Diara yang kini sedang asik bermain ponsel diatas kasur dikagetkan dengan kehadiran siapa lagi kalau bukan pria lumpuh itu.
"Ehem...!" Ruli berdehem agar Diara itu mau mengalihkan pandangannya.
Diara melirik, lalu kembali lagi dengan ponsel miliknya. Sangat malas sekali meladeni pria itu. "Hahaha...." Diara dengan tiba-tiba tertawa saat melihat balasan chatting dari sahabatnya.
Srek!
Karena merasa dirinya tidak dipedulikan, Ruli mengambil ponsel itu secara paksa dari tangan Diara. "Sejak kapan kau tidak mengindahkan kehadiranku? Aku paling tidak suka jika di abaikan"
Diara bangun dari tidurnya. "Ish...bisakah jangan mengganggu?! Aku hanya ingin bebas tanpa dirimu" Kecam Diara malas. Baru saja beberapa hari menikah dengan pria lumpuh ini, tapi sudah berani mengatur ini dan itu, Diara jadi menyesal menerima pernikahan ini.
"Jika kau ingin bebas, berusaha lah untuk lepas dariku. Sekarang, mandikan aku"
"Whatt?!!!" Pekik Diara dengan melotot. Yang benar saja dirinya harus memandikan? Woww...
"Kau gila! Tentu saja aku tidak mau" Dengan segera Diara bangun dan berlari menjauhi Ruli agar tidak di tangkap lagi. Ia turun dari ranjang dan berdiri diseberang kasur hingga kini kasur menjadi penghalang antara dirinya dan Ruli.
"Mandi saja dengan maid mu hahaha...." Tawa Diara kini memenuhi kesunyian dalam ruangan penuh kesepian ini. "Perlu kau ingat, aku ini ratu, sangat tidak higenis jika harus memandikanmu!"
Beberapa saat, ruangan ini terasa sepi dan sunyi. Ruli hanya menatap datar tanpa peduli. "Baiklah, card-"
"Owh!" Pekik Diara saat mendengar card tanpa batas. "Oke, aku akan memandikanmu tuan!" Ucap Diara kesal.
Ruli tersenyum tipis.
Diara lalu berjalan mendekat. Terpaksa! Hanya demi kartu tanpa batas. "Apa kau puas hah..!" Ucap Diara sembari mengikuti Ruli yang mulai menjalankan kursi rodanya menuju kamar mandi.
Tapi, tiba-tiba Diara teringat perkataan kedua sahabatnya itu yang mengatakan jika suaminya jangan-jangan belok atau impoten. Ya, Diara akan memastikannya sendiri setelah ini.
Ceklek...
Pintu kamar mandi itu sudah ditutup rapat oleh Diara. Hanya menyisahkan dirinya serta Ruli saja didalam sana. Diara bingung harus berbuat apa dan bagaimana setelah ini, karena dia tidak mempunyai pengalaman apapun untuk memandikan seorang pria lumpuh. "J-jadi?" Tanya Diara terbata.
Ruli menghela nafasnya. "Buka paka_ian ku!"
Duarrrrr!
"Yang ben~baiklah"
Satu langkah maju semakin dekat dengan Ruli. Ia menunduk dan sedikit memajukan tubuhnya dan perlahan mulai membuka kancing kemeja itu satu persatu, karena terlalu fokus pada kancing baju hingga Diara tak menyadari bahwa ini adalah kancing terahir paling bawah. Tatapannya beralih pada celana yang masih tertutup rapat itu. "Apa iya dia belok? Atau impo_ten?" Tatapan Diara naik ke atas menatap wajah tampan Ruli yang sedang menatap lurus datar.
Setelah selesai dengan semua kancingnya, Diara kemudian tinggal melepas kemeja itu dari lengan suaminya yang berotot. Ruli menggerakkan tangannya untuk melepas kemeja itu sendiri hingga tertinggal dilantai.
Diara didepannya hanya bisa melotot melihat tubuh pria lumpuh itu.
Glekk...!
Ia menelan ludahnya dengan kasar melihat tubuh sempurna suaminya. Bentuk tubuh seperti segitiga terbalik dengan dada bidang dan perut sixpack yang membuat siapa saja akan tergoda, namun...hanya satu kekurangannya, yaitu lumpuh...
"Lepas celan_aku!" Suara dingin itu kini keluar dari mulut Ruli.
