Dash telah siap dengan motornya. Malam ini ia mengambil bagian dalam sebuah ajang balap motor antar beberapa geng. Dash yang sedang kacau, ingin melampiaskan semuanya dalam balapan kali ini. Ia sangat yakin sekali bisa menang dari semuanya.
"Kapan pertandingan ini akan mulai?" gerutu Dash pada sahabatnya, Haedar.
"Tunggu sebentar, kita sedang menunggu seseorang yang katanya akan menjadi bintang malam ini," ujar Haedar yang semakin membuat panas hati Dash.
Ada empat geng motor yang akan bertanding malam ini, tapi ada satu geng motor yang ketuanya belum hadir. Hal itu membuat Dash merasa disepelekan, apalagi yang ia ketahui bahwa ketua geng motor itu adalah seorang wanita.
Tak berapa lama, ketua geng motor itu akhirnya datang. Seorang wanita berpakaian serba hitam dengan rambut yang dikuncir kuda. Mata Dash membola saat melihat siapa wanita yang ada di sana.
"Dia?" batin Dash.
Xin berdiri dengan tegap dan sambil memegang helm nya. Awalnya ia tak ingin datang karena menurutnya balapan kali ini dirancang untuk adu kuat. Xin lebih senang jika balapan yang diselenggarakan dilakukan hanya untuk bersenang senang. Ia memang menghindari permusuhan dengan siapa pun, kecuali orang yang mencari masalah terlebih dulu dengannya.
"Woww Dash, sepertinya pertandingan kali ini akan sangat menarik," bisik Haedar di telinga Dash.
Keempat pembalap dari empat geng motor yang berbeda pun telah siap diatas motor mereka masing masing. Di antara empat pembalap tersebut, hanya Xin yang seorang wanita, selebihnya adalah pria.
Balapan pun akhirnya dimulai. Jarak yang harus mereka tempuh tak terlalu panjang, hanya memerlukan kecepatan dan sedikit skill karena semakin ke depan, jalan yang dilalui akan semakin sempit.
"Yeayyyy!!!" teriakan menggema di jalan yang sepi itu.
Xin kembali ke titik awal dengan motornya setelah berhasil mengalahkan tiga pembalap lain. Para anggota geng motornya bersorak gembira dan melingkari Xin, kemudian menyuarakan yel yel mereka.
"Ayo kita pulang," ajak Xin pada teman temannya.
Sementara itu pembalap yang kalah tentu merasa kesal, terutama Dash. Ia merasa harga dirinya jatuh seketika karena kalah oleh seorang gadis yang menurutnya tak ada apa apanya dibanding dirinya.
"Dash!" panggil salah seorang temannya yang melihat wajah Dash yang kesal.
"Aku pulang!" ucap Dash ketus.
Dengan kesal Dash langsung membanting motornya sendiri, kemudian pergi dengan menggunakan mobil. Ia tak suka dengan kekalahan.
Pulang dari acara balap itu, Dash langsung pulang ke rumah. Waktu masih menunjukkan pukul sebelas malam. Ia hanya ingin menyendiri saat ini. Namun, ketika menaiki tangga dan melewati kamar tidur ayahnya. Ia mendengar suara suara dessahan yang menurutnya sangat menjijikkan. Ntah sejak kapan ia tak suka dengan keberadaan Veronica di dekatnya.
"Menjijikkan!" Dengan sengaja Dash menutup pintu yang setengah terbuka itu dengan membantingnya. Akhirnya, ia tak jadi masuk ke dalam kamar tidurnya dan memilih kembali pergi. Ia langsung menuju ke klub malam tempat ia bekerja. Namun kali ini ia hanya akan menghabiskan malamnya dengan mabuk.
*****
Hari ini Dash kembali kuliah. Ia sudah terlambat satu tahun di mana seharusnya ia telah lulus tahun kemarin. Ia memang sangat santai menghabiskan waktu kuliahnya karena malas jika cepat cepat. Ia ingin menghabiskan uang ayahnya dengan membayar biaya kuliahnya yang semakin besar bila ia terlambat lulus setiap tahunnya.
"Kamu sudah siap untuk ujian kali ini, Dash?" tanya Haedar.
"Ujian atau tidak, hasilnya akan tetap sama untukku. Bukankah Dad Fernando tak mempermasalahkan kuliahku," jawab Dash.
Saat ia berkumpul bersama teman teman nya di taman kampus, Dash menangkap sosok Xin. Sosok seorang gadis yang menurutnya hanya seorang gadis ingusan, tapi ternyata adalah seorang ketua geng motor yang berhasil mengalahkannya saat balapan semalam.
Kekesalan Dash seakan belum berakhir. Setiap kali melihat Xin, ia teringat kembali pada kekalahannya dalam balap motor. Selain itu, pertemuan pertamanya dengan Xin juga membuatnya geram karena kepalanya ditimpuk dengan menggunakan sebelah sepatu.
"Aku akan membuatnya menyesal," gumam Dash sambil mengepalkan tangannya.
