(R) JADILAH KEKASIHKU

Beberapa hari setelah kejadian kecelakaan itu, Dash dan Xin pun terbang ke Amsterdam. Mereka akan melihat salah satu proyek yang saat ini sedang dikerjakan oleh Dazzling Group dengan salah satu perusahaan di Negara Kincir Angin tersebut.

Dash menghadiri meeting hanya bersama dengan Xin karena Haedar ia perintahkan untuk mengurus meeting dengan para investor karena Dash harus pergi lagi ke Amsterdam.

"Terima kasih atas kehadiran anda, Tuan Ruiz."

"Terima kasih juga atas undangan anda, Tuan."

"Proyek ini akan segera selesai, saya ingin mengadakan sebuah pesta, semacam syukuran atas kelancaran proses pembangunan ini."

"Anda bisa melakukan semua sesuai keinginan anda, Tuan. Saya hanya akan hadir sebagai tamu undangan saja," ucap Dash.

"Baiklah kalau begitu. Saya akan menyusun semuanya dengan baik. Oya, jika anda bersedia, datanglah ke pernikahan putra pertama saya. Acara tersebut akan berlangsung akhir minggu ini," ujar Tuan Francis.

"Tentu saja saya akan hadir. Terima kasih atas undangan anda Tuan Francis."

"Anda juga saya undang, Nona Xin," ucap Tuan Francis memberikan sebuah undangan lagi.

"Tidak perlu undangan lagi, Tuan. Xin akan datang bersama dengan saya," ucap Dash.

Tanpa perlu dijelaskan, Tuan Francis sangat tahu arti dari ucapan Dash. Ia pun tersenyum sambil sedikit mengangguk.

"Baiklah, saya sangat menunggu kehadiran anda, Tuan," ucap Tuan Francis.

Setelah pertemuan dengan Tuan Francis, Dash dan Xin langsung terbang ke Kota Roma. Mereka juga akan menyelesaikan beberapa pekerjaan di sana. Baru pertama kali ini bagi Xin bekerja berpindah pindah dari satu negara ke negara lain dan ini cukup menyenangkan baginya.

"Mengapa kamu menyanggupi untuk datang ke acara pernikahan putra Tuan Francis? Bukankah kita harus segera kembali ke London?" tanya Xin.

"Acara tersebut ada di akhir minggu ini dan kita bisa kembali ke London di minggu pagi. Senin kita juga sudah siap meeting kembali di kantor pusat Dazzling " jawab Dash.

"Tapi aku tak membawa gaunku, Dash," ucap Xin lagi.

"Setelah dari Roma, kita akan langsung kembali ke sini dan mencari gaun untukmu."

Xin menghela nafasnya pelan. Ia sedang mencoba bernegosiasi dengan Dash sebenarnya agar ia tak ikut dalam acara tersebut. Ia takut bertemu dengan Ayahnya yang mungkin akan melihat dirinya bersama dengan Dash. Ia tak mau Dad Ethan tahu bahwa Xin sudah pindah dari Speed-O Car, apalagi kalau sampai tahu jika Avan sepertinya menjualnya demi kelangsungan perusahaannya.

"Baiklah, terserah padamu saja," akhirnya Xin pasrah dengan apa yang terjadi nantinya. Ia akan bersiap diri saja sampai hari itu datang.

*****

Setelah kembali ke Kota Amsterdam, Dash dengan setia selalu menemani Xin ke mana pun. Seperti saat ini, Dash menemani Xin ke sebuah butik di mana Xin akan membeli sebuah gaun untuk acara resepsi pernikahan putra Tuan Francis.

"Bagaimana?" tanya Xin pada Dash saat melihat dirinya di sebuah cermin.

"Sangat cocok untukmu, aku suka," Dash tak terlalu bingung karena selera fashion Xin sungguh bagus. Bahkan hanya menggunakan gaun sederhana saja, terlihat begitu elegan di tubuh Dash. Ia bahkan bisa melihat lekuk tubuh Xin dan mulai berfantasi liar dengan hal itu.

"Kita ke salon sekarang," ajak Dash setelah membayar gaun yang tadi dipilih oleh Xin.

Xin tak menolak karena sudah lama sekali dirinya tak pergi ke salon. Meskipun tidak untuk memanjakan diri, tapi Xin cukup senang bisa pergi ke salon.

