Mendengar ucapan Yudha, Kalila bukannya panik tapi justru tergelak dan mengeratkan pelukan. Ini adalah kali pertama Yudha berani bertindak tanpa dia duga, Kalila sudah bersiap-siap andai dilempar sang suami ke tempat tidur seperti drama romantis yang kerap dia tonton.
Namun, yang terjadi kini justru berbeda. Ekspetasi Kalila bahwa sang suami akan sedikit nakal ternyata salah besar, bayangan bahwa tubuhnya akan terlonjak tidak terjadi sama sekali. Tidak ada adegan lempar pasangan yang Kalila pikirkan, yang ada justru Yudha yang merebahkannya begitu pelan seolah takut sekali terluka.
"Hm? Cuma begini?" tanya Kalila dengan polosnya, sebuah pertanyaan yang menjadi penyebab Yudha kembali tersenyum simpul.
Apa yang diharapkan Kalila? Agaknya sang istri berharap lebih, meski Kalila belum bicara, tapi Yudha sudah menerka apa yang Kalila pikirkan. "Maunya yang gimana?" tanya Yuda sengaja memancing sang istri demi mendengar pengakuan dari bibirnya.
"Agak brutal sedikit mungkin," seru Kalila kemudian terkekeh pelan, entah candaan atau memang benar-benar meminta, tapi wajah bersemu Kalila hanya membuat Yudha semakin tidak tega.
"Mana bisa, aku bukan petualang ranjang, Kalila."
Satu hal yang dia bisa simpulkan, sang istri agaknya menyukai sesuatu yang memacu adrenalinnya. Entah dari mana dia belajar, mungkin benar bahwa apa yang dia tonton berpengaruh besar dalam membentuk karakternya.
"Oh iya? Berarti good boy?" tanya Kalila lagi, jemarinya kini bermain di dada Yudha membentuk pola lingkaran kecil-kecil hingga Yudha seketika berdesir.
"Bukan juga," jawab Yudha setelah beberapa saat sempat salah tingkah.
"Bohong, kata papa Yudha adalah pria sempurna dan tidak pantas dibandingkan dengan Juan ... dan aku percaya itu." Andai saja Kalila bisa melihat bagaiamana ekspresi Yudha saat ini, mungkin dia akan sesumbar di hadapan Kama bahwa ada seorang pria yang memerah walau tidak dia goda.
"Kalila, aku hanya laki-laki biasa yang juga ada buruknya, kumohon jangan berekspetasi terlalu tinggi pada suamimu ini," tutur Yudha pelan, dia khawatir jika nanti sang istri justru salah paham dan berpikir macam-macam.
Hanya itu jawaban yang paling pas untuk Yudha lontarkan. Dia akui memang bukan pria baik, bahkan sangat jauh dari kata sempurna. Terlebih lagi dia sadar dengan jelas bahwa sebelum menjadi suami Kalila, dia sudah menghabiskan waktu bersama wanita lain.
Tidak hanya Lengkara saja, jika membahas tentang memeluk seorang wanita sebenarnya sudah banyak. Bahkan, kala dia menyelesaikan misi untuk membongkar perselingkuhan atasannya, Yudha terpaksa menjalankan peran sebagai pria nakal yang hampir kehilangan keperjakaan.
Kendati demikian, nakalnya Yudha hanya karena pekerjaan dan menjalani peran, bukan cassanova yang berkeliaran menjadi kepuasan. Sayang, setelah mendapatkan Kalila masa lalunya tetap membuat Yudha seolah merasa bersalah, sungguh.
"Papaku sangat pemilih, Juan adalah laki-laki keempat yang aku kenalkan dan tidak ada yang Papa suka. Bahkan, Juan juga harus aku perjuangkan mati-matian baru papa terima. Sementara kamu berbeda, maka dari itu aku sangat percaya pada papa."
Tanpa melihat, Kalila hanya mendengar tentang sosok Yudha dari orang tuanya. Seolah tidak habis Papa Gian meyakinkan Kalila, bahkan sejak awal Yudha mendekatinya di rumah sakit.
Kalila begitu menerimanya, sosok Yudha benar-benar membuat Kalila ketergantungan. Apalagi, sejak menikah semua yang Kalila lakukan dimulai dari hal sekecil apapun selalu menjadi tanggung jawab Yudha.
Senyumnya sangat hangat, hampir setiap saat Yudha mendapatkan senyum itu. Kalila tengah menegaskan bahwa dirinya sangat baik-baik saja ketika bersama Yudha, sama sekali tidak Kalila ketahui jika hal itu membuat jantung Yudha seakan remuk lantaraan perasaan bersalah dalam dirinya.
"Hm, aku akan berusaha menjadi pria yang benar-benar baik untukmu setelah ini, sesuai dengan janjiku pada Papa." Yudha menghela napas pelan, seperti biasa dengan jarak yang begitu dekat bahkan deru napas Yudha dapat Kalila rasakan di permukaan kulitnya.
.
.
Jika sudah dia tatap selekat itu, maka kecil kemungkinan untuk tidak melangkah lebih jauh. Terlebih lagi Yudha sudah merasakan manisnya bibir sang istri tanpa sepengetahuan Kalila lebih dari satu kali. Setelah hanya berani curi kesempatan dan membuat Kalila terus bermimpi aneh, kini Yudha benar-benar membuat mimpi Kalila menjadi nyata.
