(R) JANJI YANG KAMU INGKARI

"Aku diterima, aku diterima," Xin mendekap ponselnya dan terus tersenyum

Xin kembali tersenyum tanpa henti ketika ia mendapatkan notifikasi pesan di ponselnya bahwa ia diterima bekerja di Perusahaan Speed-O Car. Kini ia hanya perlu mengajukan resign pada Dad Ethan.

Bukan karena pembicaraan pegawai lain tentangnya di Perusahaan Frederick, tapi ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri dan pada kedua orang tuanya, bahwa ia mampu berkembang, tanpa bantuan keluarganya.

Xin ingin kedua orang tuanya bangga akan dirinya, dengan pencapaiannya. Malam ini, ia akan bicara dengan Dad Ethan, empat mata.

*****

"Dad ..."

"Hmm ...," jawab Ethan tanpa menoleh. Ia sedang membaca sebuah berkas yang akan menjadi bahan meeting esok hari.

"Aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Xin.

"Katakanlah, sayang," ucap Ethan. Ia sebenarnya sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh putrinya itu. Putri yang menjadi benang merah dengan istrinya, Queen. (Baca : Love in Revenge)

"Aku ... Aku ... Aku diterima bekerja di Perusahaan Speed-O Car, Dad. Aku ingin berhenti bekerja di Perusahaan Frederick dan mulai bekerja di sana," ucap Xin.

Tak ada ucapan apapun dari Ethan, membuat Xin yang sedikit menunduk itu mulai merasa kalau Ayahnya itu sedang marah padanya. Ia pun memberanikan diri menengadahkan wajahnya, menatap Ayahnya.

Betapa kagetnya Xin ketika Ayahnya justru melihat dengan tatapan teduh ke arahnya. Tak ada amarah di wajahnya, bahkan tak ada ancaman ataupun omelan keluar dari bibirnya. Ia malah melihat Ayahnya itu tersenyum.

"Daddy tidak marah?" tanya Xin.

"Bagaimana Daddy bisa marah padamu? Kamu putri Daddy satu satunya, putri yang sangat Daddy sayangi. Daddy hanya sedikit kecewa dengan pilihanmu, yang lebih memilih bekerja di perusahaan orang lain, bukan di perusahaan keluargamu," jawab Ethan.

"Dad ... I'm sorry," Xin langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Ethan.

"It's okay," Ethan membalas pelukan Xin tak kalah erat. Ia akan mencoba mengerti pilihan Xin saat ini. Ia yakin setelah putrinya itu mendapat pengalaman di luar sana, ia akan kembali.

"Thank you, Dad."

Malam itu, Xin merasa sangat senang karena bisa berbicara dengan Ayahnya dari hati ke hati. Bahkan Ethan menanyakan tentang apakah Xin sudah menyukai seorang pria atau belum. Xin langsung berdecak kesal, hingga membuat Ethan tertawa.

*****

Hari ini, adalah hari pertama Xin bekerja di Speed-O Car. Ia bangun pagi pagi karena tak ingin terlambat dan memberikan kesan buruk. Sebelum meninggalkan Perusahaan Frederick, Xin sudah menyerahkan beberapa pekerjaan yang sudah ia selesaikan dengan baik kepada atasannya.

Selain itu, beberapa pegawai yang ketahuan telah membicarakan Xin pun mendapatkan sanksi. Mereka diharuskan bekerja lembur dan mendapatkan pemotongan gaji. Itu adalah salah satu bentuk amarah Ethan karena menjadi salah satu alasan putrinya tak mau bekerja di Perusahaan Frederick.

"Selamat pagi," sapa Xin pada resepsionis, membuat resepsionis pria di sana kembali melamun dan terus menatap Xin hingga gadis itu menghilang di balik lift.

Xin masuk ke dalam sebuah ruangan meeting karena semua pegawai baru dan pegawai lama di divisi pemasaran, melakukan perkenalan. Avan, sang manager pemasaran, menatap Xin ketika ia masuk ke dalam ruangan.

"Ia ada di sini," batin Avan yang sangat senang dengan keberadaan Xin.

Xin dan beberapa pegawai baru pun memperkenalkan diri mereka. Sepanjang meeting tersebut, tatapan Avan tak lepas dari Xin. Matanya seakan telah terpaku pada sosok gadis cantik yang akan menjadi bawahannya di divisi pemasaran.

