Istri Buta Tuan Muda
Cantik, mandiri dengan masa depan yang begitu cerah. Siapa yang tidak mengenal putri Dirgantara Avgian, bidadari kecil keluarga Wijaya yang kini menjelma menjadi seorang wanita dewasa yang penuh pesona, Shiraz Kalila Hisyam.
Sejak kecil menjadi primadona, bahkan setelah pernikahan di depan mata masih begitu banyak pria yang nekad mendekat hingga Juanda, calon suaminya kerap sakit kepala.
Bagaimana tidak, wanita itu sangat sempurna di mata banyak pria. Tidak hanya kaya, tapi kecantikan yang terpancar dari dalam dirinya benar-benar menjadi daya tarik tersendiri.
"Ck, kenapa harus hujan sekarang ... Juan bisa marah jika aku sampai terlambat."
Bibir ranumnya menggerutu kesal, lagi dan lagi dia harus berhadapan dengan cuaca yang kerap semena-mena beberapa hari terakhir. Kalila tampak ragu, dia menatap pergelangan tangan dan kembali membuang napas kasar lantaran dia sudah benar-benar terlambat.
Jika harus menunggu hujan reda, kemungkinan besar Juan akan kecewa. Demi Tuhan dia benci sekali hari ini, tidak ada satupun yang berpihak. Setelah sang papa merampas surat izin mengemudinya, sore ini dia kembali dibuat kesal lantaran sang kakak menurunkannya di halte bus padahal tujuan Kalila ada di depan sana.
"Ini semua karena Kama!! Awas saja nanti, habis kau dicincang papa," umpatnya mulai melangkah ke depan sana.
Lalu lalang kendaraan tidak terlalu ramai, karena itu dia menyebrang tanpa menunggu lampu merah lebih dahulu. Dalam keadaan kesal dan khawatir sang kekasih berpikir macam-macam, Kalila tidak memerhatikan kiri-kanan.
Tanpa terduga, dalam sekejab Kalila merasakan sesuatu menghantam tubuhnya hingga terpental beberapa meter dari posisi awal. Rintik hujan menjadi saksi kala dirinya mendadak lemah bahkan bangkit saja tidak kuasa, semua berputar hebat dan pandangannya mulai mengabur bersamaan dengan seorang pria yang merengkuh tubuhnya.
"Nona, kau dengar aku? Hei ... astaga, apa yang kulakukan? Kumohon bertahanlah."
.
.
Hanya suara itu yang sempat Kalila dengar, dia tidak lagi menyadari apa yang terjadi setelahnya. Semua tiba-tiba gelap, Kalila seakan berada di sebuah ruang hampa dalam waktu yang lama tanpa dia ketahui dimana akhirnya. Dia mencoba mengerjap pelan, sesuai dengan apa yang dokter katakan.
"Bagaimana, Dok?"
Suara itu, suara papanya dan Kalila yakin betul dia tidak salah. Syukurlah, dalam mimpi ini dia tidak sendirian. Senyum itu terbit bersamaan dengan isak tangis yang juga dia kenali hingga senyum Kalila luntur seketika.
"Mama?" gumam Kalila pelan, dia masih berusaha menyimpulkan dimana dia berada sekarang.
"Pak Gian, kita perlu bicara."
Semakin lama, Kalila semakin menyadari jika ada yang aneh dengan dirinya. Dia tidak sedang berada di dunia mimpi, semua amat nyata dan dia dapat merasakan bagaimana sang papa mengecup wajahnya pelan sebelum berlalu pergi.
"Ma ... mama dimana?" Suaranya terdengar bergetar, tangan Kalila mulai meraba hingga jemari yang terasa dingin itu berhasil dia gapai.
"Mama di sini, Nak," jawab sang mama tanpa bisa Kalila tatap wajahnya, semua memang hanya gelap dan perlahan dia mengerti apa yang kini terjadi.
Terlebih lagi, isak tangis dari wanita tangguh yang kini tengah memeluknya. Kalila sudah dewasa, dia tidak perlu bertanya ada apa dengan dirinya. Satu hal yang Kalila tahu, dunianya kini hancur dan dia kehilangan sesutatu yang paling berharga dalam hidupnya, mata.
Ya, sudah pasti Kalila mengalami kebutaan dan dia tidak dapat menolak fakta itu. Hendak bagaimama dia sekarang? Marah? Pada siapa dia hendak marah, yang bisa Kalila lakukan hanya menangis dan meraung dalam gulita.
"Ini semua salahku, seharusnya aku mengantarmu waktu itu."
