Xin bekerja sebagai sekretaris Dash. Setelah mendengar penjelasan Dash mengapa ia bisa berada di sana, ia tentu tak begitu saja mempercayainya. Ia bahkan menuduh Dash mengada ngada.
Namun, saat Dash memperlihatkan surat perjanjian yang dibuat di antara dirinya dengan Avan, Xin dibuat terdiam. Bahkan kini semua berita di media sosial mengangkat topik tentang pengangkatan Avan sebagai CEO utama Speed-O Car.
"Semua akan baik baik saja, Xin," Xin menghela nafasnya perlahan beberapa kali agar perasaannya menjadi lebih tenang.
Ia berusaha mempercayai Avan dan bahkan merasakan cinta yang perlahan mendiami hatinya. Namun, dengan mudahnya ia dikecewakan. Ia seakan dijual oleh Avan demi sebuah investasi bagi perusahaannya.
Tak ingin berlama lama dengan hal itu, Xin pun mulai bekerja. Meskipun ia belum menguasai pekerjaan sebagai seorang sekretaris, tapi Xin adalah pribadi yang cepat belajar. Oleh karena itu juga ia bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu.
"Halo, Xin," sapa Haedar. Ia berdiri tepat di depan meja Xin dengan wajah yang terukir senyuman.
"Selamat siang, Tuan," sapa Xin.
"Jangan terlalu formal denganku, Xin. Kita sama sama bekerja di sini. Bagaimana kalau kita berteman? Kita bisa bekerja dengan baik jika seperti itu. Bagaimana?" Haedar menyodorkan tangannya, mengajak Xin bersalaman.
"Baiklah, kita bekerja sama," ujar Xin menyambut tangan Haedar.
"Ehmm ... Ehmm ...," Dash yang ternyata sudah berdiri di depan pintunya, berdehem dengan keras. Ia menatap Xin dan Haedar dengan tatapan tak suka.
"Kita makan siang. Setelah itu kita akan menemui Tuan Desmon," ucap Dash.
"Bukankah pertemuan itu masih jam dua?" tanya Haedar.
"Setelah makan kita langsung ke sana, jadi tidak perlu kembali ke perusahaan. Xin, ikutlah," ucap Dash melihat ke arah Xin.
"Baiklah," Xin ingin cepat mempelajari tugas tugasnya sebagai sekretaris. Ia akan bersikap profesional dan berusaha melupakan semua yang terjadi antara dirinya dengan Dash.
Xin mengambil sebuah tablet dan juga tas miliknya. Ia telah bersiap sementara Haedar sedang ke ruangannya untuk mengambil berkas kerja sama dengan Perusahaan Desmon.
"Jangan terlalu dekat dengan Haedar," ucap Dash setengah berbisik.
Xin tersenyum tipis, "Kami harus dekat, bukankah kami rekan kerja? Kami harus bekerja sama dengan baik demi anda, Tuan Ruiz."
Dash berdecak kesal mendengar jawaban yang diberikan oleh Xin. Tak lama Haedar pun kembali dan mereka bersama sama pergi makan siang di restoran yang tak jauh dengan tempat pertemuan mereka.
*****
Dash, Haedar, dan Xin makan siang di sebuah cafe yang berjarak sekitar lima ratus meter dari tempat pertemuan mereka. Xin sangat mengenal tempat ini, tempat di mana ia pernah makan bersama dengan Avan, yakni tempat Avan mengatakan akan serius dengannya.
Dash memperhatikan Xin yang tak terlalu banyak bicara. Tiba tiba saja Dash melihat mata Xin yang terpaku pada satu titik, bahkan mengikuti sesuatu. Dash langsung menoleh dan melihat ke arah pandang Xin.
"Seperti yang kamu kira, Xin. Ia tak serius denganmu dan hanya memanfaatkanmu untuk kepentingannya," batin Xin saat melihat Avan berjalan sambil melingkarkan tangannya ke pinggang seorang wanita.
"Jangan melihatnya, hmm ...," ucap Dash setengah berbisik.
Haedar yang juga melihatnya, hanya bisa menautkan kedua alisnya. Ia ikut menatap Avan yang masuk ke dalam bersama dengan seorang wanita yang membuatnya langsung bangkit dari tempatnya.
"Hae!" panggil Dash sedikit berteriak, membuat Avan yang baru masuk dan wanita yang berada di sebelahnya juga mendengar.
"Arghhhhh!!!" Sebuah pukulan langsung mengarah ke wajah Avan hingga membuatnya berteriak.
Dash yang melihat itu langsung bangkit dan menarik tubuh Haedar.
