(R) KECELAKAAN

Pagi pagi, Xin terbangun di atas tempat tidur, tapi Dash sudah tak ada di sebelahnya. Ia sedikit memgingat bahwa semalam ia tertidur di atas sofa.

"Apa Dash yang memindahkanku?" gumam Xin pelan.

"Sebaiknya aku segera mandi dan berangkat. Hari ini akan ada meeting dengan para investor," ucap Xin setelah melihat jam meja yang ada di atas nakasnya.

Xin tak memerlukan waktu lama untuk membuat dirinya siap. Ia memang selalu bergerak cepat. Setelah membersihkan diri, ia hanya merias wajahnya tipis dan tak lupa mencepol rambutnya. Ia merasa lebih simple dan tak perlu mengatur rambutnya lagi.

Ia membawa tas dan sebuah tablet turun ke bawah karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Di bawah, ia melihat Dash sedang mengatur sarapan di atas meja makan dengan apron di tubuhnya.

"Dash? Kamu belum bersiap?" tanya Xin.

Dash malah tersenyum melihat kehadiran Xin. Ia membuka apron dan meletakkannya di dapur.

"Duduk dan sarapan lah. Aku akan mandi terlebih dahulu. Aku membuatkannya khusus untukmu," ucap Dash kemudian melangkah ke lantai atas.

"Ia memasak untukku?" batin Xin melihat semua makanan yang ada di atas meja.

Baru Xin ingin mengambil lauk di atas meja, ia menghentikan gerak tangannya dan menariknya lagi, "sebaiknya aku menunggunya. Tidak sopan rasanya jika aku makan sementara ia masih di atas."

"Kamu belum makan, Xin?" tanya Dash yang kini telah rapi dengan setelan jas nya. Ia menuruni tangga dan terlihat sangat gagah.

"Aku menunggumu," jawab Xin.

Dash tersenyum, "Senang sekali rasanya ada yang menungguku sarapan. Aku seperti sudah memiliki seorang istri saja."

Xin hanya tersenyum tipis saat mendengar ucapan Dash karena ia tak mau terhanyut. Mereka pun sarapan bersama dan Xin cukup takjub dengan kemampuan memasak Dash yang bisa dikatakan enak.

"Enak," puji Xin.

"Terima kasih. Aku sudah terbiasa memasak sendiri," ujar Dash.

"Memasak sendiri? Apa tidak ada pelayan yang memasak untukmu? Atau Ibumu?" tanya Xin.

Brakkk!!

Tiba tiba saja Dash menggebrak meja makan itu hingga membuat Xin kaget. Ia bahkan memegang daddanya dan merasakan debaran jantungnya yang begitu kencang dan cepat.

"Maaf, apa aku telah salah bicara?" tanya Xin yang sepertinya tahu jika pertanyaannya salah.

"Kamu tidak salah, aku yang salah," jawab Dash yang akhirnya tak melanjutkan sarapannya. Ia bahkan kembali ke kamar tidur untuk mengambil kunci mobil miliknya.

"Kita berangkat sekarang," ucap Dash dengan wajah yang terlihat begitu geram.

Xin pun langsung bangkit, meraih tas dan tabletnya, kemudian mengikuti langkah Dash, meskipun makanan di atas meja masih banyak, seperti belum tersentuh.

Di dalam mobil, tak ada pembicaraan di antara keduanya. Mereka saling diam dan Xin tak ingin lagi membuka pembicaraan karena takut Dash akan kembali marah.

Saat sampai di sebuah lampu merah, Dash yang sepertinya tak sadar pun ingin terus melajukan kendaraannya, hingga Xin sedikit berteriak.

"Dash, berhenti," ucap Xin.

Dash yang kaget pun menginjak rem secara mendadak dan membuat Xin agak terdorong ke depan. Untung saja mereka menggunakan seatbelt. Namun, ada seorang pengendara motor yang sedikit terserempet akibat kejadian itu.

Ia memarkirkan motornya begitu saja, kemudian langsung memukul kaca Dash, "Turun! Kita harus menyelesaikan masalah ini. Hei! Cepat turun!"

Namun Dash yang suasana hatinya sedang tidak baik, tidak mempedulikannya dan malah menginjak kembali pedal gas nya saat lampu berubah hijau. Pengendara motor itu pun tak terima dengan apa yang dilakukan oleh Dash. Ia kembali naik ke atas motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi.

"Sebaiknya kita berhenti dan menyelesaikan ini baik baik, Dash," ucap Xin pada akhirnya.

"Diamlah!" ucapan Dash langsung membuat Xin mengatupkan bibirnya dan berpegangan pada seatbelt.

