"Tunggu!!"
Sosok ketiga tiba-tiba hadir dalam pembicaraan mereka. Pria dengan sorot tajam layaknya elang itu seolah tengah melayangkan tatapan permusuhan pada Yudha. Sejak awal memang sudah perang dingin, bahkan pertama kali Yudha muncul di hadapan keluarga korban Kama tidak dapat menahan kemarahan dalam benaknya.
"Lucu sekali, atas dasar apa kau menikahi adikku? Kasihan? Atau karena khawatir kasus ini masuk ke ranah hukum?" tuduh Kama terang-terangan yang membuat Yudha tersenyum tipis.
Sekalipun memang benar atas dasar kasihan, tapi jujur sama sekali Yudha tidak takut andai harus melibatkan pihak berwajib. Hanya saja, di hadapan keluarga Kalila mana mungkin dia mengakui alasan yang sebenarnya.
"Sama sekali tidak," jawab Yudha tetap terlihat tenang, padahal hatinya berdegub tak karu-karuan kala berhadapan dengan pria itu.
"lalu apa?"
"Niatku baik, aku hanya ingin menjadikannya istriku, apa salah?" Bagi Yudha menghadapi seseorang berwatak keras seperti Kama bukan hal baru, bahkan hampir semua yang dia kenal persis sama seperti pria yang kini ada di hadapannya.
"Kau pikir aku percaya niat baikmu? Kau bahkan bisa lebih keji dari kelihatannya."
"Maksudmu?" tanya Yudha mengerutkan dahi.
"Entah siapa kau sebenarnya, aku juga tidak tahu apa tujuanmu ... bisa jadi menghancurkan Kalila adalah tujuanmu sejak lama, kenapa? Apa kau termasuk salah-satu dari jajaran pria sakit hati yang mengharapkan adikku?"
Di mata Kama saat ini semua terasa salah, rekaman cctv memperlihatkan betapa cepatnya mobil yang menghantam tubuh sang adik membuat dia benar-benar marah setiap kali menatap wajah Yudha.
"Kau pasti sudah merencanakan ini matang-matang, menghancurkan hidupnya lalu datang sebagai dewa penolong yang kemudian membunuh Kalila secara perlahan, benar begitu?"
Yudha terhenyak mendengar ucapan Kama, tidak dapat disalahkan sebenarnya, mungkin pikiran buruk semacam itu muncul jika berada di posisi sama. Terlebih lagi, mereka sebelumnya tidak saling mengenal dan Yudha menabrak Kalila dengan kecepatan tinggi di saat jalanan sepi hingga membuat siapapun berpikir jika hal itu memang sebuah kesengajaan.
"Kama hentikan, biar papa yang bicara," ucap Papa Dirga menenangkan putranya.
"Aku juga berhak memu_"
"Sini kau!!" Papa Gian menarik putranya sedikit menjauh dari Yudha. Jika dia biarkan, besar kemungkinan berakhir pertengkaran nantinya.
"Dengarkan papa, saat ini yang Kalila ratapi bukan hanya kebutaan ... tapi dia merasa terbuang karena tidak sempurna, Yudha datang baik-baik dan papa yakin dia tidak seburuk yang kau kira," jelas pria itu menatap lekat manik tajam putranya.
"Pa? Dia pelakunya!!"
"Papa tahu!! Tapi kau tahu bagaimana hancurnya Kalila saat ini, Kama?"
Tanpa dijelaskan Papa Gian juga tahu jika Yudha pelakunya, tapi melihat putrinya hidup segan mati tak mau pasca Juan mengakhiri hubungan membuatnya merasa penawaran Yudha adalah salah-satu jalan keluar paling tepat.
"Pa, masih banyak cara yang bisa kita upayakan! Kita hanya perlu menunggu mencari donor kornea mata untuk Kalila, kenapa harus memberikannya pada pria itu?" Kama menatap tak suka pada Yudha yang tetap setia menunggu mereka bicara di dekat sana.
"Kama, kita perlu waktu dan hal itu tidak mudah."
"Kalau papa mau cepat, donorkan saja kornea mataku ... toh aku juga penyebab Kalila buta, 'kan? Biarkan aku yang bertanggung jawab, tidak perlu melibatkan pria itu!! Kalila belum tentu mau," tegas Kama begitu mantap, sudah tentu hal itu tidak akan dia setujui sama sekali.
"Papa tahu kau sangat menyayangi Kalila, tapi tidak begini caranya. Jika kau berpikir Kalila belum tentu mau menerima Yudha, lalau bagaimana dengan rencanamu? Apa kau yakin Kalila mau? Papa rasa tidak," ucap Papa Gian meninggalkan Kama dan kembali menghampiri Yudha, sontak hal itu membuat Kama mengusap wajahnya kasar seraya memukul angin.
Entah apa yang dia rasakan, tapi yang jelas Kama takut jika Kalila akan lebih sakit lagi setelahnya. Bagaimana tidak dia berpikir semacam itu, Juan saja yang menjalin hubungan sejak dua tahun terakhir semudah itu membuang adiknya.