"Hentikan, Hae!" Dash juga melihat siapa yang ada di samping Avan setelah berdiri dekat.
"Moza?"
Moza yang melihat kehadiran Dash dan Haedar di sana sedikit panik. Haedar adalah pria yang dijodohkan oleh keluarganya. Haedar dan Moza sebenarnya diminta untuk segera bertunangan, namun keduanya menolak karena masih sibuk.
"Jadi ini pekerjaanmu di sini?" tanya Haedar, "Untung saja aku menolak untuk segera bertunangan denganmu."
"Baguslah kalau kamu sudah tahu! Aku jadi tak perlu sembunyi sembunyi lagi. Kamu tak ada apa apanya jika dibandingkan dengannya. Bekerja sebagai asisten pribadi saja, apa yang bisa kamu banggakan?" ucap Moza.
Ia mendekati Avan dan langsung membantunya berdiri, "Ayo, sayang. Kita keluar dari sini."
Avan mengusap ujung bibirnya yang terluka. Ia bangkit dan bersama dengan Moza keluar dari cafe tersebut. Namun, sesaat sebelum ia keluar, ia melihat Xin yang menatap ke arahnya. Hanya saja tatapan Xin begitu tajam dan seakan tanpa rasa lagi padanya.
"Xin," gumam Avan.
Xin memalingkan wajahnya dan tak ingin mempedulikan Avan. Ia menghela nafasnya pelan kemudian bangkit dan mendekati Dash serta Haedar.
"Sebaiknya kita segera berangkat, Tuan. Kita akan terlambat kalau menghabiskan waktu di sini," ujar Xin.
"Hae, ayo kita berangkat!" Dash menarik Haedar keluar dari cafe itu.
Saat di dalam mobil, Dash baru menyadari sesuatu.
"Tunggu sebentar! Aku belum membayar makanan kita tadi," ucap Dash.
"Aku sudah membayarnya, Tuan," ucap Xin dengan mata yang terus menatap ke depan.
Dash menghela nafasnya pelan, "Aku akan mentransfer uangnya nanti."
"Tak perlu, Tuan. Anggap saja aku sedang mentraktirmu dan Haedar hari ini," ucap Xin. Sesungguhnya ia berterima kasih pada Haedar karena telah memukul Avan, setidaknya rasa kesalnya bisa tersalurkan.
*****
Pertemuan dengan Tuan Desmon berjalan dengan lancar, bahkan mereka mencapai kesepakatan baru yang bisa melahirkan kerja sama yang baru pula.
Haedar kembali ke perusahaan, setelah itu Dash mengantarkan Xin ke apartemen yang ia tempati.
"Pindahlah dari sana. Aku sudah menyiapkan apartemen lain untukmu," ujar Dash.
"Itu tak perlu, Tuan Ruiz. Aku sudah menemukan apartemen yang lain dan aku akan segera pindah. Aku minta izin tak masuk esok karena aku harus pindah."
"Butuh bantuanku?"
"Tidak perlu, Tuan. Terima kasih banyak," ucap Xin sesaat sebelum ia turun dari mobil.
"Xin ... lupakan dia. Ia bukanlah pria yang baik."
"Aku tahu tapi aku tak akan pernah melupakannya. Ia merupakan salah satu pelajaran hidup untukku, agar tak mengulangi kesalahan yang sama. Selamat malam, Tuan Ruiz. Terima kasih," ucap Xin.
Xin turun dari mobil dan melangkah menuju ke apartemen. Ia tak menoleh ke belakang sama sekali, sedangkan Dash terus memperhatikannya hingga Xin tak terlihat dari pandangan.
*****
Pagi pagi, Dash sudah tiba kembali di apartemen Xin. Meskipun wanita itu menolak bantuan Dash, tapi ia ingin berguna bagi Xin. Bukankah dengan begitu Xin akan mengetahui ketulusannya bersahabat?
"Tuan Ruiz?"
"Bisakah kamu memanggilku dengan namaku saja, Xin? Jangan menggunakan kata tuan. Aku tak suka," ucap Dash.
"Apa yang anda lakukan di sini, Tuan?" tanya Xin.
"Xin ...," Dash seakan memohon agar Xin tak memanggilnya dengan sebutan tuan. Xin menatap Dash dan diam sejenak.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Dash?"
Dash tersenyum mendengar Xin menyebut namanya.
"Aku ingin membantumu pindahan. Lebih cepat kamu keluar dari sini, lebih baik. Aku sahabatmu kan? Mana yang perlu kuangkat?" tanya Dash.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments