Hampir setiap hari Dash selalu datang ke apartemen Xin. Bahkan hari ini, ia bisa masuk dengan sendirinya. Dash masuk ke dalam tanpa suara. Suasana di dalam unit apartemen itu begitu sunyi karena waktu masih menunjukkan pukul empat pagi.
"Ia pasti belum bangun," ucap Dash kemudian membuka jas, kemeja, serta celana panjang yang ia gunakan. Hingga hanya menggunakan sebuah boxer saja di tubuhnya. Ia naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Xin.
"Ia sungguh menggemaskan saat tidur seperti ini."
Dash menarik tubuh Xin ke dalam pelukannya dan Xin tak terbangun dengan pergerakan itu. Dash merasakan kehangatan yang tak pernah ia rasakan. Ia bahkan mengecup pucuk kepala Xin dan menatap wajah cantik gadis itu. Harum rambut Xin membuat tubuh Dash merasakan getaran yang tak biasa, tapi ia berusaha untuk menahannya.
"Ya ampun, Xin. Apa kamu begitu takut dengan kedatanganku dan melihat dirimu yang hanya menggunakan lingerie? Aku justru sangat menyukainya."
Ia tertawa kecil saat melihat Xin menggunakan sebuah piyama, bukan sebuah lingerie. Memang sudah hampir satu minggu ini, Dash selalu datang sekitar jam enam pagi. Xin tak mau terlihat menggunakan lingerie lagi seperti sebelumnya.
"Aku pasti akan mendapatkanmu," gumam Dash.
Ia memejamkan matanya dan mulai terlelap. Waktu berputar, tak terasa sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Keduanya masih memejamkan matanya seakan tak terganggu oleh apapun.
Xin mulai menggeliat. Ia mencium harum maskulin di dekatnya, membuatnya mengerjapkan mata. Matanya membulat ketika melihat Dash berada di sampingnya dan tengah memeluknya.
"Dash?!"
"Arghhhh!!!" terdengar teriakan Dash yang terjatuh dari atas tempat tidur karena Xin dengan kencang menendang dan juga mendorongnya. Xin langsung bangkit dari tempat tidurnya dan menatap Dash serta memastikan dirinya aman.
"Mengapa kamu mendorongku?" tanya Dash.
"Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidurku? Berani sekali kamu melakukannya!"
"Aku tak bisa tidur semalaman, jadi aku datang ke sini. Lihatlah, aku bisa tidur hanya dengan memelukmu saja," ujar Dash.
"Tuan Ruiz yang terhormat, silakan anda keluar dari apartemen saya. Anda tidak berhak masuk seenaknya, apa perlu saya panggilkan pihak keamanan?" ancam Xin.
"Baiklah, baiklah. Aku akan pergi. Tapi bisakah kita bersahabat? Aku ingin minta maaf atas semua yang kulakukan padamu dulu. Maaf, karena sebenarnya aku hanya marah karena kekalahanku."
"Aku sudah melupakannya, Tuan Ruiz. Sekarang keluarlah."
"Kamu memaafkanku?" tanya Dash dengan antusias.
"Aku sudah memaafkan, tapi bukan berarti melupakan."
Dash menghela nafasnya pelan, "Aku sungguh sungguh minta maaf. Bisakah kita memulainya lagi dari awal?"
Kini giliran Xin yang menghela nafasnya. Ia menatap Dash dan rasanya tidak ada salahnya jika ia membuka pertemanan dengan Dash. Lagipula hidup untuk mencari teman, bukan untuk mencari musuh.
"Baiklah, tapi tolong jangan seperti ini lagi," ucap Xin.
"Seperti ini bagaimana?"
"Jangan masuk sembarangan dan tidur di atas tempat tidurku. Tempat ini hanya untuk orang orang yang spesial di hatiku," jawab Xin.
Dash akhirnya bangkit dari atas lantai dan memakai kembali pakaiannya. Ia mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Ada rasa sakit di dalam hatinya saat mendengar ucapan Xin.
"Aku pergi dulu," ucap Dash sambil lalu. Ia mengepalkan tangannya dan berjanji di dalam hatinya. Apapun yang terjadi, ia pasti bisa membuat Xin takluk dan segera menjadi miliknya.
*****
Sudah satu minggu ini, Dash tak pernah lagi muncul di apartemen Xin. Xin sendiri begitu sibuk mempersiapkan proposal penawaran beberapa produk mereka untuk diberikan pada Dazzling Group.
"Apa semuanya sudah siap, Xin?" tanya Tuan Dominic.
"Sudah, Tuan. Aku sudah menyiapkannya di sini."
"Baiklah, itu sangat diperlukan untuk meeting hari ini," ujar Tuan Dominic.
Xin tampak bersiap siap untuk ikut pergi bersama, namun ia merasa aneh ketika Tuan Dominic meminta proposal itu darinya.