Kalila yang tidak menduga akan tindakan Yudha, kini tercengang kala sang suami mulai mengecup bibirnya. Sejak kemarin Kalila terbawa mimpi, kini lembutnya bibir sang pangeran nyata dia rasakan.
"Rasa ini, sama persis dan aku mengingatnya dengan jelas."
Meski terlihat pasrah dan menerima aksi Yudha, Kalila tengah berpikir keras dan meyakinkan dirinya. Decapan dan kelembutan serta manis dan asin yang dia rasakan memang persis sama, hanya saja dia kemarin ragu untuk memutuskan bahwa hal itu hanya mimpi atau nyata tengah berciuman.
Sebuah kecupan singkat yang berakhir semakin hangat kini mereka lakukan dengan Yudha sebagai pemimpin permainan, maklum saja Kalila tidak pernah melakukannya sebelum menikah. Oleh karena itu, dia hanya pasrah saja dan membiarkan Yudha dengan kesenangannya.
Lama terdiam, Kalila terperanjat kaget kala Yudha menggigit bibirnya. Dia pikir hendak menyakiti, tapi sesaat kemudian Kalila bisa mengerti jika Yudha memintanya membuka mulut agar semakin memperdalam ciumannya.
Perlahan, tapi pasti Kalila bisa mengerti jika ini bukan ciuman biasa. Yudha seolah memburu minta balasan, tanpa dia sadari kini Kalila mulai sesak dan memukul dadanya sebagai bentuk mohon ampunan pada sang suami.
"Kenapa? Apa aku menyakitimu?" tanya Yudha begitu pelan seraya mengusap bibir sang istri yang kini basah akibat ulahnya.
"Aku tidak bisa bernapas, kenapa tidak mengerti!!"
"Hahah maaf, aku terlalu bersemangat untuk merasakan first kiss kita." Yudha membela diri, padahal dasar dirinya saja yang lupa diri bahkan tidak ingat sama sekali jika Kalila belum ahli.
Kalila sama sekali tidak marah, walau sempat panik dan berpikir Yudha hendak membunuhnya, kali ini dia kembali luluh. Hanya karena sentuhan Yudha yang kini mengusap pelan perut ratanya, tubuh Kalila berdesir dan menciptakan panas dan gejolak aneh dalam dirinya.
"Kalila," bisik Yudha dengan suara serak yang membuat Kalila berdegup tak karu-karuan.
"Iya, aku dengar," jawab Kalila berdebar dengan manik indah yang kini mengerjap pelan, meski kerap dianggap oon oleh Kama bukan berarti dia tidak mengerti.
"Kita lakukan siang ini boleh?"
"Terserah, bukankah tidak ada bedanya?" tanya Kalila yang kini mulai terlena, mungkin karena jemari Yudha mulai lancang memanjakan miliknya.
"Yakin? Jika belum siap aku tidak akan memaksa."
"Yakin, aku siap dan sang_"
Tok tok tok
"Kak Yudha!! Buka pintunya!!"
Belum selesai Kalila bicara, sudah jelas sang istri setuju dan gagal total kala ketukan pintu dari orang gila itu terdengar. Teriakannya terdengar samar, terpaksa dengan berat hati Yudha meninggalkan Kalila sebentar demi memastikan manusia dari belahan dunia yang mana yang berani berulah padanya.
"Ck, ada apa?!!"
"Turun, pesta kecil-kecilan buat nyambut kedatangan kakak sudah hampir dimulai, ayo cepat ajak kak Kalila!!"
"Pesta apa? Aku sudah puas dengan pesta pernikahanku, tidak perlu diadakan lagi."
"Ini khusus kita-kita saja, pesta barbeque, Kak Lengkara yang kasih ide," jelas Raja yang membuat kobaran api dendam dalam diri Yudha kian menjadi kala nama sang mantan lolos dari bibir Raja.
Yudha menatap Raja tanpa minat, ada-ada saja dan kenapa juga harus siang hari. Seperti tidak ada waktu lain saja, sontak Yudha protes dan menolaknya mentah-mentah. "Ayolah, Kak, kak Kara minta siang karena Dewa dan Angga masih kecil, kasihan kalau diajak begadang," jelas Raja kemudian.
"Kalian saja, aku tidak tertarik karena istriku harus tid_"
"Pesta Barbeque? Aku mau!!" Entah kapan Kalila bergerak, tapi yang pasti kini dia sudah berada di belakang Yudha dengan mata berbinar dan bahagia sekali mendapat pemberitahuan Raja.
"Benar kakak ipar, ayo kita turun, ternyata matanya sangat segar dan tidak mengantuk sama sekali."
"Sayang?!! Bukankah kamu mengantuk berat sejak di mobil?"
"Sekarang tidak lagi," seru Kalila sebahagia itu hingga membuat Yudha mengusap wajahnya kasar. "Ck, dasar wanita aneh. Cepat sekali moodnya berubah."
.
.
- To Be Continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
_yuniarti.sherli_
manis banget mereka..
.Yudha ke lengkara aja semanis itu apalagi ke istrinya...
2024-12-22
0
Wani Ihwani
pembaca yg Budiman ini kan cerita yg seru untuk di baca jangan komen yng gak enak ya 🙏🙏
2024-10-16
0
Yuliana Purnomo
heeeemmm SDH mulai ada rasa niih Yudha ke istrinya
2024-07-16
0