkah memasuki lobby.

"Selamat pagi. Bisakah saya tahu di mana bagian HRD? Saya ada panggilan interview," ucap Xin dengan lembut.

Seorang resepsionis pria yang berada di sana langsung terpesona dengan kecantikan Xin, meski tak memakai make up tebal. Hingga ia disenggol teman sesama resepsionis karena melamun.

"Naik melalui lift itu ke lantai tiga," jawab salah satu resepsionis yang lain.

"Terima kasih," ucap Xin kemudian melangkah menuju lift.

Sampai di bagian HRD, Xin di interview dan melakukan test dengan beberapa pelamar yang lain. Setelah lulus di kedua test, mereka akan bertemu dengan manager dari divisi pemasaran, di mana mereka akan ditempatkan.

Saat Xin memasuki ruangan, mata manager pemasaran itu tak lepas menatap Xin. Pria yang bernama Avan itu tersenyum tipis sambil mencatat sesuatu di dalam kertas di hadapannya.

"Cantik," batin Avan.

Ada lima orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Avan yang ditemani oleh dua orang supervisor dari divisi pemasaran pun mulai mengajukan pertanyaan. Xin yang sangat senang bisa terpilih dari lima orang terakhir pun semakin percaya diri. Ia berusaha sebaik mungkin untuk memberikan jawaban terbaik dari setiap pertanyaan yang diberikan.

*****

"Arghhh!!!" sebuah pukulan menghantam wajah Dash dengan sangat kencang, hingga membuatnya terjatuh setelah menghantam rak di mana botol botol minuman berjajar dengan rapi.

"Aku menitipkan barang itu padamu, mengapa malah kamu hilangkan!" teriak seorang pria dengan geram.

Pria bernama Jarrel kembali menarik kerah baju Dash dan menatapnya tajam. Ia baru kembali dari luar kota dan ingin bertemu dengan pelanggannya untuk mendapatkan uang. Namun siapa yang menyangka kalau yang ia terima justru hanya makian karena dianggap penipu.

"Kamu tahu berapa harga barang itu?! Barang itu tak ternilai harganya karena dia lah yang akan menjadi jembatan penghubungku ke transaksi yang lebih besar. Dasar siallannn!!!" Dash kembali mendapat pukulan di perutnya.

Namun bukan Dash jika ia menerima begitu saja pukulan tanpa membalas. Ia telah menekan sebuah tombol yang langsung terhubung ke bagian kepolisian. Hingga polisi datang dan langsung membekuk Jarrel.

"Siallannn kamu, Dashh! Lihat saja aku akan membalasnya!!" teriak Jarrel saat dia ditarik dan dibawa paksa dari klub malam itu oleh pihak kepolisian.

"Balas saja kalau kamu bisa! Aku pastikan kamu akan mendekam lama di dalam penjara!!" teriak Dash yang tak mau kalah.

Bubuk putih dalam kantong plastik kecil yang dititipkan Jarrel pada Dash memang tak pernah sampai kepada orang yang dituju. Hal itu karena Dash telah menggunakannya untuk menjebak Xin sebelumnya.

Mengingat hal itu, Dash tiba tiba saja jadi memikirkan Xin. Ia belum berhasil membuat Xin bertekuk lutut di hadapannya, meskipun geng motor milik Xin telah ia kuasai.

"Di mana dia sekarang dan apa yang sedang ia lakukan?" gumam Dash seorang diri.

Dengan perasaan kesal, Dash meninggalkan klub malam itu dan pergi ke apartemen milik sahabatnya, Haedar. Ia sudah tak terlalu peduli dengan pekerjaannya di klub malam karena tujuannya saat ini adalah lulus kuliah dan mendapatkan semua aset serta Dazzling Group.

Dash ingin melihat Veronica hancur ketika mengetahui bahwa semuanya akan jatuh ke tangan Dash. Wanita itu pasti akan menangis tersedu sedu karena apa yang ia rencanakan selama ini telah gagal.

Tanpa siapa pun tahu, Dash mencari tahu tentang awal pertemuan Veronica dan ayahnya. Saat itulah ia mengetahui betapa materialistis Veronica sebenarnya. Bahkan wanita itu sudah sering melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur beberapa pria demi mendapatkan uang.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Ada untungnya juga Dash g jadi sama Veronica sang piala bergilir yg haus materi

2024-08-16

1

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Wah Kai g bersama Ethan lagi..Sang asisten kepercayaan yg rencananya selalu di luar prediksi BMKG 😄😄

2024-08-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!