Suara Hati

Hampir tiga bulan telah berlalu, bahkan rasa penasaran Ailina akan sosok misterius yang sempat memberikan dirinya kiriman bahan makanan mulai memudar.

Tidak ada lagi atraksi mengejutkan dalam kehidupannya, semua berjalan baik-baik saja dengan Arsy dan Aftan yang masih berada di sekelilingnya.

"Terimakasih" ucap Arsy yang kini bisa hidup dengan keadaan yang sedikit demi sedikit berubah.

"Untuk apa?" Ucap Aftan yang duduk di dekat Ailina.

"Iya, untuk apa kamu mengatakan hal itu?" Sahut Ailina kini fokus menatap Arsy didepannya.

"Kalian sudah menjadikanku teman yang pantas, aku sangat berterima kasih sekali" ucap Arsy lagi.

Ailina dan Aftan saling pandang lalu tersenyum ke arah Arsy, panggilan dari teman-teman seperjuangan membuat Aftan akhirnya harus pamit untuk melakukan tugas penting di akhir perkuliahan.

Seperti yang biasa dilakukan, Aftan kadang memeluk dan mengusap kepala Ailina saat akan meninggalkannya, namun itu berbeda di mata Arsy yang melihatnya, bagaimana pun Ailina wanita dengan segala pesona dan kelebihan yang ada.

Ada hal yang bisa terbaca oleh Arsy selama ini akan sikap Aftan, namun dirinya enggan saat ingin membahas dengan Ailina yang ada kenyataannya adalah adik sepupunya.

"Ada apa?" Tanya Ailina saat Arsy menatap kepergian Aftan begitu lama.

"Apa kalian dekat dari kecil?" Tanya Arsy.

"Hem, begitulah, kami saudara dekat, bukankah aku pernah berceritakan soal itu?" Sahut Ailina.

Arsy tersenyum dan mengangguk, lalu berpindah tempat duduk tak lagi didepan Ailina tapi disampingnya.

Ailina membalas senyuman, berpikir sejenak dan menebak maksud dari pertanyaan Arsy.

"Tunggu, jangan bilang kamu menyukai kakakku" ucap Ailina.

Arsy terkekeh, lalu kemudian memukul lengan Ailina tanpa tenaga.

"Kalau aku menyukainya, untuk apa bertanya padamu akan hal itu, sudah dari awal aku bilang sendiri ke kak Aftan" ucap Arsy.

"Oh ya, memang ya, kehidupan disini sangat bebas, bahkan wanita menyatakan perasaannya lebih dulu itu biasa saja" sahut Ailina.

Arsy menatap sekejab, lalu tampak berpikir, dirinya tak mengerti sama sekali apa yang dikatakan oleh sahabatnya.

"Memangnya harus seperti apa?" Tanya Arsy yang masih nampak bingung.

"Jangan terlalu fulgar menampakkan perasaan pada laki-laki, itu bisa membuat besar kepala dan tidak menghargai kita" Jawab Ailina.

"Aku hanya jujur dengan perasaanku, mengungkapkannya apa salahnya?" Ucap Arsy.

"Heh, sudahlah, prinsip kita berbeda kalau soal itu, percuma saja aku jelaskan padamu" sahut Ailina merasa percuma karena memang keduanya dibesarkan dari budaya yang berbeda.

Tenang sejenak menikmati jam istirahat siang, lalu Ailina teringat akan hal yang belum berlanjut dan masih menggantung.

"Oh iya, lalu apa maksud pertanyaan mu tadi?" Sambung Ailina.

Arsy terdiam, menoleh sejenak ke Ailina lalu meluruskan lagi pandangannya, menghirup dalam udara sejenak untuk menyegarkan paru-parunya sebelum berbicara sesuatu ke Ailina.

"Sepertinya kak Aftan menyukai mu" ucap Arsy memberanikan diri.

Ailina menoleh sejenak dan kemudian tertawa, menggelengkan kepala tak memahami maksud Arsy sama sekali.

