Ini sikap seorang istri?

"Sejak kapan kau mengurusi siapa perempuan yang akan menjadi cintaku selanjutnya? Aku yang akan membuatnya jadi berubah dan bertekuk lutut padaku. Hanya saja waktunya belum tepat! Bukankah kita juga sama bren\_gseknya seperti perempuan ma\_lam? Kau lupa dengan kegiatanmu?" Ucap Ruli yang kembali mengingatkan bahwa masalalu mereka juga sama buruknya. Bahkan lebih buruk dari apapun bagaikan hewan naj\_is.

Axel diam jika kembali membahas masalalu nya yang begitu buruk dan tak perlu dicontoh oleh siapapun. Bukan hanya dulu, bahkan sampai saat ini dia masih melakukannya, namun tidak se bejad yang dulu.

"Siapkan penerbangan malam ini juga untuk ke Jepang, aku benar-benar sangat muak dan lelah dengan ini semuanya!" Kursi roda kini Ruli jalankan meninggalkan acara. Tidak ada gunanya ia disini secara terus menerus jika disini juga dapat membuatnya sakit hati. Lihat apa yang dia lakukan saat sudah kembali lagi.

\#

\#

Setelah selesai dengan dansanya, Diara duduk sendiri disalah satu meja mini dengan membawa minuman bir nya. Ia tersenyum melihat semuanya. Ia sudah biasa sendiri karena kemauannya yang tidak ingin berteman dengan siapapun.

Saat melihat semuanya yang sedang berjoget-joget, tiba-tiba wajah Diara berubah menjadi gelisah. Matanya kesana-kemari seperti mencari sesuatu hal.

"Dia kemana?" Gumam Diara yang teringat bahwa disini ada suami tak diharapkannya. Diara berdiri, pikirannya saat ini adalah Ruli, kenapa pria itu menghilang sedari tadi? Apa mungkin dia pulang?

Diara lalu melangkahkan kakinya mendekati Arsyid dan istrinya untuk berpamitan pulang karena pikirannya benar-benar tidak mengenakkan.

"Tuan Arsyid." Panggil Diara saat sudah dekat.

Arsyid melihat asal suara itu. "Diara" Sapa Arsyid.

Diara kemudian bersalaman dengan Arsyid kemudian dengan istrinya yang belum dikenalnya.

"Aku sudah mentransfer, aku akan pulang lebih dulu malam ini" Ucap Diara.

"Sangat terburu-buru sekali, acara masih lama, jam dua belas malam akan ada kembang api" Pinta Arsyid yang merasa tidak seru jika tidak ada kehadiran sosok yang disebut perfect itu, namun tetap menurut Arsyid lebih sempurna istrinya.

"Iya benar nona Diara, lebih baik nanti dulu" Sambung istri Arsyid.

Diara tersenyum. "Aku sudah sangat lelah hari ini. Semoga kalian langgeng, aku pamit pergi" Tanpa kata lagi, Diara pun segera pergi setelah mendapatkan anggukan kepala dari Arsyid dan istrinya.

Saat kakinya melewati dan tak sengaja berpapasan dengan Tye dan Gyora, Diara hanya melirik senis pada mereka tanpa menyapa, lalu melanjutkan lagi langkah kakinya.

Beruntung tadi berangkat menggunakan mobil barunya, jadi Diara tidak perlu memesan taxi dan sebagainya. Ia segera memasang seat belt nya dan mulai menjalankan mobilnya untuk pulang ke Mension.

Entah kenapa udara malam ini sangat dingin dan menyeramkan bagi Diara, seperti ada seseorang yang mengintai dari kejauhan saat melewati hutan panjang menuju Mension Ruli.

Padahal beberapa hari yang lalu Diara juga pernah pulang malam, tapi tidak seseram yang sekarang, jalanan begitu terasa gelap, sepi dan sunyi, hanya suara mesin mobil halusnya saja yang terdengar di indra pendengaran Diara, padahal waktu masih menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga puluh lima menit malam.

Diara semakin menekan gas nya agar menambah kecepatan mobilnya guna menghindari kejadian yang tidak-tidak.

Lama waktu sekitar hampir lima belas menit, akhirnya mobil yang Diara tumpangi telah sampai di Mension setelah pintu gerbang yang menjulan tinggi itu dibuka.

Tatapan Diara beralin pada sebuah suara helikopter yang sepertinya baru saja diberangkatkan. Tapi siapa? Apa itu dari Mension ini? Karena jangkauan helikopter itu hanya sekitar seratus meter saja.

"Ruli" Gumam Diara saat tiba-tiba pikirannya tertuju pada Ruli. Dengan buru-buru Diara langsung turun dari mobil dan berlari memasuki Mension menuju kamarnya.

Nit!

Diara memandang kamarnya dan kamar Ruli yang terasa kosong tidak ada satu orangpun disini. "Hei Ruli!" Panggil Diara.

"Tidak mungkin jika dia masih dipesta tadi, aku bahkan tidak menemukan mobilnya, satpam bilang juga pria lumpuh itu sudah pulang" Gumam Diara.

Tangan Diara terongoh pada tas nya untuk mengambil ponsel dengan merek terkenal itu. Ia akan mencoba menghubungi Ruli untuk yang pertama kalinya.

Tut!

Tut!

Tut!

"Sial, tidak aktif" Gerutu Diara. Ia duduk ditepi ranjang dengan perasaan campur aduk.

Tring!

Diara melihat ponselnya, salah satu nomor tidak dikenalnya mengirimkan gambar sebuah video saat dirinya berdansa dengan seorang pria tadi.

\_***Apa ini sikap seorang istri***?\_

Alis Diara berkerut dengan pesan yang dikirimkan oleh nomor tidak dikenalnya. Apa ini dari Ruli? Diara pun mencoba untuk menghubungi nomor tidak dikenal ini. Namun sayangnya, nomor itu sudah tidak lagi aktif.

Entah kenapa Diara merasa yang mengirimkan pesan itu adalah Ruli suaminya. Apa mungkin dia marah karena dirinya melakukan dansa tadi? Tapi, bukankah kita tidak saling memiliki perasaan? Bukankah Ruli sendiri yang bilang bahwa dia tidak memiliki perasaan apapun padanya? Jadi, untuk apa cemburu padanya?

"Ish...sudah beberapa hari ini dia juga mengabaikan ku, lalu pergi tidak jelas dan mengirimkan pesan tidak jelas seperti itu" Gerutu Diara kesal. Kemudian Diara pun lebih memilih untuk segera membersihkan tubuhnya lalu tidur karena terlalu lelah, biarlah pria itu, paling juga besok sudah pulang kan?.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!