"Berikan padaku, Xin," pinta Tuan Dominic.
"Biar saya saja yang akan membawakannya, Tuan," ucap Xin.
"Tak perlu, hari ini aku hanya akan pergi bersama dengan Tuan Avan."
"Baiklah kalau begitu," ucap Xin. Ia membiarkan Tuan Dominic pergi begitu saja dan ia tetap di perusahaan. Sebenarnya di dalam hati Xin timbul pertanyaan, tapi Xin tak ingin terlalu banyak berpikir, jadi ia tak mau ambil pusing.
*****
Avan berhasil mendapatkan kerja sama dengan Dazzling Group. Bahkan mereka akan menanamkan investasi di Perusahaan Speed-O Car. Ayah Avan sangat bangga atas pencapaian Avan, hingga sebuah acara besar diadakan secara mendadak.
"Mulai saat ini, Speed-O Car akan dipimpin oleh putraku Avan Andreas. Aku menyerahkan semua kepadanya yang berarti semua perintahnya adalah pekerjaan bagi kalian," ucap Ayah Avan.
Acara tersebut diadakan di ruang serbaguna perusahaan yang berada di lantai dua. Avan berdiri di atas panggung yang tak terlalu tinggi. Wajahnya terus menampakkan senyum tiada henti.
"Terima kasih atas semuanya. Kita harus bekerja sama dengan baik untuk terus mengembangkan Speed-O Car agar menjadi lebih baik lagi dan semakin maju ke depannya," ucap Avan sebagai penutup pidatonya.
Namun, ada sesuatu yang berbeda yang dirasakan oleh Xin. Avan sangat jarang menyapanya, bahkan hampir tak pernah bertegur sapa. Pernah sekali waktu, mereka bertemu di lobby. Avan melewatinya begitu saja, tanpa ada kontak mata sama sekali.
Setelah itu, mereka juga pernah berdiri di depan lift. Saat pintu lift khusus direksi terbuka, tak ada tawaran sama sekali dari Avan untukmya. Bisa dikatakan bahwa sejak penandatangan kerja sama itu, Avan tak pernah menegurnya sama sekali.
"Apa aku memiliki kesalahan padanya?" gumam Xin, "Mengapa ia acuh padaku dan seakan tak mengenaliku lagi?"
Xin menggelengkan kepalanya dan kembali fokus bekerja. Ia tak ingin masalah kecil menjadi besar. Mungkin Avan kini sudah sangat sibuk hingga ia tak punya waktu untuk bermain main atau sekedar menyapa Xin, demikian pikirnya.
"Xin, kamu dipanggil oleh Tuan Avan," ujar Dominic.
"Tuan Avan memanggilku?" tanya Xin sekali lagi untuk memperjelas.
"Ya, cepatlah! Ia tak suka menunggu lama."
Xin tak menunggu lama, ia langsung bergegas pergi menuju ruangan Avan. Sekretaris Avan pun mempersilakannya untuk masuk.
"Silakan, Nona."
"Terima kasih," ucap Xin.
Xin masuk ke dalam ruang CEO dan tampak ruangan yang begitu luas. Ia bisa melihat Avan duduk di balik meja, di atas kursi kebesarannya.
"Kamu memanggilku?" tanya Xin sedikit tidak formal.
"Ah, Nona Xin. Senang sekali anda datang dengan cepat. Aku jadi tidak perlu berlama lama menunggu anda," ucap Avan.
Xin merasa sikap dan cara bicara Avan sangat aneh. Ia bersikap sangat formal sekali, hingga Xin seakan tak mengenalinya lagi.
"Ini surat tugas untuk anda."
"Surat tugas?" tanya Xin yang tidak mengerti maksud Avan.
"Sampai waktu yang tidak ditentukan, anda tidak akan bertugas di Perusahaan utama Speed-O Car. Anda akan dipindah tugaskan ke perusahaan lain yang masih menjadi rekanan kami, yakni Dazzling Group. Jadi sekarang silakan bereskan barang barang anda dan pergi ke sana, sesuai surat tugas yang saya berikan. Jangan terlalu banyak bertanya karena saya tak akan menjawab," ucap Avan.
"Pindah tugas? Dazzling Group?" gumam Xin yang semakin merasa aneh dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan tempatnya bernaung.
"Apa jangan jangan ...?" batin Xin mulai menebak hal hal aneh yang bisa saja terjadi.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Patrish
kok bisa.. memang punya key word nya
2025-01-10
0
Nurhartiningsih
waaahhhh...Avan jahat...menukar xin dg kerja sama
2024-08-25
1
Alexandra Juliana
Hmmmm benar kaannnsi Avan membuat kesepakatan dgn Dash, Dash akan membantunperusahaan Avan asal bisa dekat dgn Xin..Xin dijadiin tumbal tuh sama Avan
2024-08-16
0