Sentuhan

PERINGATAN ⚠️ ADEGAN INI HANYA BOLEH DIBACA OLEH USIA 18 TAHUN ATAS🖕 KALO MAKSA YA TERSERAH...🗿

#

#

#

"Ah...!" Des-ah Diara saat salah satu jari tangan Ruli tengah memasuki bagian in_ti milik Diara. Diara berusaha merapatkan bibirnya agar tidak mengeluarkan suara itu lagi. Ini adalah pertama kalinya Diara mengeluarkan suara indah itu, tentu awalnya Diara juga kaget sendiri.

Ruli kemudian kembali mengeluarkan satu jarinya lagi "Ingat, permainan kita. Jika kau mend-esah dan meminta ampun maka kau akan kalah selama permainan ini. Tapi jika kau sama sekali tidak menikmatinya, maka aku akui kau perempuan hebat" Titah Ruli sebelum memulai aksinya lagi.

Diara hanya diam tak menjawab karena ia masih berusaha menutup rapat kedua bibirnya.

Ruli yang sebelumnya hanya ingin coba-coba dengan memasukkan satu jari kini berganti menjadi dua jari yaitu telunjuk dan tengah. Kemudian secara perlahan memasuki bagian in_ti milik Diara, sedetiknya Ruli pelan-pelan memaju mundurkan kedua jarinya, diantara ingin keluar dan masuk secara terus menerus, semakin lama gerakan tangan Ruli semakin cepat tak terkendali.

"Mmppphhh..!!! Ah..He-ah...!" Diara menyembunyikan wajah nikmatnya pada da-da Ruli seakan tidak ingin menunjukkan wajahnya didepan Ruli. Ia bahkan menundukkan kepalanya saat gerakan itu semakin cepat. "Rul- ah...! Berhenti ah...ku ah mohon berhenti ah..ah..ah.."

Mendengar Diara yang baru memulai sudah meminta ampun membuat Ruli tersenyum sumringah. Bukannya berhenti ia justru semakin mempercepat gerakannya hingga bagian inti milik Diara sudah sangat basah.

Diara terus saja mengeluarkan suaranya. Seluruh tubuhnya bahkan sampai menegang dengan kelakuan Ruli. Saat kakinya tiba-tiba bergetar hebat seperti ingin sekali pipis Diara kini memohon untuk berhenti. "Plise Ruli.... Aku ingin pipis, tolong sudahi-ah... Egh ah...ah.." Diara yang sebelumnya menundukkan wajahnya kini kembali mengangkat wajahnya dengan mulut yang terbuka dan mata tertutup. "Aku menyerah hiks...tol-ah.. aku ingin buang air!!!!!" Teriak Diara.

Gerakan yang sebelumnya cepat kini Ruli tampan jadi semakin cepat dibawah sana. "Keluarkan saja sayang..." Gerakan Ruli kini jadi brutal.

Diara tidak dapat menahannya lagi. Kakinya ia rapatkan dan kedua tangannya menarik kepala Ruli hingga wajah Ruli tenggelam dibagian da-danya yang masih tertutup. "Ahh...!!!! Hah...hah.."

Ruli mengeluarkan kedua jarinya yang ia gunakan tadi, kemudian sisa-sisa cairan itu langsung ia masukkan kemulutnya dan menjilati tangannya sendiri. "Good, aku menang" Ucap Ruli dengan senyuman semeringai.

Diara yang sedang mengatur nafasnya karena tiba-tiba tubuhnya lemas setelah pelepasan, kini menatap wajah Ruli yang hanya berjarak beberapa centi. "Hah... Iya aku akui kau hebat, sekarang lepaskan aku!" Mata Diara kini berkaca-kaca dengan menunjukkan wajah memelasnya.

"Ku rasa satu kali pelepasan lagi akan terasa puas..." Pinta Ruli. Kemudian satu tangannya kini menggerayangi bagian punggung Diara untuk melepas resleting gaun yang Diara pakai.

Diara yang mendengar itu tentu saja tidak mau. "Apa?! Tidak, kumohon huhuhu...."

Sudah terlambat saat gaunnya yang kini sudah turun kepinggang dan kini Ruli melihat dua bongkahan yang ukuran big, walaupun masih tertutup oleh salah satu benda yang bernama br-a. Dengan hanya satu gerakan saja, benda segitiga itu sudah lepas dari pengaitnya.

Diara semakin menangis kencang saat kini bagian atasnya sudah di ciu-mi oleh Ruli. "Huaaaa!!!!! Mommy tolong huaaa....!!!!!" Diara mengibaskan kedua kakinya guna memberontak, tidak tau saja jika gerakan itu dapat membuat dua bongkahan itu jadi bergerak kesana-kemari tak beraturan.

"Hei diamlah, lihat milikmu bergerak kesana kemari" Ucap Ruli yang kini memperhatikan milik Diara. "Kenapa miliknya sangat lucu? Besar namun boba mu kecil?"

Diara kini menghentikan pemberontakannya dan memperhatikan miliknya sendiri. Entah kenapa mereka berdua kini jadi sama-sama memperhatikan dua bongkahan milik Diara. "Benarkah?" Tanya Diara kemudian.

"Hmm...apa kau siap untuk pelepasan sekali lagi?" Pinta Ruli dengan wajah datar.

Diara menggeleng. "Tidak kumohon!!! Aku benar-benar mengakuimu, kau hebat, kau laki-laki hebat okey...jadi tolong hiks...lepaskan aku" Diara kali ini benar-benar seperti seorang wanita yang malang. Air matanya tak berhenti untuk tidak keluar.

"Baiklah, untuk kali ini aku akan melepaskan mu. Tapi ingat, sekali lagi kau berani menghinaku, akan aku pastikan kau merasakan pelepasan berkali-kali tanpa peduli kau meminta ampun!"

Dengan cepat Diara mengangguk setuju. "Oke!"

Ruli pun melepas ikatan yang ada ditangan Diara. "Bangunlah" pinta Ruli saat ikatan itu sudah terlepas.

Dengan cepat Diara pun bangun dan langsung memakai lagi pakaian nya dengan benar, walaupun kakinya sudah sangat licin karena pelepasannya tadi. "Astaga, celanamu!" Seru Diara saat melihat celana suaminya basah sebagian karena kegiatan tadi. Bahkan bukan hanya dicelana, tapi sampai ke lantai juga.

"Aku akan meminta orang untuk membersihkannya. Sekarang kau bersihkan tubuhmu " Perintah Ruli dengan dingin dan datar.

Melihat Ruli yang sudah keluar dari kamar, Diara mendengus kesal dengan memukul udara. "Ah!!! Dasar pria lumpuh!" Pekik Diara. Sedetiknya ia dengan cepat menutup mulutnya menggertakkan kedua tangannya, Diara melihat isi kamar Ruli sekelilingnya. "Gawat jika ternyata kamar ini memiliki CCTV!" Gumam Diara takut lalu berlari menuju arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!