Setelah menyerahkan masalah tersebut kepada pihak kepolisian, Xin akhirnya dinyatakan bebas. Mereka tak menemukan keterlibatan Xin dalam hal ini. Hanya ada satu sidik jari di sana dan itu adalah milik salah satu teman Xin. Xin sungguh tak percaya bahwa temannya itu akan menjebaknya.
"Aaron ..."
"Itu bukan salahku. Maafkan aku, Xin. Aku terpaksa. Aku membutuhkan uang yang sangat besar dan ia mau memberikannya padaku," ucap Aaron.
"Tapi kamu bisa meminta tolong padaku, Ar. Bukan dengan cara seperti ini," ucap Xin.
Xin akhirnya menemui pihak universitas dan menjelaskan semuanya. Ia mengatakan bahwa ada yang menjebak mereka berdua dan Aaron juga mengatakannya. Namun, Aaron tak berani mengatakan pada pihak universitas siapa yang menyuruhnya karena Dash sangat berpengaruh di sana, terutama karena nama besar ayahnya.
"Kalau kamu tak mau mengatakannya, maka dengan terpaksa kami harus menjatuhkan skorsing selama satu minggu padamu. Selain itu, kamu juga tidak bisa mengambil mata kuliah skripsi," ancam salah satu dosen yang dipercaya untuk menangani kasus ini.
Xin merasa kasihan pada Aaron. Aaron harus segera lulus karena ia ingin secepatnya bekerja, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tak mungkin ia menunda setengah tahun lagi karena gagal skripsi.
"Sir, biar aku saja yang menanggung hukumannya. Silakan skorsing selama dua minggu tapi bolehkan aku tetap mengambil mata kuliah skripsi, karena hanya itu saja yang kuambil semester ini," ujar Xin.
Dosen itu menghela nafasnya pelan. Ia mengenal kedua orang tua Xin, terutama Ethan. Memang rasanya tak mungkin jika Xin berulah. Akhirnya Xin dijatuhi skorsing selama dua minggu oleh dosen tersebut setelah mendapat persetujuan universitas.
Aaron sangat berterima kasih pada Xin. Jika saja ia tak melakukan semuanya demi uang, tentu Xin tak akan mengalami hal ini. Sementara itu, Xin hanya tersenyum dan menepuk bahunya.
"Semangatlah! Kita akan sama sama lulus semester ini," ucap Xin, membuat Aaron semakin tak enak hati.
Keluar dari ruang dosen, Xin melangkah sendiri menuju area parkir di mana mobilnya berada. Ia melihat sosok Dash tak jauh dari sana yang menatap kemudian menertawakannya. Namun bukan Xin jika langsung lemah karena hal itu. Xin malah membalas tatapan Dash dengan tak kalah tajamnya, sebelum ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan area kampus.
*****
"Aku ingin balapan ulang!" kata Dash pada pria yang waktu itu pernah menawarkan balapan sebelumnya.
"Balapan ulang? Apa kamu tak takut kalah lagi?"
"Kalah lagi? Tak akan! Aku pastikan kalau kali ini aku akan menang. Tapi ... aku hanya ingin bertanding dengannya, tidak dengan yang lain," ucap Dash.
"Kamu mau balapan atau mau berduaan?" pria itu malah menggoda Dash yang mengira bahwa Dash jatuh cinta pada Xin.
"Jangan berbicara macam macam. Lakukan balapan ulang dan sebagai hadiah kemenanganku nanti, aku ingin geng motor miliknya menjadi milikku!"
"Woww!! Kamu ingin geng motor miliknya menjadi bahan taruhan? Aku suka ini, sepertinya menyenangkan! Lalu, bagaimana jika kamu kalah?"
"Sudah kubilang aku tak akan kalah!" ucap Dash.
"Aku bilang misalkan. Bukankah mereka juga harus tahu apa yang akan mereka dapatkan jika mereka menang."
"Aku akan memberikan mobil balapku."
"Wuhuuuu, ini luar biasa! Taruhan yang cukup setimpal! Baiklah, aku akan memastikan balapan ini terjadi."
"Tak perlu kamu pastikan karena aku yakin mereka akan menerima balapan ulang ini," ujar Dash.
*****
"Aku tidak mau!" ucap Xin ketika salah satu anggota geng motornya mengajukan kembali sebuah balapan pada Xin.
