Setelah sang istri benar-benar tenang, Yudha berlalu keluar demi mencari biang masalah yang membuatnya ketar-ketir di hadapan sang istri. Siapa lagi kalau bukan Lengkara, sang mantan yang tak hentinya berulah. Beruntung saja Kalila bisa bersikap dewasa, dia tidak terus menerus membahas masa lalu mereka.
Yudha tidak habis pikir, bisa-bisanya Lengkara bercerita panjang lebar seolah tengah nostalgia kisah cinta mereka. Pria itu melangkah panjang, dia sedikit berbohong pada Kalila dan mengatakan ingin membuat teh hangat karena sore ini mendadak hujan lebat.
Padahal, tujuan utamanya adalah mencari wanita cerewet itu. Belum pasti dimana keberadaannya, tapi Yudha meyakinkan diri dan terus melangkah. Benar saja, sore ini dewi keberuntungan tengah menghampiri Yudha.
"Bagus, waktunya tepat sekali."
Yudha bergumam dengan seringai tipis di wajahnya. Dia mendekat, bersiap untuk menyerang Lengkara yang kini tampak sibuk menata cadangan ASI di lemari es. Pria itu mengendap-endap lantaran khawatir jika di belakang sana ada pawangnya yang siap menggagalkan rencana Yudha.
Cukup lama Yudha berikan waktu, dia tetap diam meski telinganya agak sakit mendengar suara sumbang Lengkara yang kini tengah bersenandung cinta untuk Bima. Dia juga tidak berniat menegur adik iparnya karena memang sudah terbiasa, mungkin saat ini Lengkara mendalami dunia tarik suara dengan bakat yang lebih baik dipendam itu.
"Kau bukan cinta pertamaku ... namun, aku berharap mulai hari ini, saat ini Bima cintanya ak_ hiyaaaa setan!! Sejak kapan kamu di sini?"
Suara Lengkara mengalahkan gertakan petir yang mulai terdengar di luar sana. Sungguh, wajah Yudha yang tiba-tiba muncul kala dia menutup pintu lemari es membuat Lengkara hilang kendali.
Bukan tengah jatuh cinta pada pandangan pertama, bukan pula masih mencintai sang mantan, tapi murni jantungnya berdegub tak karu-karuan kali ini karena terkejut. Dada Lengkara naik turun, sementara Yudha masih menatapnya datar.
"Kita perlu bicara," ucap Yudha serius seraya bersedekap dada.
"Avaan?" tanya Lengkara mengerjap pelan, caranya bicara benar-benar membuat Yudha menghela napas panjang.
"Bisa serius sedikit? Mas_ maksudku aku sedang tidak ingin bercanda, Kara," tegas Yudha mencoba serius, walau sebenarnya tidak biasa dia begini.
"Oho bisa, ayo kalau mau bicara serius ... mau duduk dulu? Sekalian aku buatkan teh ya, Mas, ada sisa mas Bima tadi." Sebuah penawaran yang tidak seharusnya ditawarkan, sungguh Yudha benar-benar emosi mendengarnya.
"Tidak perlu, aku bisa buat sendiri!!" tolak Yudha mentah-mentah.
Jika saja bukan memandang Bima, mungkin sejak tadi Yudha menarik bibirnya. Lebih menyebalkan lagi, Lengkara biasa saja seolah tidak berdosa dan sama sekali tidak melakukan kesalahan.
"Ya sudah, ayo cepat mau bicara apa? Kebetulan waktuku tidak banyak." Tidak mau kalah, Lengkara meniru gaya Yudha yang kini bersedekap dada.
"Apa yang kamu katakan pada Kalila? Sadar tidak tindakanmu bisa membuatku celaka, Lengkara!!" Yudha menekan setiap ucapannya, sungguh hatinya panas dan masih tidak habis pikir atas tindakan wanita itu.
"Apa yang salah? Aku hanya menjawab pertanyaannya ... dia istrimu, jadi jelas berhak tahu dan aku tidak ingin membohongi Kalila karena tahu bagaimana sakitnya di dibohongi," tegas Lengkara sama sekali tidak takut pada Yudha, sekalipun harus bertengkar dia akan lakukan.