"Meeting sudah selesai, kalian bisa kembali bekerja di tempat kalian masing masing. Dan ingat! Tak boleh ada gosip ataupun saling menjatuhkan. Kita harus bekerja sama untuk kemajuan perusahaan. Nanti siapa pun yang kedapatan melakukannya, bersiaplah untuk angkat kaki dari perusahaan ini," ucap Avan dengan tegas.

Xin sangat senang dengan peraturan itu. Bekerja dan bekerja, itulah yang ada di dalam pikiran Xin saat ini, apalagi ia berada di tempat yang berhubungan dengan hobbynya, mobil dan motor.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dilewati oleh Xin. Ia berhasil menjual beberapa mobil dan motor dengan harga fantastis. Xin bisa menjelaskan dengan begitu detail, hingga para calon pembeli pun tanpa ragu akhirnya langsung melakukan pembelian.

*****

"Ke ruanganku, Xin," perintah Avan, sang manager pemasaran.

Xin pun mengikuti langkah Avan. Di divisi pemasaran itu, hubungan rekan kerja begitu dekat, membuat Xin sangat nyaman berada di sana. Bahkan hubungan staf dengan sang manager pun terbilang dekat, meskipun Avan tetap bersikap tegas dan disiplin.

"Ada sesuatu yang perlu saya kerjakan, Tuan?" tanya Xin sesaat setelah ia berada di dalam ruang kerja Avan.

Avan tersenyum dan menatap Xin penuh arti, "Perusahaan Speed-O sangat berterima kasih padamu. Beberapa bulan kamu bekerja di sini, penjualan kita meningkat dengan pesat."

"Hal itu berkat kerja sama seluruh divisi pemasaran, Tuan. Hal itu tak akan terjadi tanpa bantuan semua pihak," ucap Xin. Ia tak ingin membanggakan dirinya sendiri karena memang seluruh staf di divisi pemasaran turut bekerja, mulai dari pembelian hingga 'after sales service'.

"Oleh karena itu, kami berniat memindahkanmu ke Paris, di mana Perusahaan Utama Speed-O berada. Apa kamu bersedia dipindahkan ke sana? Kamu akan mendapatkan peningkatan karir menjadi seorang supervisor di sana," ucap Avan.

Xin tak percaya bahwa ia akan naik jabatan hanya dalam waktu beberapa bulan saja.

"Saya bersedia, Tuan," jawab Xin dengan cepat.

Bagi Xin, ini adalah awal dari kehidupan karirnya. Ia berjanji akan membuktikan diri pada orang orang di sekitarnya bahwa ia mampu. Selain itu, ia juga ingin membanggakan kedua orang tuanya.

*****

Suara teriakan kembali terdengar di sebuah kampus. Acara wisuda yang dilakukan semester ini, dihadiri oleh salah satu donatur Universitas, Fernando Ruiz.

Namun, hal itu tak dianggap sama sekali oleh Dash. Apalagi ketika ia melihat bahwa Veronica berjalan di samping Ayahnya sambil melingkarkan tangannya dengan manja di lengan Ayahnya.

"Cihhh!!! Dasar wanita materialistis, wanita murrahann!!" batin Dash.

"Tenanglah, Dash," bisik Haedar yang tahu dan mengerti perasaan Dash saat ini.

Mata Dash terus menatap ke depan. Ia tak mau melihat ke arah keduanya. Acara kelulusan itu terasa sangat lama bagi Dash dan hampir saja ia mau keluar dari ruangan kalau tidak ditahan oleh sahabatnya Haedar, yang juga lulus di semester yang sama.

Meskipun tak lulus dengan nilai yang terlalu baik, bagi Dash itu sudah cukup karena yang Ayahnya inginkan adalah kelulusannya, jadi Dash tak peduli dengan hasil yang ia dapat.

Di ruang kerja di Kediaman Ruiz, setelah acara wisuda telah berakhir.

"Tepati janjimu, jangan hanya menjilat ludahmu sendiri," ucap Dash.

"Apa yang kamu inginkan hmm?" tanya Fernando.

"Semua milikmu menjadi milikku. Bukankah itu yang kamu janjikan padaku saat aku bisa menyelesaikan kuliahku semester ini?"

"Tenang saja, aku telah melakukan semua itu, Dash. Aku adalah orang yang menepati janji, tak pernah aku mengingkarinya," Fernando mengeluarkan sebuah map dari dalam laci dan memberikannya pada Dash.

"Hanya satu janji yang kamu ingkari, janji pernikahan!"

🧡 🧡 🧡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!