"Hanya sekali ini saja, Xin."
"Kamu gila! Bagaimana bisa aku mempertaruhkan geng motor kita untuk menjadi miliknya. Ini bukan main main."
"Aku berani bertaruh bahwa kamu akan memenangkan balapan kali ini, Xin. Ia bahkan akan memberikan mobil balapnya untuk kita. Ia sombong, sudah pasti ia akan kalah."
"Benar, Xin. Tak ada salahnya mencoba. Jika sampai kamu kalah pun, aku akan keluar dari geng motor ini. Biar saja ia memiliki geng motor kosong tanpa anggota," ucap Giselle.
Xin menghela nafasnya dan tampak menopang wajahnya dengan tangan. Ia berpikir dan berpikir. Ia ingin menjauh dari Dash agar pria itu tak membuat masalah lagi dengannya. Hukuman skorsing yang waktu itu sungguh berat baginya karena ia kehilangan banyak waktu untuk bertemu dengan dosen pembimbing skripsinya.
"Apa dengan balapan kali ini ia akan menyerah dan tak menggangguku lagi jika aku berhasil mengalahkannya? Tapi bagaimana jika aku yang kalah? Bagaimana dengan teman temanku?" batin Xin. Banyak sekali yang ia pikirkan, terutama semua konsekuensi yang akan ia terima jika begini atau begitu.
"Baiklah, aku akan mengikuti keputusan kalian. Aku akan ambil balapan itu, tapi ini yang terakhir," ujar Xin.
Giselle dan seorang anggota geng lagi memeluknya dan tersenyum.
"Kita pasti akan menang, Xin. Aku sangat yakin dengan kemampuanmu," ucap Giselle.
Sementara di pojok ruangan, tampak Aaron yang menatap Xin dengan khawatir. Balapan ini juga terjadi karena dirinya yang pernah membuat masalah hingga Xin mendapat skorsing. Dia juga yang memaksa Xin saat balapan pertama dengan tiga geng motor lainnya.
*****
Hari balapan pun tiba,
"Kamu sudah siap?" tanya Dash yang berdiri berhadapan dengan Xin dengan masing masing memegang helm di tangan mereka.
"Tentu saja aku siap."
"Kali ini aku pasti menang dan mengambil kepemimpinan geng motormu itu. Jangan merasa sombong karena pernah mengalahkanku. Saat itu kamu hanya sedang beruntung karena kondisiku yang sedang tidak baik."
Xin tak membalas ucapan Dash dan memilih memutar tubuhnya, kemudian melangkah menuju di mana motornya berada. Giselle tepat berada di samping motor Xin, layaknya seorang gadis payung. Ia melakukan toss dengan Xin dan mengerlingkan sebelah matanya.
"Kamu pasti menang, Xin. Aku akan meneriakkan kemenangan untukmu," ucap Giselle.
"Thank you, Elle."
Xin menggunakan helm dan memasang sarung tangannya, kemudian ia menaiki motor dan bersiap di belakang garis start. Tampak di sebelahnya ada Dash dengan tatapan mata yang begitu meremehkannya.
"Go!!!" suara sebagai tanda dimulainya balapan telah terdengar. Kedua motor itu pun melaju dengan kecepatan tinggi. Kali ini jarak yang dilombakan lebih jauh dari sebelumnya, membuat Dash dan Xin semakin kencang mengendarai motor mereka.
Hingga sampai di satu titik, Xin merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan motornya.
"Ada apa ini? Ia tak mau melaju lebih kencang dari ini," batin Xin.
Kebingungan Xin tentu saja membuat Dash tersenyum sinis. Ia langsung melajukan motornya lebih kencang lagi dan meninggalkan Xin. Hingga terdengar suara sorak sorai di garis finish. Xin menghentikan motornya di garis finish dan menatap Dash yang tertawa dengan kemenangannya.
"Aku menang! Mulai detik ini, geng motormu adalah milikku. Tak ada yang bisa keluar seenaknya karena mereka harus membayar nominal tertentu sebelum keluar. Peraturan itu di sah kan mulai detik ini!" ucap Dash.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Patrish
haaiishhh... licik pasti....
2025-01-10
0
Alexandra Juliana
Dash..Dash kemenanganmu diraih dgn cara licik..Kau menyabotase motornya Xin
2024-08-16
1
Ita rahmawati
liciny dash
2024-05-12
0