"Kamu itu aneh, tentu saja kami saling menyukai, menyayangi dan menjaga, kami kan saudara, ada darah yang sama mengalir di tubuh kami Arsy" jawab Ailina setelah menyelesaikan tawanya.

"Bukan seperti itu, tapi lebih pada laki-laki dewasa ke wanita dewasa juga."

"Maksud mu?"

"Heh, kamu itu sangat cerdas di semua bidang kecuali urusan asmara, NOL" ucap Arsy sambil mencebik.

"Ish, memangnya kamu paham soal asmara, pernah punya kekasih?" Tanya balik Ailina tak terima.

"Tidak juga, tapi aku bisa merasakan, kak Aftan menganggap mu miliknya, lebih tepatnya perasaan lebih dari sekedar Adik, dan itu artinya_"

"What?, Apa kamu sudah gila, jangan berpikir yang aneh-aneh" ucap Ailina tak ingin membahasnya lagi.

Tak dipungkiri terbesit pemahaman yang sama dengan Arsy walau sedikit, tapi segera ditepis karena merasa sangat konyol sekali, lalu Ailina menarik nafas dalam dan duduk santai kembali.

Sementara Arsy tak lagi ingin meneruskan, apalagi beberapa saat kemudian terdengar suara handphonenya berbunyi tanda ada panggilan masuk.

Segera Arsy Menerima panggilan yang rupanya dari sang Daddy, lalu berpamit pergi sedikit terburu seperti ada sesuatu yang penting.

"Aku duluan Ai!" Teriak Asry yang keadaannya kini banyak berubah.

Walaupun masih banyak yang memusuhi, namun juga tidak sedikit yang mulai menerima kehadirannya di lingkungan kampus, tentu keberadaan Aftan juga sangat berpengaruh akan hal itu.

Sepeninggalan Arsy, tampak Ailina terdiam, melihat sekitar rupanya semua mulai beranjak masuk ke ruangan untuk mengikuti kuliah di jam terakhir.

"Mau masuk?" Tanya Aftan menghadang langkah Ailina.

"Iya kak, jam terakhir" jawab Aftan.

"Arsy?" Tanya Aftan tak melihat satu wanita yang sedari tadi ada di samping Ailina.

"Pulang, ada keperluan mendadak, Daddy-nya menelpon" jawab Ailina.

Mepetnya jam pelajaran yang akan diberikan, membuat banyak mahasiswa kini mulai berlarian tak sengaja dari mereka menabrak Ailina dan_

"My God!" Ucap Aftan yang dengan cepat sudah menyambar tubuh Ailina sebelum mendapat tabrakan yang berikutnya.

"Mereka sepertinya sengaja, kurang ajar!" Umpat Aftan ingin membalas dan Ailina segera menghalangi.

"Sudah kak, aku baik-baik saja"

"Tidak bisa"

"Ayolah, mereka tidak sengaja kak"

"Tapi mereka menyentuhmu Ai"

"Tidak sengaja"

"Tetap saja, mereka tidak boleh melakukan itu!"

"Terus siapa yang boleh?"

"Aku"

"Kenapa?"

"Karena kamu milikku!" Ucap Aftan keluar spontan begitu saja.

Jawaban yang membuat Ailina kaget dan terdiam, sementara Aftan masih terus menatap tajam ke beberapa pemuda yang terlihat cengengesan setelah menabrakkan dirinya ke Ailina.

"Maksud kakak apa?"

"Kau milikku, hanya aku yang boleh menyen_" sesaat Aftan terdiam, tidak meneruskan omongannya karena menyadari sesuatu.

"Sorry" ucap Aftan, lalu memeluk Ailina seperti biasanya sebelum meninggalkan, dan Ailina diam tanpa merespon karena masih bingung dengan apa yang di rasakan.