"Ayo!" terlihat senyuman di wajah Xin, membuat Dash tanpa sadar juga ikut tersenyum.

Mereka segera menuju ke sebuah salon dan Xin mulai meminta mereka merias wajahnya secara natural dan menggerai rambutnya. Hal itu ia lakukan agar terlihat sedikit berbeda dari biasanya.

*****

Dash tak berhenti menoleh ke arah Xin selama di dalam mobil. Hal itu membuat Xin berkali kali memperingatkan Dash untuk fokus pada jalan di depannya.

"Jangan terus melihat ke arahku, Dash. Lihat ke depan dan fokuslah," ucap Xin.

"Kamu cantik sekali, Xin. Luar biasa cantik, sampai mengalihkan duniaku. Di resepsi nanti, jangan jauh jauh dariku, okay. Aku tak mau kamu didekati pria lain," ucap Dash yang terkesan begitu posesif.

"Aku bukan kekasihmu, Dash. Kamu tak bisa mengaturku seperti itu," ucap Xin.

Dash menginjak pedal rem mobilnya secara tiba tiba, hingga membuat Xin sedikit tersentak ke arah depan.

"Dash!"

Dash menoleh ke arah Xin dan menatap lurus serta dalam ke manik mata Xin.

"Kalau begitu, jadilah kekasihku. Kamu mau kan?" tanya Dash dengan tegas tapi lembut.

Xin tertawa, "Sudah, jangan bercanda. Ayo cepat jalan!"

"Aku tidak bercanda, Xin. Aku serius. Aku jatuh cinta padamu. Bagaimana kalau kita menjalani hubungan sebagai kekasih?" tanya Dash sekali lagi.

"Akan kupikirkan," ucap Xin dengan cepat untuk menyudahi pertanyaan Dash yang Xin yakini tak akan berhenti sebelum mendengar jawaban darinya.

"Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu. Aku sangat berharap jawabanmu akan membuat duniaku penuh bunga dan kupu kupu."

Xin kembali tertawa mendengar ucapan Dash. Semakin hari, Xin semakin nyaman berada di dekat Dash. Hal itu karena Dash bisa menjadi atasan sekaligus sahabat baginya, yang belakangan ini tak ia miliki.

Keduanya sampai di acara resepsi pernikahan putra Tuan Francis. Dash memarkirkan mobilnya di lobby dan segera turun. Ia berjalan memutar, membukakan pintu, lalu memberikan tangannya pada Xin. Hal itu bahkan membuat Xin tertawa, bukan gugup. Dash melempar kunci mobilnya pada petugas valet sebelum melangkah masuk ke dalam gedung.

"Acaranya sangat ramai, Dash," bisik Xin.

"Hmm ...," bisikan Xin membuat tubuh Dash seakan bergetar karena suara Xin yang terkesan begitu sekksi.

Sementara itu mata Xin memindai ke sekeliling, "tak ada ... tak ada Dad Ethan di sini," gumam Xin.

Dash selalu berada di sampingnya, bahkan tak membiarkan rangkulan tangannya terlepas dari lengan pria itu.

"Aku ke toilet dulu," pinta Xin.

"Aku antar," ucap Dash.

"Tak perlu, aku hanya ke toilet saja. Sebaiknya tetap di sini, banyak orang yang sepertinya ingin berbicara denganmu."

"Baiklah kalau begitu. Jangan terlalu lama," ucap Dash dan Xin pun menganggukkan kepalanya.

Setelah menghabiskan beberapa lama di toilet, Xin pun keluar. Saat ia keluar, ia melihat sosok pria dan wanita yang berada tak jauh dari pintu toilet, di pojok lorong dalam suasana yang sedikit temaram.

Xin bisa mendengar dessahan keduanya dan hatinya kembali tercekat ketika mendengar pembicaraan mereka.

"I love you, Van. I love you Avan Andreas. Kamu benar benar luar biasa."

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

untung lepas dari Avan...

2025-01-12

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

si avan ih mnjijikkan

2024-05-13

1

Myra Myra

Myra Myra

bkn bos tmpt Ae Xin keje dolo kew...kew org laen Ae...nama Ae x asing tpy lupa

2023-07-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!