Barang-barang penting Diara kini sudah selesai di packing kedalam koper dan siap untuk dimasukkan ke bagasi mobil. Tentu saja yang mengemasi barang-barangnya bukan Diara, melainkan para pelayan, dipikirnya untuk apa dia bekerja jika ada pelayan?
Setelah sedikit salam perpisahan dengan kedua orang tua nya, Diara kini memasuki mobil mewah milik Ruli, ia duduk dikursi tengah bersebelahan dengan Ruli.
Awalnya Diara tidak begitu memperdulikan saat mobil sudah berjalan menjauh dari rumahnya. Namun semakin lama Diara semakin penasaran dengan apa yang suami lumpuhnya itu lakukan.
Diara melirik sejenak untuk melihat apa yang Ruli lakukan. "Dia sedang apa?" Tanya Diara pada dirinya sendiri saat Ruli yang sibuk sendiri didepan laptop dan terlihat sangat serius.
Tapi se kepo-keponya Diara dia tidak akan menanyakannya pada Ruli. Ia pun kemudian membuka ponselnya sendiri dan mengirimkan pesan pada kedua sahabatnya yang saat ini sedang berada diluar negri, mungkin seharusnya sekarang sudah pulang.
"Aku menikah" Diara mengirim pesan singkat itu pada kedua sahabatnya. Tentu hal itu membuat kedua sahabat Diara berbondong-bondong menanyakannya.
"Serius? Kau pasti berbohong~ Tye
Foto.🖼️
K-kau serius? Kenapa kita tidak diundang?!~ Gyora
Acara mendadak, ini juga hanya keluarga inti saja yang hadir.~ Diara
Kalau begitu katakan siapa suamimu? Apa dia ganteng? Kaya?~ Gyora.
Gyora mengirim pesan itu karena foto yang dikirimkan oleh Diara hanya setengah saja saat duduk dikursi pelaminan. Namun mereka yakin saat melihat postur tubuh Diara.
^^^Akan aku ceritakan saat kita bertemu.^^^
Diara kemudian mematikan data seluler pada Wa nya karena tidak ingin ditanyai lebih lanjut oleh kedua sahabatnya lalu. Sedetiknya ia pun membuka apk untuk menonton video viral anak muda.
Lama perjalanan memakan waktu sekitar satu jam karena ternyata Mension Ruli itu sangat jauh gila! Dan tentu Diara merasa bosan didalam mobil, apalagi saat melihat pria lumpuh itu yang masih saja fokus pada laptop.
Sampai di gerbang Mension pemuda lumpuh itu, tentu saja membuat seorang Diara sedikit terkejut dan melototkan matanya. Bagaimana tidak? Pasalnya, ternyata Mension itu benar-benar sangat besar dan diluar ekspektasi yang mengira bahwa Mension suaminya tidak akan sebesar ini. Ibaratkan dengan bandara pun masih besar Mension ini. Pantas saja Diara sedikit heran saat akan menuju kemari melewati beberapa jalan yang sepi, rupanya Mension ini letaknya memang disengaja jauh dari perumahan yang lainnya.
Para satpam pun segera membuka pintu gerbang besar yang menjulang sangat tinggi itu.
"Apa ini serius tempat tinggalmu sendiri?" Tanya Diara yang seolah tak percaya. Ia jadi membayangkan sebesar apa Mension keluarga Gyoxer, yang pasti jauh lebih besar dari ini.
Diara kemudian sedikit melirik saat orang yang dia tanyai tidak menjawab. "Hei, aku bertanya padamu!" Gerutu Diara kesal. Bisa-bisanya dia diabaikan seperti itu, dan pria lumpuh itu lebih memilih berganti fokus pada ponselnya.
"Turunkan nada bicaramu!" Tekan Ruli saat mendengar Diara yang menggunakan nada tinggi. Mungkin kemarin Ruli hanya diam saja, tapi tidak untuk sekarang ini.
"Siapa kau mengaturku hah?!" Kesal sekali Diara saat nada bicaranya dikomen oleh pria lumpuh disampingnya. "Dasar pria lumpuh" Gumam Diara yang suaranya justru masih bisa didengar baik oleh Ruli dan sang sopir.
