Setelah sempat dibuat sakit kepala oleh Raja, kini Yudha merasakan malu luar biasa di hadapan Bima. Bisa-bisanya dia lupa, bagaimana mungkin Yudha mengabaikan hal sepenting itu? Sungguh tak habis pikir, baru kali ini Yudha dibuat bingung oleh dirinya sendiri.
Gelak tawa Raja dan Arjuna yang mendadak terhenti kala Yudha melewati mereka di ruang keluarga membuatnya berpikir macam-macam. Khawatir, cemas dan mulai berprasangka buruk bahwa tindakan Raja adalah balas dendam karena telinganya tercemar juga seperti Bima.
"Apa mereka juga mendengarnya?" batin Yudha menatap pemicu amarahnya beberapa saat lalu.
Hendak bagaimana dia sekarang? Apa mungkin bertanya secara terang-terangan? Dari gelagatnya Raja dan Arjuna menghindari tatapan Yudha murni karena takut menjadi sasaran amarah, bukan yang lain. Namun, Yudha benar-benar penasaran dan ingin mendengar pengakuan mereka.
"Ehem!! Kau tidak sekolah, Arjuna?" Lain yang dia pikirkan, lain pula yang kini dia lontarkan, mana mungkin Yudha bisa bertanya soal itu secara terang-terangan.
"Libur, Kak, hari minggu," jawab Arjuna pelan, jika biasanya dia mungkin akan mengejek Yudha lantaran buta hari, kali ini berbeda karena memang takut pada Yudha.
"Aku lupa ... ehm, oh iya!! Raja semalam kau dimana? Pasti balap lagi, 'kan?" tuduh Yudha sekenanya, jika sebelum ini dia tak suka kebiasaan Raja, tapi kali ini Yudha berharap pria itu menghabiskan waktu di luar tadi malam.
"Tidak, kakak lupa semalam hujan sederas apa? Mana mau aku basah-basahan, sayang motorku."
Gleg
Seketika Yudha memerah, frustrasi sekali rasanya. Dia tidak siap andai nanti dijadikan bahan olokan, selain itu kedua adiknya masih muda dan Yudha khawatir saja andai mereka mendengar juga.
"Oh begitu ...."
Selesai bertanya, Yudha masih diam di tempat seraya mengusap tengkuknya. Seolah berharap kedua adiknya menyampaikan sesuatu agar dirinya tenang. Namun, sesaat kemudian Yudha tersadar bahwa terlalu banyak bertanya akan membahayakan dirinya sendiri.
Selagi mereka tidak mengatakan apapun, maka ada baiknya memilih diam juga. Ya, untuk saat ini Yudha anggap saja hanya Bima tahu dan tidak perlu mengkhawatirkan hal lain. "Sudahlah, kenapa kepalaku pusing sendiri ... lagi pula aku melakukannya sama istri, bukan sama mbok Ratri. Sekalipun mereka tahu tidak masalah, toh bukan aib dan aku tidak sedang berzina."
Begitulah cara Yudha menenangkan diri sekaligus mencari pembenaran walau memang salah sendiri kenapa tidak kunci pintu. Tanpa mengucapkan apa-apa, Yudha meninggalkan kedua adiknya yang tampak bingung dan saling menatap.
"Dasar aneh, dia kenapa sih? Habis nikah galaknya luar biasa ... mana bisa diajak becanda, kita napas saja salah di mata dia."
Samar terdengar, tapi omelan Raja masih sampai ke telinga Yudha yang kini sudah berada di lantai dua. Padahal seharusnya dia tersinggung, tapi kali ini Yudha justru tersenyum simpul mendengarnya.
Jika dibilang galak, sebenarnya tidak juga. Yudha hanya sedikit lebih tegas dan tidak membiarkan mereka bertindak semaunya, jelas berbeda dengan sebelum menikah. Yang dia pikirkan bukan diri sendiri, melainkan kenyamanan Kalila.
Apalagi, Yudha sangat paham sang istri paling tidak suka kebisingan, Dia tidak ingin Kalila stres di rumahnya, itu saja. Bahkan, Yudha membuka pintu kamar begitu perlahan walau menurut Raja hari sudah siang.
.
.
"Kalila?"
Begitu pelan Yudha mendorong pintu kamar, dan ketika melangkah masuk dia tidak melihat siapapun di atas tempat tidur. Gemericik air terdengar, Yudha menghela napas lega walau pada akhirnya panik juga.
Dia lupa fakta tentang istrinya, begitu sadar pria itu turut masuk ke kamar mandi yang kebetulan tidak Kalila tutup. Agaknya, baik Kalila dan dirinya sama-sama memiliki kebiasaan lupa soal pintu.
Terbukti dengan teriakan sang istri saat sadar jika Yudha ada di belakangnya. Masih dibawah guyuran air di atasnya, Kalila menyilangkan tangan di dada dan berusaha menutupi aset miliknya.
"Pintunya tidak kamu tutup, untung aku yang masuk, kalau orang lain bagaimana?"
Kalila menghela napas lega kala Yudha bersuara. Bagaimana dia tidak terkejut, sejak tadi menikmati guyuran air seraya mengingat kembali malam panjangnya bersama sang suami, Yudha dengan santainya menyentuh punggung Kalila.
"Kenapa mandi sendiri?"
"Aku buta, bukan mati jadi masih bisa kalau mandi," jawab Kalila berdecak sebal, sudah berkali-kali dia katakan bahwa tidak semua hal harus dibantu agar dirinya terbiasa meski memang tidak mudah.
"Bukan begitu maksudku, tapi kenapa tidak menungguku saja? Bukankah itu sakit?" tanya Yudha seraya menatap tubuh polos Kalila. Sayang, belum puas Yudha memandanginya, Kalila sontak berbalik usai Yudha bertanya.
"Apa dia marah? Pertanyaanku salah dimananya?"
Yudha merasa tidak ada yang salah, tapi Kalila memilih diam hingga membuat Yudha berpikir sang istri masih tersinggung. Padahal, yang sebenarnya Kalila rasakan adalah malu bertubi, menyesal sekali dia tidak membersihkan tubuhnya dengan cepat.
Padahal, niat awal dia mandi sendiri adalah agar tidak Yudha lihat lantaran malu. Terkait pertanyaan Yudha, jelas saja sakit, bahkan sangat sakit dan dia memiliki ketakutan sang suami menyerangnya lagi pagi ini.
Kalila bergegas, air yang mengguyur tubuhnya seakan kurang deras saja. Untuk pertama kalinya, dia takut pada suaminya sendiri dan meminta handuk setelah dia rasa cukup bersih.
Namun, bukannya mendapat handuk yang dia inginkan, Kalila justru mendengar gelak tawa dari sang suami. Kalila menekuk wajahnya dan bertanya dimana letak lucunya, dia marah dan hendak mengancam Yudha dengan jurus andalan, "Aduin Mama."
Namun, belum sempat dia bicara Yudha kembali mengecup bibirnya hingga aliran darah Kalila seolah terhenti. Aneh, padahal bukan kali pertama, tapi paniknya luar biasa. "Rambutmu masih busa semua ... aku tahu kamu bisa, tapi kali ini izinkan aku yang teruskan, hm?"
"Nanti kamu basah lagi, aku tahu kamu sudah mandi," tolak Kalila secara halus, dan Yudha memilih pura-pura tidak mengerti.
"Belum," jawab Yudha tersenyum tipis seraya terus memandangi Kalila, "Belum dua kali maksudnya."
.
.
- To Be Continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-12-01
0
Nanik Kusno
ngeles aja
2024-04-08
1
komalia komalia
belum dua kali
2023-10-09
3