Saat berada di kelas, Ailina masih teringat akan apa perkataan Aftan sesaat tadi, seketika terngiang apa yang tadi juga di bicarakan oleh Arsy soal kakaknya.

"Apa mungkin ada perasaan lain dari Kak Aftan?" Batin Ailina berputar di otaknya.

"Tapi mana mungkin, apa perasaan tidak enakku dari dulu tanda apa yang dirasakan Asry itu benar, my God, ini tidak benar, kenapa pikiranku jadi kacau begini sih"

"Akh!" Ailina teriak dalam kelasnya.

Sontak semua mata tertuju padanya, seketika Ailina terkejut dan tersenyum sambil menunduk meminta maaf, sang Dosen yang mengajar hanya geleng kepala melihat tingkah konyol salah satu mahasiswi terbaiknya.

Sementara dada Aftan berdetak kencang, sambil terus berjalan dan berdoa Ailina tidak akan merasa aneh dengan ucapannya yang tanpa sadar keluar dari hati begitu saja.

"Sh-it!, Kenapa aku bisa sembrono berucap seperti itu" ucap lirih Aftan yang hampir saja berada di tujuan.

Bersamaan dengan itu, Aftan melihat sebuah pemandangan aneh, dimana dari arah depan terlihat profesor Mark terluka di bagian wajah cukup parah dan_

"Bukankah yang memapah Prof Mark itu?" batin Aftan tak berkedip menatap pemandangan didepannya.

Apa yang akan terjadi?, Yuk kasih VOTE, VOTE, VOTE di hari Senin dulu dong, pasti di kasih surprise dari Author dalam Update berikutnya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ida Sriwidodo

Ida Sriwidodo

Fix!
Arsy anaknya Prof Mark..

Sebenarnya sah2 ajaa klo Aftan suka sama Ailin dan mereka bisa nikah juga meski sepupu 🤔🤔

