Yudha kira, setelah pulang ke Semarang dia akan lebih bebas. Setidaknya, bisa menghabiskan waktu dengan tenang di kamar bersama sang istri tanpa khawatir Kama akan melayangkan tatapan tajam nantinya. Namun, yang terjadi setelah pulang justru lebih parah dan sama sekali tidak dia duga.
Jangankan bisa menikmati waktu berdua lebih lama, belum satu jam berada di kamar Raja sudah mengusik kebahagiaan Yudha, tentu atas perintah Lengkara. Sedikit pun Yudha tidak meminta, bahkan sama sekali tidak berencana, dan kini tanpa dia ketahui keluarganya mengadakan pesta dengan Lengkara sebagai ketua panitia.
Lebih menyebalkan lagi, Kalila justru tampak bahagia dan tidak menganggap hal itu sebagai beban. Padahal, dengan jelas Yudha saksikan bagaimana wajah Kalila yang memerah dan mulai terbuai oleh sentuhannya. Sayang, gelora sang istri semudah itu memudar, terganti hanya karena sebuah pesta barbeque di taman belakang.
Yudha memerhatikan sang istri dari kejauhan, beberapa saat lalu memang berada di sisinya. Namun, Lengkara yang ingin lebih dekat pada Kalila membuat Yudha terpaksa mengalah, mungkin dengan cara itu Kalila juga mengerti bahwa temannya di rumah ini bukan hanya Yudha seorang.
"Kau kenapa?" Suara itu menyadarkan Yudha yang menatap datar sang istri tanpa ekspresi.
"Hm? Tidak ada, aku sedang melihatnya," tutur Yudha tiba-tiba tersenyum tipis melihat Kalila yang kini tertawa menanggapi pembicaraan Lengkara.
"Dia cantik."
Seorang Bima memuji Kalila, sementara yang Yudha ketahui di mata saudaranya ini tidak ada wanita cantik selain Lengkara. Pernyataan Bima jelas menunjukkan bahwa mata Yudha tidak salah, istrinya memang sangat-sangat cantik sebenarnya.
"Sangat, dan si cantik itu sudah tidur bersamaku sejak satu minggu terakhir," jawab Yudha mengedipkan mata dan membuat Bima mendadak menyesal memuji kecantikan istri Yudha. Padahal, untuk melakukannya, Bima bertaruh nyawa andai ketahuan Lengkara nantinya.
"Entah kenapa aku mendadak khawatir," ucap Bima menghela napas panjang, sontak hal itu membuat Yudha mengerutkan dahi.
"Khawatir tentang?"
"Kalila, kau dan kalian," jawab Bima tampak serius, bahkan wajah Dewangga yang kini tengah berada dalam pelukan Bima juga turut menatap Yudha serius.
"Maksudmu?"
Jantung Yudha berdegub dua kali lebih cepat, cara bicara Bima membuat nyawanya terancam. Yudha sampai mengguncang tubuh Bima agar segera bicara, gelagat menyebalkan Bima benar-benar membuat Yudha panik. Terlebih lagi, kini dia memijat pangkal hidungnya seakan Yudha tengah dalam masalah besar.
"Bim, apa?" tanya Yudha sekali lagi, dari raut wajahnya dapat tertebak Bima akan menyampaikan hal buruk nantinya.
"Sejujurnya aku tidak tega, tapi bagaimana? Auh, tapi jika tidak aku kat_"
"Cepat katakan, jangan membuatku takut, Bima!!" desak Yudha tidak lagi kuasa menahan kesabarannya, sejak tadi dia sudah kesal, melihat Bima yang bicara sampai terputus bak manusia paling terpukul di dunia membuat kesabaran Yudha terkikis habis.
"Andai nanti Kalila bisa melihat ... dia justru menyesal punya suami sepertimu, apalagi kulihat wajah mantannya sangat tampan dan maskulin, berbanding terbalik dengan_"
"Bedebah!! Kau sudah bosan hidup, Bima? Lupa rupamu bagaimana? Hah? Kita mirip, Monyet!"
Dada Yudha naik turun, suaranya naik satu oktaf dan kini berkacak pinggang seraya menatap Bima yang sudah berlari menjauh dari hadapannya. Jika bukan karena tengah memeluk Dewangga, mungkin sudah Yudha tenggelamkan ke dalam kolam renang hingga napasnya terhenti.
"Hahah kau saja, aku tidak," sahut Bima dari kejauhan, agaknya dia dan Lengkara memang sudah menyatu dan takkan terpisahkan, terbukti kini mereka kompak membuat tensi Yudha naik seketika.
"Dasar setan!! Itu akibatnya kalau tidak belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar!!"
"Eits, kau lupa aku siswa terbaik di sekolahku? Jika tidak percaya ayo adu kecerdasan," tantang Bima terang-terangan, sama sekali dia tidak malu sekalipun disaksikan oleh anggota keluarganya yang lain.
"Diam, atau kupatahkan kepalamu!!"