"Berani sekali nona Diara pada tuan Ruli. Ya tuhan, aku takut jika nona Diara tidak akan selamat malam ini..." Batin sopir pribadi yang bernama Fajar tapi bukan fajar sad boy ya wkwkwk...
"Kau bicara apa?" Tanya Ruli yang ingin istrinya itu mengulangi lagi ucapannya.
Diara menggeleng. "Tidak, jangan dipikirkan itu benar-benar tidak penting" Jawab Diara. "Dasar pria lumpuh" Ucapnya pelan sekali.
Ruli yang sebenarnya tau Diara berbicara apa ia memilih untuk tidak peduli. Ia kemudian memencet tombol agar para bodyguard segera mengambil kursi roda miliknya. Benar saja, baru beberapa detik para bodyguard pun datang dengan membuka pintu mobil milik Ruli.
"Selamat datang tuan"
Ruli hanya membalas dengan deheman. Selanjutnya sekitar ada tiga bodyguard itu membantu Ruli untuk berpindah ke kursi roda otomatis yang biasa Ruli pakai. "Apa kau ingin terus berada disitu" Ucap Ruli dingin saat dirinya masih melihat Diara yang stay didalam mobil.
Diara berdecak kesal. Ia pun dengan kasar turun dari mobil lalu menutup pintu mobilnya cukup keras.
"Sampai kau merusak mobilku, akan aku pastikan kau tidak akan selamat malam ini!" Ancam Ruli dengan tatapan dingin pada istrinya, kemudian segera menjalankan kursi rodanya meninggalkan Diara, diikuti oleh beberapa bodyguard.
Diara lagi-lagi dibuat tercengang atas kelakuan pria lumpuh itu. Ia bahkan sempat mematung beberapa saat, sedikit rasa jengkel karena pria itu telah berani mengancamnya. "Sial! Harusnya aku jawab lagi, kenapa jadi ciut nyaliku" Gerutu Diara dalam hatinya. Kemudian ia segera berlari menyusul Ruli, untung dia tidak menggunakan hak tinggi.
Baru masuk dalam Mension Diara sudah dibuat kagum saja, namun ia sembunyikan rasa kagum itu dengan menunjukkan wajah jutek seolah memandangnya biasa saja. "Ehem!" Deheman Diara mampu membuat Ruli yang sudah masuk kedalam lift menatap dingin Diara lagi.
Sebelum melanjutkan pembicaraannya, Diara pun ikut masuk kedalam lift bersama pria lumpuh itu. Ya, hanya berdua, karena bodyguard yang tadi mengintil itu sudah pergi secara tiba-tiba. "Apakah kita akan satu kamar?" Tanya Diara kemudian dengan lift yang mulai berjalan kelantai atas.
"Terserah" Jawab Ruli yang lagi-lagi dingin.
"Wah..! Ternyata kau tidak seperti pria novel ya yang mau tidurnya satu ranjang? Aku tau kau adalah pria yang tidak tertarik dengan wanita"
Ucapan Diara mampu membuat Ruli menatap tajam. "Maksutmu?"
"Tidak, jangan dipikirkan lagi. Jadi, aku boleh memilih kamarku sendiri?" Tanya Diara yang mengalihkan pembicaraan nya.
"Hanya bisa sekali memilih. Jika itu adalah pilihan pertama mu, maka artinya sampai kapanpun kau harus terus berada disitu"
"Baiklah"
Tak berselang lama, lift pun sudah sampai dilantai atas. Diara mengikuti arah Ruli. "Apa aku boleh memilih sekarang?"
"Hmm" Jawab Ruli .
Entahlah, mungkin saking senangnya ia sampai melebarkan senyumnya, ia pun berjalan lebih dulu dan menjatuhkan pilihannya pada pintu kamar yang menurutnya paling besar dari yang lainnya. Ya, memang Diara adalah perempuan paling toxic yang pernah ada. "Apa aku boleh memilih yang ini?"
"Hmm.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Tiara Sihombing
uuu pasti suatu saat diara bakal bulol nie xixi
2023-06-30
1