2023-12-03

2

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

Arsy kah yang memapahnya,,,

2023-10-12

0

Pasrah

Pasrah

lanjut

2023-08-04

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Perkenalan dua Orang
3 Pertolongan Aftan
4 Perbuatan Arsy?
5 Para Kekasih yang Tak Terima
6 Sebulan persahabatan
7 Tragedi
8 Keanehan berujung Keusilan.
9 Tak sengaja Bertemu
10 Posisi yang Mengejutkan
11 Pertarungan
12 Pertolongan
13 Rekaman Mengejutkan
14 Perbincangan Serius
15 Teriakan Misteri
16 Meresahkan
17 Kiriman tak bertuan
18 Terbuka
19 Suara Hati
20 Kejutan
21 Pengakuan
22 Bayangan
23 Per bincangan
24 Orang Misterius
25 Pertemuan Rahasia
26 Berkas Rahasia
27 Menyerahkan
28 Percekcokan
29 Mencari
30 Penyesalan
31 Menghilang
32 Tempat tak di kenal
33 Bukan Dia
34 Pertarungan
35 Bantuan Saudara
36 Berpisah Kembali
37 Kenyataan
38 Bertemu
39 Menghindari
40 Kejadian Mengerikan
41 Mengawali Hari
42 Sebuah Gaun
43 Hari ke 14
44 Pertemuan
45 Perkenalan di Pesta
46 Satu Kenyataan
47 Pertemuan dengan Sang Paman
48 Makan Siang
49 Salah Makan
50 Melarikan diri
51 Satu Rahasia
52 Orang Yang dilindungi
53 Pertama menginjakkan kaki
54 Hari pertama
55 Pindah Tempat
56 Belum ada Kepastian
57 Pertemuan
58 Terungkap
59 Kekhawatiran
60 Belum ada Keputusan
61 Keluarga Berkumpul
62 Semakin Ramai
63 Ditolak atau di Terima?
64 SAH
65 Bersiap Pergi
66 Perjalanan Pulang
67 Ruangan Rahasia
68 Pengalaman Pertama
69 Pagi hari
70 Penawaran
71 Permasalahan yang sulit
72 Tidak Akan Pernah
73 Kabar tak Terduga
74 Terungkap
75 Keputusan Ailina
76 Berdamai dan Mendukung
77 Selamat Bergabung
78 Berpindah Tempat
79 Rencana mulai Berjalan
80 Satu Tindakan
81 Kesempatan dalam kesempitan
82 Pertarungan di pagi hari
83 Satu Rencana
84 Akhirnya
85 Teringat Sebuah Janji
86 Kedatangan Wilona
87 Janji di Tepati
88 Posesif 1
89 Niat Mempermalukan
90 Kejutan Manis
91 Kepindahan tak terduga
92 Lamaran tak terduga
93 Tak Terbaca
94 Permintaan Gila
95 Bertemu dengan seseorang
96 Terkejut
97 Berjalannya Rencana
98 Satu Malam
99 Tidak ada hasil
100 Pertarungan
101 Serangan tak terduga
102 Kabar Bahagia
103 Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Perkenalan dua Orang
3
Pertolongan Aftan
4
Perbuatan Arsy?
5
Para Kekasih yang Tak Terima
6
Sebulan persahabatan
7
Tragedi
8
Keanehan berujung Keusilan.
9
Tak sengaja Bertemu
10
Posisi yang Mengejutkan
11
Pertarungan
12
Pertolongan
13
Rekaman Mengejutkan
14
Perbincangan Serius
15
Teriakan Misteri
16
Meresahkan
17
Kiriman tak bertuan
18
Terbuka
19
Suara Hati
20
Kejutan
21
Pengakuan
22
Bayangan
23
Per bincangan
24
Orang Misterius
25
Pertemuan Rahasia
26
Berkas Rahasia
27
Menyerahkan
28
Percekcokan
29
Mencari
30
Penyesalan
31
Menghilang
32
Tempat tak di kenal
33
Bukan Dia
34
Pertarungan
35
Bantuan Saudara
36
Berpisah Kembali
37
Kenyataan
38
Bertemu
39
Menghindari
40
Kejadian Mengerikan
41
Mengawali Hari
42
Sebuah Gaun
43
Hari ke 14
44
Pertemuan
45
Perkenalan di Pesta
46
Satu Kenyataan
47
Pertemuan dengan Sang Paman
48
Makan Siang
49
Salah Makan
50
Melarikan diri
51
Satu Rahasia
52
Orang Yang dilindungi
53
Pertama menginjakkan kaki
54
Hari pertama
55
Pindah Tempat
56
Belum ada Kepastian
57
Pertemuan
58
Terungkap
59
Kekhawatiran
60
Belum ada Keputusan
61
Keluarga Berkumpul
62
Semakin Ramai
63
Ditolak atau di Terima?
64
SAH
65
Bersiap Pergi
66
Perjalanan Pulang
67
Ruangan Rahasia
68
Pengalaman Pertama
69
Pagi hari
70
Penawaran
71
Permasalahan yang sulit
72
Tidak Akan Pernah
73
Kabar tak Terduga
74
Terungkap
75
Keputusan Ailina
76
Berdamai dan Mendukung
77
Selamat Bergabung
78
Berpindah Tempat
79
Rencana mulai Berjalan
80
Satu Tindakan
81
Kesempatan dalam kesempitan
82
Pertarungan di pagi hari
83
Satu Rencana
84
Akhirnya
85
Teringat Sebuah Janji
86
Kedatangan Wilona
87
Janji di Tepati
88
Posesif 1
89
Niat Mempermalukan
90
Kejutan Manis
91
Kepindahan tak terduga
92
Lamaran tak terduga
93
Tak Terbaca
94
Permintaan Gila
95
Bertemu dengan seseorang
96
Terkejut
97
Berjalannya Rencana
98
Satu Malam
99
Tidak ada hasil
100
Pertarungan
101
Serangan tak terduga
102
Kabar Bahagia
103
Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!