"Aaww seram, apa bisa, Jeng?" tanya Bima tergelak, lama tidak menguji kesabaran Yudha, setelah dicoba menyenangkan juga.
"Jang Jeng Jang Jeng, stres!!" umpat Yudha kesal bukan main, sungguh tidak dia sangka semudah itu lingkungan mempengaruhi saudaranya. "Salah pergaulan, aih menyebalkan sekali tingkahnya."
Entah memang salah tanggapan atau sekadar menggoda Yudha, Bima mengartikan lain dari ucapan pria itu. Yang Yudha maksudkan Monyet adalah panggilan untuk Bima, tapi Bima justru menganggap Yudha mengatakan mereka mirip monyet. Ya, begitulah awal masalah hingga berakhir percekcokan kecil keduanya yang membuat Kalila tercengang usai mengetahui sisi lain Yudha.
.
.
"Tunggu, jadi Yudha bisa bersikap kasar?" tanya Kalila usai mengelap mulutnya dengan tisu, terbiasa dengan Yudha yang lemah lembut, dia benar-benar terkejut usai mendengar pertikaian mereka.
"Tergantung orangnya, Kalila, kalau sama kamu mas Yudha pasti sangat lembut, Kalila," jawab Lengkara tersenyum simpul.
Dia menatap kagum Kalila sampingnya, sekalipun saat ini dia tidak sempurna, tapi caranya makan masih terlihat elegan bahkan lebih bersih dari dirinya. Lengkara mendadak insecure dan berhenti makan lantaran sadar porsi makannya terlalu brutal jika dibandingkan dengan Kalila.
"Begitu ya, Lengkara?"
"Benar, kamu jangan takut, sejak dahulu mas Yudha tidak pernah marah, dia penyayang dan sangat peka terhadap pasangan," tutur Lengkara mengenggam jemari Kalila.
Setelah cukup lama terjebak perasaan khawatir bahwa Yudha menyembunyikan luka, kini hati Lengkara sedikit lega, harapannya bahwa sang mantan akan mendapat yang lebih baik ternyata Tuhan kabulkan. Bahkan, benar-benar jauh lebih baik hingga Lengkara mendadak malu setelah melihat cara Kalila makan dan bicara yang tidak buru-buru, begitu juga tertawa seadanya dan tidak terbahak seperti dia.
"Aih, pasti tidurnya kalem juga ... bisa jadi Mas Yudha makin semangat menghujatku setelah ini, mana tubuhku sudah persis babi." Bukan sedang iri atau merasa tersaingi, tapi memang fakta Yudha kerap cari perkara pada Lengkara sejak lama, apalagi sekarang.
"He'um semoga ... oh iya, Lengkara, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Kalila kemudian, seketika lamunan Lengkara buyar dan kini kembali menatap Kalila yang tampak ingin serius padanya.
"Boleh, tanya apa, Kalila?"
"Dari tadi kamu memanggil suamiku mas, kamu juga seperti sangat mengenalnya ... boleh tahu apa alasannya? Maaf jika lancang, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu." Sungguh, dalam keadaan semacam ini Kalila masih lemah-lembut, Lengkara kembali dibuat kagum padanya.
"Aduh gimana ya jawabnya, masa jujur kalau mantan ... nanti makhluk itu marah lagi gimana," batin Lengkara mendadak bingung.
Saat ini, Yudha bukan lagi Yudha lemah lembut yang dahulu dia kenal. Tadi saja mata Yudha sudah melotot seolah menabuh genderang perang akibat ulahnya karena bertindak tanpa izin, lantas jika mengaku jujur sebagai mantan bagaimana? Bisa jadi Yudha menjahit bibirnya.
"Kara? Apa pertanyaanku terlalu sulit?" tanya Kalila lagi, sejak tadi memang Lengkara diam.
"Oh, bu-bukan, kami cuma saudara ipar saja, Kalila."
"Tapi hatiku bicara lain, kamu pasti sangat mengenalnya ... dari kata-katamu, bisa aku simpulkan kamu pernah menjadi seseorang yang mendapat perlakuan spesial darinya." Ucapan Kalila lagi-lagi membuat Lengkara bungkam, sama sekali tidak dia duga wajah tenang Kalila ternyata tengah menyimpulkan sesuatu.
"Kalila, aku_"
"Mantan kekasihnya? Boleh kamu cerita sedikit saja tentangnya?" tanya Kalila lagi, terlihat santai tapi berhasil membuat Lengkara haus seketika. Entah kenapa, dia mendadak gugup seakan tengah dimintai keterangan oleh hakim Pengadilan Tinggi dalam sebuah persidangan dengan kasus pencurian.
.
.
- To Be Continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
_yuniarti.sherli_
nah loh mantan ketemu istri sah ,😂
2024-12-22
0
Wani Ihwani
bilang aja dia mantan asisten zean
2024-10-16
0
Nanik Kusno
Nah lho Lengkara....kejebak
2024-04-08
0