"Hah..?" Diara menatap dengan gelagapan saat diperintahkan untuk melepas bagain celananya. Saatnya...saatnya melihat apakah suaminya itu benar-benar belok atau imp_oten!
Diara kini tidak peduli dengan semuanya! Ya, percuma jika ternyata Ruli bisa memuaskannya tapi ternyata hanya ilusi belaka yang ternyata suaminya itu menyembunyikan sesuatu. Ya, Diara harus tau yang sebenarnya, karena ia merasa saat melakukan itu, ia tidak sama sekali merasakan ada apapun yang berdiri.
Ruli lalu memencet tombol agar punggung kursi rodanya bisa tertidur, ia perlahan mulai merebahkan dirinya guna istrinya bisa lebih mudah melepas celananya.
Diara menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian perlahan maju lagi dan perlahan mulai membuka kancing cel_ana serta resletingnya. Dengan pelan dia berusaha untuk mengangkat bagian samping pinggul Ruli untuk melepas celananya, jika digambarkan seperti sedang melepas cel_ana seorang bayi.
Bagian celana sudah, kini hanya tinggal celana dal_am. Diara melototkan mata saat baru menyadari jika dibalik ****** ***** itu terlihat seperti ada gumpalan daging didalamnya. Tanpa bertanya dan karena dia juga penasaran, Diara pun melepas celana dala_mnya juga.
Terlihat seperti ular yang mati, tidak hidup sama sekali. Besar, namun tidak berdiri. Tidak mungkin, apa mungkin karena dirinya belum melakukan pemanasan.
Karena sudah sangat tidak sabaran dan semakin penasaran, tangan Diara dengan berani memegang benda tak bertulang seperti ular itu. Ia menggenggam nya dengan erat.
Tidak tau, mata Ruli terpejam dengan bibirnya yang terbuka lebar menikmati rem_asan itu. Tangannya menggenggam kursi roda dengan erat saat rem-asan itu semakin terasa. "D-diara ah ..."
Tatapan Diara berganti menatap suaminya yang seperti cacing kepanasan karena tubuhnya yang tak beraturan dengan bibir sexy yang terbuka. Untuk pertama kalinya, Diara mendengar Ruli yang mendesah karena sentuhannya. Tapi, matanya kembali lagi pada barang yang dipegangnya, tidak ada perubahan, letoy!
Diara segera melepaskan nya. "Kau imp_oten!" Pekik Diara diruangan kamar mandi ini hingga memantulkan suaranya.
Ruli membuka matanya, lalu melihat wajah Diara. Yah, Ruli tau itu, miliknya sampai kapanpun tidak akan terbangun, kini satu orang lagi telah tau tentang dirinya.
Diara mundur, menatap jijik pria di depannya. "Sebaiknya kita melakukan perpisahan sekarang! Sudah lumpuh! Imp-" Diara memutus kata-katanya saat melihat barang milik Ruli yang tiba-tiba mulai berdiri secara perlahan.
Matanya melotot saat sudah berdiri tegak. Lebih besar dari yang digenggamnya tadi, bahkan yang tadi juga masih tidak cukup digenggaman nya, benar-benar sangat jumbo seperti ular sawah!.
Sementara Ruli yang masih belum tersadar, memilih untuk mengalihkan pandangannya kesamping, merasa malu dengan dirinya yang banyak kekurangan-kekurangan. Ia kini sadar, kenapa para perempuan tidak ada yang mau dinikahi dengannya, ya karena perempuan butuh dipuaskan.
"Gawatt!!! Sepertinya aku salah berbicara!" Batin Diara menjerit. Dengan semakin mundur perlahan, Diara bersiap untuk keluar sebelum diterjang lagi dan dihukum lagi, ini saja terpaksa hanya demi kartu card hitam.
Ceklek!
"Aaaa...!!!!! Mommy, itunya sungguh besar!!!!" Teriak Diara melengking dengan berlari keluar dari kamar mandi karena sudah sangat ketakutan. Benda tak bertulang itu seperti ingin sekali menerkamnya. Tidak, Diara harus mengumpat diruang ganti baju sekarang. Dengan kecepatan penuh Diara secara terburu-buru berlari menuju ruangan ganti baju dan bersembunyi didalam lemari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Niaa🥰🥰
hahaha
2023-10-17
0