"Wooooyyyyy, Ngapain lo liatin Eyla begitu dalam? Jangan bilang kalau loe menyukainya?" ujar salah satu siswa sembari menepuk keras pundak Tama
Mendengar itu membuat Tama sedikit terkejut sekaligus gugup. Karna memang spa yang dikatakan teman nya benar, Dia menyukai gadis yang bernama Eyla sejak pertemuan pertama mereka satu tahun yang lalu. Tepatnya saat masa orientasi siswa baru.
Melihat raut wajah Tama, Pria yang tadi tertawa begitu keras"Jangan harap loe bisa memilikinya. Ngaca! Elo itu cupu, Dan lo sangat jauh dari kata pantas untuk Eyla. Jadi jangan pernah bermimpi bisa memilikinya"
Setelah mengatakan hal itu, Sofyan berlalu dari hadapan Aryan, Atau lebih tepatnya Aryan alberto pratama. Saat masih jaman smp, Aryan memang biasa di panggil dengan sebutan Tama. Namun setelah kecewa serta setiap bullyan yang dia terima dimasa lalu membuatnya mengubah panggilannya menjadi Aryan.
"Sadar dirilah Tama! Lihat seperti apa dirimu. Lo sangat tidak pantas buat Eyla, Dia terlalu sempurna" timpal salah satunya yang semakin membuat Tama menunduk. Namun Tama sudah bertekad untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Eyla hari ini juga. Dia tidak perduli bagaimanapun tanggapan Eyla, Yang terpenting Tama sudah meluapkan semua isi hati yang selama ini dia tahan.
"Tidak perlu dengarkan apa kata mereka, Aryan. Yang perlu kamu lakukan hanyalah mengungkapkan semuanya" batin Aryan serta berlalu dari sana.
Kedua mata Aryan memicing saat melihat pujaan hatinya sedang duduk di salah satu kursi panjang yang ada di koridor sekolah, Melihat itu membuat Aryan mengambil sesuatu yang sudah dia persiapkan di dalam tasnya. Sebuah kalung dengan liontin hati yang Aryan beli beberapa waktu lalu di salah satu pusat pembelanjaan milik keluarganya.
Aryan berjalan mendekat pada Eyla, Tanpa dia sadari ternyata ada beberapa pasang mata yang sejak tadi memperhatikannya. Tepat saat Aryan mengatakan perasaannya terhadap Eyla, Sofyan datang lalu mendorong keras tubuh Aryan hingga membuatnya tersungkur. Sehingga kalung yang sejak tadi Aryan genggam jatuh entah kemana.
Membuat semua siswa berkumpul dan menyaksikan kejadian yang membuat Aryan merasakan malu yang begitu besar. Terlebih lagi ada seseorang yang mengatakan jika Eyla menolak cintanya. Bodohnya Aryan langsung percaya begitu saja. Padahal sebenarnya Eyla juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya.
Hingga hari dan hari berlalu. Setiap pagi Eyla berharap jika Tama kembali masuk setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Namun hasilnya nihil. Setelah kejadian hari itu, Tama tak lagi datang ke sekolah. Menurut informasi yang dia dapat dari wali kelas, Tama dikabarkan jika sudah pindah sekolah ke jakarta sejak dua hari yang lalu.
Hal itu membuat Eyla sedih. Dia hanya bisa menyimpan kalung yang Eyla temukan di bawah kursi tempat duduknya saat itu.
Sejak hari itu, Tama membenci sosok Eyla yang menurutnya sudah memalukannya dan membuatnya tak punya muka untuk sekedar bertemu dengan yang lain apalagi Eyla sendiri.
Pindah kesekolah baru dengan penampilan serta panggilan barunya sebagai Aryan, Bukan lagi Tama yang menyedihkan. Sejak hari itu tidak ada lagi Tama si pria cupu dan gampang di tindas. Yang ada hanyalah sosok Aryan dengan wajah datar nan sikap dinginnya. Sejuta pesona mampu membuat Aryan membuat para siswi mengaguminya.
****
Aryan terbangun setelah mendengar suara alarm yang dia pasang di ponselnya sudah sangat mengganggu. Pria itu mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang mulai masuk pada indra pendengarannya. Saat kesadarannya sudah terkumpul, Barulah Aryan bangun dari tidurnya.
"Astaga! Kenapa sudah pagi saja. Perasaan gue tidur baru beberapa jam" gerutu Aryan saat melihat keluar kamarnya yang sudah terlihat cerah. Sinar mentari pagi sudah mulai tinggi, Karna jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit.
Mengingat hari ini Aryan harus pergi ke kantor karna mengurus soal Bianca, Akhirnya Aryan segera beranjak dari tempat tidurnya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Melakukan ritual mandinya dengan sangat cepat.
Tak butuh waktu lama, Aryan sudah sampai di bawah dengan pakaian yang sudah terlihat rapi. Pria itu sedikit mengerutkan keningnya saat tak mendapati sosok Mika di sana.
"Mika mana, Ma?" tanya Aryan sambil menatap Liana.
"Mika sudah pergi. Hari ini dia pergi ke kampusnya" balas Liana
"Kenapa mama tidak bangunin Aryan. Apa mama tau hari ini Aryan ada pekerjaan penting di kantor" omel Aryan pada sang mama. Karna memang selain mengurus soal Bianca, Hari ini Aryan juga ada beberapa pekerjaan penting. Mengingat Aryan hanya bisa datang ke kantor dua hari sekali, Membuat pekerjaannya menumpuk. Ada banyak berkas yang harus Aryan pelajari.
"Sejak jam enam pagi mama sudah bangunin kamu, Kamu nya aja yang tidurnya seperti orang pingsan. Lebih baik sekarang kamu sarapan, Mama sudah siapkan makanan buat kamu"
Tanpa menunggu jawaban dari sang putra, Liana berjalan menuju meja makan untuk menyiapkan makanan yang sudah Mika masak buat Aryan tadi pagi, Namun Mika sudah meminta mama mertuanya untuk mengatakan jika makanan itu masakan Liana.
Melihat makanan yang tersaji di atas meja makan membuat Aryan kembali teringat akan Mika. Pria itu mengingat setiap pagi dimana Mika akan menyiapkan sarapan untuknya. Sekalipun sangat jarang dia memakannya. Namun Mika selalu mempersiapkan makanan kesukaan Aryan di atas meja makan. Walaupun pada akhirnya makanan itu selalu berakhir di berikan pada anak-anak jalanan yang ada di bawah jembatan.
"Kenapa gue jadi teringat saat-saat Mika menyiapkan sarapan. Bahkan bukan hanya itu, Semua makanan ini juga mengingatkan ku padanya." batin Aryan sembari menatap semua menu masakan yang sudah tersaji di sana.
"Aryan, Kenapa kamu malah diam saja. Ayo duduk lalu makanlah" Namun Aryan sama sekali tak menggubris perkataan sang mama. Karna pria itu masih sibuk mengingat setiap hal yang Mika lakukan untuknya di hari-hari sebelumnya. Sungguh Aryan sangat merindukan hari-hari itu. Walaupun setau Mika Aryan tidak pernah memakan masakannya, Tapi sebenarnya diam-diam Aryan selalu memakan makanan itu bahkan sebelum Mika menyajikan di meja makan.
Akan selalu ada hal yang membuat Mika pergi dari dapur setiap dia selesai masak. Dan itu semua ulah dari Aryan sendiri. Setelah memastikan Mika keluar dari dapur, Aryan diam-diam masuk lalu memakan semua makanan yang Mika masak untuknya. Dengan begitu Mika tidak akan pernah tau jika selama ini Aryan sendiri yang menjadi kucing di rumahnya.
"Aryan, Kok malah bengong" Liana menepuk pundak Aryan sehingga membuat pria itu sadar.
"Eh, Iya, ma"
Akhirnya Aryan duduk di salah satu kursi di sana, Menikmati makanan itu dalam diam. Aryan merasa seperti tidak asing dengan makanan ini, Bahkan rasanya sama persis seperti makanan yang selalu Mika masak untuknya.
"Ini serius mama yang masak?" Aryan menatap pada Liana penuh selidik
Mendengar perkataan Aryan membuat Liana menoleh ke lain arah"Iyalah, Memangnya siapa kalau bukan mama"
"Tapi Aryan merasa ini seperti masakan Mika"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Hal seperti ini memang kerap terjadi, bahkan sampai ingin menembak langsung meski rasa itu hanya sesaat dan tak tentu selamanya bertahan pada orang yang sama.
2023-10-26
1
@💞Lophe💝💗💓🤵👰
Aryan hafal sekali dengan masakan dari Mika
2023-10-21
0
Aku dan kamu selamanya😍💏💑👪
Sofyan kamu keterlaluan sampai menghina dan membully Tama
2023-09-20
0