"T-tapi tidak sampai yang romantisnya juga kamu bongkar!! Ya, Tuhan, kamu dengar ya ... aku bahkan tutup mulut dan tidak mengatakan secuil pun tentang kenangan kita pada Bima. Sementara kamu? Bisa-bisanya sampai kejadian di Bandung itu kamu ceritakan juga," ucap Yudha sembari menggeleng pelan, sama sekali tidak dia kira bahwa Lengkara sama seperti Ember bocor.
"Itu sebagai bukti, Kalila ingin tahu seberapa romantis suaminya ... ya sudah sebagai alumni aku berbagi pengalaman apa salahnya?" Lengkara mengerutkan dahi, dia merasa tidak salah karena yang disampaikan juga adalah fakta.
"Alumni kepalamu, kalau istriku cemburu bagaimana?" tanya Yudha semakin kesal, setelah mendapatkan respon Lengkara, kekesalan Yudha bertambah dua kali lipat.
"Ya gampang, Mas!! Tinggal gendong juga Kalilanya pas ke Bandung, repot banget sih." Mudah sekali dia bicara, tanpa merasa terbebani sementara Yudha hanya bisa menghela napas kasar mendengarnya.
"Eeugh!! Kali ini kumaklumi!! Tapi jangan pernah sekali-kali kamu melakukannya lagi, atau kalau tidak_
"Kalau tidak apa?" Suara berat itu muncul dari belakang mereka, malaikat penyelamat Lengkara yang membuat posisi Yudha lemah seketika.
"Kenapa, Sayang?" tanya Bima kala Lengkara menghampirinya.
"Mas Yudha datang-datang marah, aku kan takut."
Ratu drama kembali mencari perhatian, sama sekali Yudha tidak akan kasihan. Kebetulan ada suaminya, Yudha bisa sekalian menegaskan pada pemilik wanita itu agar dijaga dengan baik.
"Kebetulan kau datang, tolong jaga istrimu ... mulutnya terutama, kalau perlu pakai golok, Bim," kesal Yudha kemudian berlalu pergi meninggalkan Lengkara yang mencebik di belakangnya.
.
.
"Ck, bisa gila aku lama-lama di sini."
Tidak ingin terlalu lama, Yudha kembali ke kamar segera. Dia tidak ingin Kalila justru merasa kehilangan dan mulai mencarinya. Pria itu mempercepat langkah dan mendorong pintu kamar segera.
Tanpa terduga, mata Yudha menangkap sebuah pemandangan pahit yang begitu mengiris kalbunya. Baru saja beberapa saat lalu hatinya panas, kini pria itu mendadak lemas melihat Kalila yang berjongkok di lantai dekat meja rias dengan jemari yang kini meneteskan darah.
"Ya, Tuhan, Kalila!!"
Yudha panik hingga suaranya naik satu oktaf. Pria itu mendadak lupa dengan masalahnya dan kini membopong Kalila ke atas sofa. Besar kemungkinan botol parfum yang sudah pecah menjadi beberapa bagian itu adalah penyebabnya, entah apa yang tengah Kalila lakukan, tapi sejak tadi sudah Yudha katakan cukup tunggu dan jangan kemana-mana.
"Kamu sedang apa? Hm?"
"Kamu lupa memakaikan parfum, jadi aku cari sendiri ... tapi malah jat_ sssh aakh, pelan-pelan! Perih." Kalila meringis kala Yudha menghissap darahnya. Namun, telinga Yudha justru menangkap hal yang berbeda hingga pria itu berdesir seketika.
"Sial, dia sedang menguji imanku atau bagaimana?"
"Ehem, tehnya mana? Aku juga mau," tutur Kalila seketika dan membuat Yudha gelagapan, dia bingung hendak menjawab apa karena memang dia melupakan soal itu.
.
.
- To Be Continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
_yuniarti.sherli_
teh kara nya dibawa Bima ke kamar 😂
2024-12-22
0
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-11-30
0
emak gue
Alumni ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣
2024-11-24
0