Cukup lama Yudha menjaga jarak dan memantau sang istri dari kejauhan. Hingga kala Lengkara hendak beranjak pergi usai Bima memberikan putranya, baru Yudha menghampiri Kalila. Keduanya sempat berpapasan, Lengkara terlihat menghindari tatapan Yudha seraya mempercepat langkah.
"Dasar aneh, kenapa dia?" tanya Yudha pada Bima yang kebetulan turut melintas di hadapannya.
"Pakai nanya, istriku traumalah," timpal Bima seolah masih dendam akibat Yudha kesal pada sang istri beberapa saat lalu.
"Trauma apalagi?"
"Kau lupa beberapa saat lalu kau marah karena dia jadi panitia pesta penyambutan kalian? Lain kali hati-hati, dia begitu perasa dan mengerti kau tidak suka walau hanya dengan tatapan mata," jelas Bima panjang lebar sebelum kemudian berlalu pergi dengan langkah panjang. Entah benar atau tidak dugaan Bima, tapi menurut Yudha bukan karena hal itu.
Yudha memang sempat memperlihatkan kekesalannya pada Lengkara. Mereka juga sempat berdebat kecil, itu pun karena perbedaan pendapat semata. Yudha mengatakan Lengkara berlebihan, sementara Lengkara mengatakan jika mereka hanya menyambut Kalila, bukan dirinya.
Masih jelas Yudha ingat, begitu berani Lengkara menentangnya. Mata wanita itu sama sekali tidak terlihat jika ciut ketika Yudha marah, rasanya aneh saja jika kini Bima mengatakan Lengkara trauma.
Hendak Yudha pikirkan, tapi tidak punya waktu. Terserah, lagi pula dia tidak membentak ataupun marah berlebihan pada Lengkara, agaknya aneh saja trauma sekarang sementara ketika makan dia terlihat tenang-tenang saja.
Yudha kembali fokus pada tujuan utamanya, menghampiri Kalila yang tampak duduk manis seolah benar-benar tengah menunggunya. Wajah Yudha yang tadi kusut akibat ulah pasutri setengah waras itu, kini tersenyum hangat kala duduk di sisi Kalila.
"Hai, lama ya kutinggal ... tadi sama Lengkara gimana? Dia tidak membuatmu tertekan, 'kan?" tanya Yudha benar-benar khawatir, takut saja jika adik iparnya itu melakukan sesuatu di luar dugaan yang membuat sang istri tidak nyaman.
"Tidak, Lengkara baik."
Kalila mengulas senyum hangat, sebuah penegasan jika dia baik-baik saja. Hanya saja, gelagat Lengkara yang tadi sempat Yudha lihat membuat pria itu berpikir lain.
"Yakin?"
"Iya, kenapa pertanyaanmu aneh begitu?" tanya Kalila kemudian, sebuah pertanyaan yang membuat Kalila percaya bahwa cerita Lengkara tidak mengada-ada.
"Tidak apa-apa, adik iparku agak menyebalkan dan suka cari perkara biasanya," tutur Yudha kembali merapikan rambut Kalila, agaknya setelah memiliki istri Yudha akan menjadikan kegiatan itu sebagai kegiatan favoritnya.
"Tidak, dia sangat lembut dan dewasa," jawab Kalila yang membuat Yudha mengerutkan dahi, entah menggunakan jurus apa Lengkara sampai Kalila memujinya.
"Dewasa? Dewasa bagaimana?"
Kalila tidak lagi menjawab, wanita itu tiba-tiba berdiri dan meminta Yudha untuk masuk. Memang sudah waktunya, di sana hanya tersisa mereka berdua. Tidak ingin membuat sang istri kesal, Yudha menurut begitu saja meski dia masih ingin berdua di tempat ini.
Keduanya melangkah berdampingan, bersama Yudha memang Kalila tidak membutuhkan tongkatnya. Pria itu benar-benar menjadi pelita dan penunjuk arah, Kalila tidak akan tersesat jika bersama pria itu.
Semua terasa baik-baik saja, tidak ada yang aneh dan perasaan Yudha sudah mulai tenang. Namun, ketika melewati ruang keluarga dia kembali dibuat bingung lantaran Lengkara mendadak menutup wajahnya dengan bantalan sofa.
"Mencurigakan sekali, kenapa sapi laut itu jadi begitu? Mabuk saos tomat apa bagaimana?"
Jujur saja, Yudha ingin sekali menghampirinya dan bertanya demi meminta kejelasan. Kalila memang tidak menunjukkan perbedaan sikap, tapi aneh saja kenapa Lengkara justru menghindarinya seolah baru saja melakukan kesalahan besar.