"Kamu mau ke mana, Dash? Kita ada kuliah lagi setelah ini," ujar Haedar.
Ia pun menyampirkan tas ranselnya dan meninggalkan tempat itu. Saat berjalan di sebelah Xin, dengan sengaja ia menabrakkan tas miliknya ke arah Xin. Ia mengira Xin pasti akan marah atau membalasnya. Namun ia salah, Xin malah berjalan terus tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya.
"Siallannn!!" batin Dash dengan geram.
Kalau saja Xin bukan seorang wanita, tentu ia akan mendekatinya dan langsung menghajarnya. Kali ini juga, ia harus kembali menahan emosinya. Akan turun harga dirinya lagi jika ia sampai memukul seorang wanita.
Benci! Dash semakin membenci makhluk yang bernama perempuan. Ia membenci ibunya, mantan kekasihnya, dan kini Xin juga berada di dalam daftar kebenciannya. Dash berjanji dalam hatinya akan membenci mereka dan menganggap wanita hanya sebuah permainan. Ia akan menang melawan mereka, pasti!
*****
"Ada barang, Dash?" tanya salah seorang pelanggan Dash di klub malam. Ia meracik minumannya sambil menjawab pertanyaan mereka.
"Tidak ada," jawab Dash singkat.
"Tidak ada bagaimana?"
"Aku sudah tak bermain di sana," ucap Dash.
Pelanggan itu seketika menertawakan Dash yang menurutnya mulai ingin berjalan lurus.
"Jangan membuatku tertawa. Ini jalan singkat menjadi kaya," ujar Jarrel.
"Aku sudah kaya," ucap Dash tanpa berpikir. Ayahnya memang kaya, meskipun ia kini bekerja sebagai seorang barista. Pekerjaan yang ia lakukan saat ini hanya agar ia bisa menghabiskan waktu di luar rumah.
Malas sekali rasanya jika ia harus melihat kemesraan serta dessahan menjijikkan di dalam rumah antara ayahnya dengan wanita tak tahu malu yang berstatus ibu tirinya itu.
"Kalau begitu, bolehkah aku minta tolong?" tanya Jarrel.
"Apa?"
"Aku titip ini padamu. Ada seseorang yang akan mengambilnya besok malam di sini. Aku harus pergi ke luar kota besok pagi dan tak mungkin menemuinya. Bantu aku kali ini, okay."
"Bayarannya besar tidak?" tanya Dash.
"Tentu saja besar. Tapi kalau sampai gagal, kamu tak akan mendapatkan apa apa," ujar Jarrel.
Dash menghela nafasnya pelan dan mengambil serbuk putih dalam kantung yang sangat kecil itu, "Baiklah."
Dash langsung memasukkannya ke dalam saku kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Dalam perjalanan pulang, di dalam mobilnya, tiba tiba saja Dash mendapat sebuah ide untuk menjatuhkan Xin. Ia yakin setelah ini wanita itu tak akan berani bersikap sombong lagi. Ia tersenyum tipis karena hal itu.
*****
"Itu bukan milikku!" ucap Xin dengan tegas saat ditemukan sekantong kecil serbuk putih yang dikenal sebagai narkoba di dalam tas miliknya.
Teman temannya yang awalnya berdiri di dekatnya pun segera menjauh karena takut akan terkena imbas masalah itu. Setiap mahasiswa di universitas cukup kaget karena tiba tiba saja dilakukan pemeriksaan oleh pihak keamanan universitas. Hal ini tak pernah terjadi sebelumnya.
Ya, Dash mendapatkan ide untuk meletakkan kantung kecil berisi serbuk putih itu ke dalam tas milik Xin dengan bantuan seseorang. Ia hanya perlu memberi timbal balik berupa sejumlah uang.
"Lihatlah,aku menang! Apa kamu masih bisa memperlihatkan kesombonganmu itu?" batin Dash.
Dari kejauhan, Dash tersenyum tipis saat melihat Xin dibawa ke pos keamanan. Ia harus mempertanggung jawabkan kepemilikan benda itu.
Di dalam pos keamanan,
"Itu bukan milikku," ucap Xin.
"Tapi ini ditemukan di dalam tas-mu," ucap petugas keamanan tersebut.
"Sudah kukatakan itu bukan milikku! Periksa saja sidik jari yang ada di sana dan tes sampel darahku. Aku berani bertaruh kalian tak akan bisa membuktikan apapun!" Ucap Xin dengan percaya diri.
Ia tak takut karena memang ia tak bersalah. Xin yakin ada seseorang yang ingin menjebaknya. Dalam pikirannya hanya ada satu orang dan ia sangat yakin siapa yang bermain di balik ini semua.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Patrish
Xin cerdas... betul.. sidik jari dan test darah... urine
2025-01-10
0
Ita rahmawati
cwo yg licik
2024-05-12
1
Bilal Muammar
dash koq jahat sih....sabar ya xin....
2024-02-22
0