Raungan Kalila kian menjadi kala Kama, saudara kembarnya merengkuh Kalila begitu erat. Tangisan keduanya sepilu itu, andai saja Kalila bisa melihat, mungkin dia akan terbahak lantaran mata saudaranya yang kini sudah membengkak.
"Kama, kau benar-benar menghancurkan duniaku!!"
"Maaf, Kalila!! Andai aku tahu, maka kau tidak kuizinkan menemui laki-laki itu sama sekali."
Baru beberapa menit, tubuh Kalila kembali lemas usai berontak dalam pelukan Kama. Mungkin benar dia marah, semua itu terjadi memang gara-gara Kama yang mengantar Kalila tidak sesuai dengan tujuannya.
"Ma?"
"Lepaskan, Kama, serahkan pada dokter dan kau keluarlah," tutur wanita cantik yang masih tampak muda meski kedua anaknya sudah dewasa.
"Mama marah padaku juga?" tanya Kama menatap sendu manik indah sang mama, sudah jelas wanita itu terpukul dengan tragedi yang menimpa putrinya.
"Tidak, hanya saja Mama tidak ingin Kalila seperti itu lagi."
Terpaksa, Kama keluar dengan perasaan bersalah. Bisa dipastikan tidak hanya dunia Kalila yang berubah, tapi juga dunianya. Tidak akan ada perang dunia di rumah utama, tidak ada juga Kalila yang kerap mengganggu kesenanganya.
Tidak akan ada, dan semua adalah salah dirinya. Namun, ketika keluar dari ruang rawat dan menangkap sosok pria dengan tatapan datar di depannya, Kama menyadari jika semua ini bukan murni kesalahannya.
"Mau apa kau masih di sini?"
"Saya hanya menjalankan tugas dari tuan Yudha, beliau meminta saya mengawasi nona Kalila," jawab pria itu santai dan hanya dianggap lelucon oleh Kama.
"Sampaikan pada tuanmu, adikku buta ... jika memang berniat baik, kenapa bukan dia saja yang mengawasi Kalila?" Kama bertanya dengan sorot tajam seraya megepalkan tangannya.
.
.
Shanghai, China.
"Dia buta, Tuan, kecelakaan hari itu membuatnya tidak bisa melihat dan_"
"Terima kasih, Jack, sampaikan permintaan maafku pada keluarganya ... lusa aku pulang, kau tetaplah disana."
Kejadian itu terjadi beberapa waktu lalu, tapi dunianya kacau hingga detik ini. Hanya karena terpaksa, bukan tidak ingin menjaga di sana, tapi memang pekerjaan memaksa Yudha untuk terbang ke tempat ini. Dia bukan lari, tapi memang hanya bisa memantau lewat asisten pribadi. Namun, percayalah pikiran Yudha seakan penuh dengan pertanyaan terkait keadaan wanita yang telah dia hancurkan dunianya, Kalila.
Nama itu masih begitu lekat, bahkan liontin dengan nama Kalila yang dia dapatkan pasca kecelakaan itu selalu berada dalam genggaman. Baru saja menjalani hidup normal usai berhasil melupakan sang kekasih, kini kepala Yudha kembali dibuat sakit oleh seorang wanita yang belum dia kenal dengan jelas bagaimana dirinya.
Bahkan bicara saja tidak pernah, tapi sialnya Yudha sudah dibuat seolah terikat untuk bertanggung jawab seumur hidup. Terlebih lagi, kala dia mengetahui jika pria bernama Juanda yang merupakan calon suami Kalila memutuskan hubungan secara sepihak di hadapan keluarga Kalila kala wanita itu masih terpejam.
"Dasar badjingan!! Semudah itu kau meninggalkan seorang wanita?"
Sejak tadi Yudha terdiam, hingga pada akhirnya amarah itu membuncah jua. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin, sungguh menyedihkan sekali wajahnya. Seolah berkaca dari masa lalu, Yudha bisa merasakan bagaimana hancurnya dunia Kalila saat ini.
Dia mulai mengambil ancang-ancang, niatnya untuk menghantam cermin itu dengan bogem mentah sudah sangat matang. Namun, hal itu dia urungkan kala ponselnya berdering seketika.
"Papa?"
.
.
- To Be Continued -
Hai, kembali lagi bersamaku dengan karya baru di bulan Juli ... semoga tetap menghibur dan melekat di hati para pembaca sekalian❣️
Jangan lupa dimasukin Favorit ❣️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Anonymous
m
2024-09-04
0
Hani Ekawati
Thor, aku baru mampir kesini. Ini Yuda asistennya Zean bukan yg pacarnya Lengkara? Aku baca keluarga Megantara tp blm baca kisah Lengkara dan Ameera.
2024-09-03
2
Laksmi Amik
karyamu keren" thor semangat ya
2024-08-29
0