Bukan karena belum move-on pada sang mantan, tapi hingga tiba di kamar sosok wanita itu masih menari-nari dan mengusik ketenangan Yudha. Sungguh, dia memikirkannya bukan karena cinta, melainkan curiga jika Lengkara berulah tanpa sepengetahuannya.
"Eeh kamu mau apa?" tanya Yudha kala Kalila tiba-tiba merebahkan tubuhnya begitu menyentuh tempat tidur.
"Tidur, masih jam bobo siang, 'kan?"
Kalila menguap dengan mata yang kini berair. Padahal, ketika di luar sama sekali tidak terlihat jika dia mengantuk, kini mendadak dan benar-benar tidak tertahan bahkan matanya sudah terpejam.
"Cepat sekali ngantuknya balik, tadi katanya tidak lagi," gumam Yudha seraya tersenyum tipis, hendak dia larang juga tak tega.
"Kenyang, Mas." Masih dengan mata terpejam, Kalila menjawab begitu pelan hingga Yudha sampai mendekatkan wajahnya.
"Hem? Kamu bilang apa tadi?" tanya Yudha memastikan ucapan sang istri, dia yakin tidak salah dengar, walau samar.
Cukup lama Yudha mendekat, tapi yang dia dengar hanya dengkuran halus. Mungkin sudah benar-benar tidur, terpaksa dia mengalah dan turut merebahkan tubuhnya di sisi Kalila. Namun, sebelum benar-benar terpejam Yudha mengunci pintu lebih dahulu, khawatir saja Raja tiba-tiba masuk seenaknya.
.
.
Memiliki istri seorang Kalila yang benar-benar terjadwal dan harus ada waktu tidur siang ketika akhir pekan cukup membuat Yudha kesepian. Sudah dia coba paksakan, tapi baru lima belas menit memeluk sang istri dengan posisi ini dia sudah resah.
Awalnya dia memang tenang, tapi lama kelamaan jarinya tidak bisa diam. Ada saja yang Yudha lakukan hingga jemari itu Kalila genggam agar tidak banyak ulah. Sadar jika Kalila menggenggam tangannya, Yudha tersenyum lebar dan menarik kesimpulan bahwa istrinya tidak benar-benar tidur.
"Kamu tidak tidur, 'kan?" tanya Yudha begitu dekat, dia hendak memastikan mata sang istri terbuka atau masih terpejam.
"Kamu baik-baik saja, Yudha?" Belum sempat menjawab pertanyaan Yudha, Kalila kini balik bertanya.
"Baik-baik saja apanya?" Sejak tadi benak Yudha sudah dipenuhi tanya, kini sang istri kembali melontarkan pertanyaan yang membuatnya sakit kepala.
"Hatimu." Beberapa saat setelah bicara, Kalila berbalik dan menatap ke arah Yudha meski yang dia lihat hanya gulita.
"Hatiku? Kenapa memangnya? Hatiku jelas saja baik, tidak ada alasan untuk membuat hatiku sak_"
"Oh iya? Merelakan seseorang yang kamu cintai untuk dimiliki orang lain bukankah sangat sakit? Apalagi saudara sendiri, kamu yakin baik-baik saja?"
Deg
Bukan main terkejutnya Yudha, seketika pikiran pria itu tertuju pada pemilik bibir tipis yang cerewetnya luar biasa dan memang terkenal tidak bisa menjaga rahasia, Lengkara.
"Kalila, apa yang ... siapa yang bicara? Lengkara?" tanya Yudha dengan wajah paniknya.
"Kamu tahu, mendengar kisah kalian aku jadi teringat mama, kisahnya kurang lebih sama," jawab Kalila kemudian menghela napas panjang, hatinya kembali sakit dan raut wajah Kalila kini sesedih itu.
"Sama bagaimana?"
"Seperti kalian, dulu mama pacaran sama adik papa, tapi menikahnya malah sama papa ... papa dan mamaku bahagia, mama bisa menerima papa begitu juga dengan papa."
Sempat terkejut, tapi kali ini Yudha semakin terkejut. Tidak dia duga jika mertuanya sempat mengalami kisah cinta yang cukup rumit, mendadak Yudha ingat bagaimana sakitnya.
"Tapi sayangnya ...." Ucapan Kalila terhenti dan kini memejamkan mata.
"Tapi apa?"
.
.
- To Be Continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Halimah
coba ngomong yg kenceng yud/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-11-30
0
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-11-30
0
Hani Ekawati
Iya kadang sulit loh. Mantan pacarku kakak sepupu suamiku, klo ketemu pas ada acara keluarga kata suamiku mantanku diam2 suka merhatiin aku klo aku lg berdua sm suamiku pdhl dulu dia yg ninggalin aku buat nikah sm perempuan lain.
2024-09-04
0