Lantas, bagaimana dengan Yudha? Pria asing yang tiba-tiba datang atas dasar tanggung jawab setelah mengacaukan kehidupan Kalila. Andai memang berakhir baik tidak masalah, tapi yang Kama takutkan Yudha hanya berdalih demi membersihkan namanya sebagai seorang pemimpin perusahaan.
.
.
Hingga akhir Kama belum memberikan restu, dia berusaha mencari cara lain untuk mengembalikan dunia Kalila tanpa harus melibatkan Yudha. Namun, sebesar apapun tekad Kama percuma kala sang papa mengambil keputusan dan mengabulkan permintaan Yudha.
Lebih sulit lagi, Kalila tidak berontak dan pasrah saja dengan jalan takdir yang dia terima. Mungkin demi menjaga nama baik papanya, atau karena telanjur sakit hati pada Juan hingga membuatnya mati rasa Kama tidak tahu juga.
Sepanjang pernikahan berlangsung, hanya wajah Kama yang terlihat murung dan memandangi adiknya dari kejauhan. Kama khawatir pernikahan ini adalah awal dari sebuah bencana untuk Kalila.
"Senyum, Kalila ... buktikan jika memang kau bahagia dengan cara semacam ini," batin Kama berteriak, sakit sekali rasanya melihat bagaimana Kalila yang bersanding dengan wajah sendu di depan sana.
Lain halnya dengan Kama yang berpikir bahwa pernikahan ini adalah awal bencana, Kalila justru sebaliknya. Dia bahagia, sungguh. Bagaimana tidak? Pernikahan impian yang dia cita-citakan sejak lama tidak gagal sepenuhnya, bahkan dipercepat dari rencana awal.
Kendati demikian, Kalila harus menerima jika yang duduk di sisinya bukanlah Juan, dan hal itu sama sekali bukan masalah karena Kalila tahu dia dibuang dan artinya tidak perlu mengemis.
Meski sudah sebahagia itu, Kalila masih bingung tentang Yudha yang tiba-tiba hadir dan tegas mengatakan jika menginginkannya pasca kecelakaan. Bahkan, setelah pesta berakhir dan mereka kembali ke rumah utama, Kalila masih menyimpan sejuta pertanyaan di benaknya.
"Apa kami pernah bertemu sebelumnya? Tapi seingatku tidak," gumam Kalila dalam kesendirian, entah dimana Yudha sekarang, tapi yang jelas sejak satu jam lalu dia meminta diantar ke kamar karena terlalu lelah.
Tanpa dia sadari sejak tadi Yudha memandanginya dari kejauhan, Kalila yang duduk di hadapan cermin membuat batinnya teriris. Perlahan pria itu mendekat, mengambil alih kapas yang ada di tangan Kalila.
"Kenapa tidak bilang kalau mau dibersihkan?" tanya Yudha lembut seraya membersihkan sisa makeup di wajah istrinya.
"Tadi sudah dibantuin sama bibi, tapi sepertinya kurang bersih," jawab Kalila sedikit gugup, dia tidak bisa menatap pria di hadapannya, tapi suara dan aroma parfum Yudha selalu berhasil membuat jantungnya berdegub tak karu-karuan.
"Sedikit, apa tidak lebih baik mandi saja?" tanya Yudha tanpa mengalihkan pandangannya.
Kalila menggeleng cepat, mendengar kata mandi matanya membulat sempurna. Hendak bagaimana dia setelah ini? Apa mungkin Yudha akan menggantikan mamanya selama satu bulan terakhir? Jika iya, alangkah malunya.
"Kenapa? Sudah jam lima, bukankah sudah waktunya kamu mandi?"
"Nanti saja, aku bisa mandi sendiri." Yudha tersenyum simpul mendengar ucapan sang istri yang kini menyilangkan tangan di dadanya, padahal sama sekali Yudha tidak mengatakan jika dia akan turun tangan.
"Kamu pasti tidak lupa janjiku setelah kita menikah bukan?"
"Jan-janji apa?" tanya Kalila menggigit bibir, sejak tadi kagum kenapa kini mendadak sedikit menakutkan, pikirnya.
"Aku yang akan menjagamu, Kalila ... dalam hal kecil sekalipun," tekan Yudha sungguh-sungguh seraya menatap lekat manik indah Kalila.
Kalila tersenyum getir, sejak lama pertanyaan itu tengiang dalam benaknya, kini Yudha justru memancing hasrat Kalila untuk bertanya. "Aku tidak sempurna, apa yang kamu harapkan dari wanita buta sepertiku?"
.
.
- To Be Continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
_yuniarti.sherli_
kalila buta tapi di tangan Yudha tetep bisa cantik kok...yg Yudha sangat lihat memainkan berbagai macam makeup 😂
2024-12-22
0
@bimaraZ
baru baca novel si yudha,,mantan nya lengkara
2024-11-10
0
Wani Ihwani
asek,,,, yuhuuu yuda aku Hader penggemar mu si pria bertulang lunak kalau kama bilang🤭🤭
2024-10-15
0