"Cepat berhenti!!" Pengendara motor itu sudah berada di samping mobil Dash dan memukul kaca mobil. Namun Dash terus saja melajukan mobil tersebut.

"Ahhhh!!!" teriak Xin. Pengendara motor tersebut memukul kaca jendela mobil bagian depan itu di titik di mana kaca tersebut akan pecah dengan mudah dan menjadi butiran kecil.

Rasa takut yang Xin rasakan kini berubah menjadi keberanian untuk menjatuhkan lawannya. Saat pengendara motor itu kembali berada di samping mobilnya, dengan cepat Xin membuka pintu hingga pengendara motor itu terjatuh. Setelahnya, terdengar suara tembakan yang membuat mobil sedikit oleng dan berputar karena laju yang sangat cepat dan ban mobil yang tertembak.

Kepala Xin terbentur jendela samping, yang akhirnya membuatnya terluka. Dash yang sadar pun mulai mengatur nafasnya dan akhirnya keluar dari mobil tersebut.

"Xin," Dash membuka pintu mobil bagian Xin dan melihat darah mulai mengalir dari kening Xin.

"Maafkan aku," ucap Dash yang langsung menggendong Xin dan menghentikan sebuah taksi yang lewat, untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Untuk masalah dengan pengendara motor tadi, Dash menghubungi Haedar untuk membantunya menyelesaikan semua.

*****

"Maafkan aku," ucap Dash lagi pada Xin.

"Aku tidak apa apa, tak perlu minta maaf," ujar Xin. Ia tahu ini pasti ada sangkut pautnya dengan apa yang ia katakan saat sarapan pagi, tapi ia tak tahu bagian yang mana karena Dash tak menceritakannya.

Dash menyentuh perban yang ada di dahi Xin kemudian dengan perlahan mengecupnya.

"Maaf, aku membuatmu terluka. Aku seharusnya tidak marah padamu karena ini semua adalah masalahku," ucap Dash, "Jangan pernah mengatakan apapun tentang Ibuku, okay. Aku membencinya, benar benar membencinya."

Xin menghela nafasnya pelan. Akhirnya ia mengetahui apa yang membuat Dash marah, yakni pertanyaannya tentang Ibu Dash tadi pagi. Sepertinya pria itu benar benar sangat membenci Ibunya karena ia begitu marah hanya karena pertanyaan tadi.

"Aku yang seharusnya minta maaf. Maafkan aku. Aku tak akan bertanya apapun lagi," ucap Xin.

"Kamu boleh bertanya apapun, kecuali tentang keluargaku. Mereka tak pantas untuk ditanyakan," ujar Dash yang memiliki luka begitu dalam pada kedua orang tuanya.

"Kita langsung pulang saja, Supir telah menunggu kita," ucap Dash.

"Kita tak jadi meeting?" tanya Xin.

"Aku menundanya. Kesehatanmu jauh lebih penting," jawab Dash.

Ntah mengapa hati Xin menghangat mendengar jawaban Dash. Pria itu terlihat begitu memperhatikannya dan ia sangat berterima kasih.

"Lalu bagaimana dengan pengendara motor itu?" tanya Xin lagi.

"Haedar sudah mengatasinya."

"Hmm ... Semua akan mudah jika menggunakan uang," lanjut Dash.

Xin menghela nafasnya pelan, "Tak semua hal bisa diselesaikan dengan uang, Dash."

"Aku tahu, tapi semua akan menjadi lebih mudah jika mempunyai uang."

*****

"Apa yang berhasil kamu lakukan hari ini?"

Pria itu menunjukkan beberapa gepok uang yang baru saja ia cairkan dari sebuah cek.

"Wow, kerja bagus! Apa ia terluka?" tanya Pria berparas berewokan itu.

"Sepertinya begitu, minimal terbentur. Bahkan aku melihat darah di lengannya. Selain itu wanita yang ada di sampingnya juga terluka."

"Kamu memang pantas diacungi jempol. Tak salah aku membayarmu mahal. Awasi mereka terus karena masih banyak yang akan kita lakukan untuk membuatnya merasakan apa yang kurasakan," ujar pria itu dengan senyum sinis yang terukir di wajahnya.

"Baik, Tuan. Panggil saja saya lagi jika anda ingin melaksanakan rencana anda. Saya akan selalu siap sedia untuk anda."

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Kecelakaan yg di sengaja..Jerrel sdh mulai mengusik Dash ini mah..

2024-08-16

1

StAr 1086

StAr 1086

apakah itu ulah jarrel....

2023-10-27

0

Myra Myra

Myra Myra

sape Ae musuh dia....bahaya...

2023-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!