Kabur

"Ini---,,, Apa kita masih bisa pergi?"

Alundra merasa sangat khawatir.

Jika Rafael tertangkap dan di bawa ke keluarga Ruff, nasibnya pasti sangat menyedihkan.

Jadi dia memutuskan untuk menyelamatkan Rafael meskipun harus mengorbankan nyawanya.

Saat ini, ibu tirinya tampak sombong dan memerintahkan para pengawalnya.

"Aku pikir kau punya nyali, berani beraninya kau datang ke kediaman keluarga Blayze. Pengawal! Serang dan hajar dia untukku!"

Para pengawal yang telah mendapat pelatihan profesional, tentu saja semuanya kuat dan beringas.

Apalagi, Rafael tampak agak kurus.

Terlihat seperti tidak punya kekuatan untuk melawan mereka.

Jadi para pengawal itu tidak perlu takut.

"Baik, nyonya!"

Para pengawal itu mengangguk dan menyerang Rafael dengan tinju mereka.

Mereka terlihat santai.

Bahkan dengan sedikit tatapan menghina di wajahnya.

Pemuda itu sama sekali tidak di anggap serius oleh mereka.

Alundra terkejut, mata indahnya melebar, dia mengumpulkan keberanian dan hampir bergegas maju demi Rafael.

Tiba tiba dia mendengar suara seperti angin bertiup kencang.

Rafael melangkah maju.

Di hadapan delapan orang pengawal yang tegap, dia masih terlihat tenang.

Gerakan Rafael sangat cepat dan mengangkat tangannya lalu meninju wajah salah satu pengawal itu.

BUAGH!

Pengawal itu yang tingginya hampir 190 cm dan memiliki badan yang kuat.

Tapi terkena pukulan ini.

Dia benar benar terbang jauh beberapa meter.

Batang hidungnya retak, mulutnya berlumuran darah dan dia langsung pingsan.

"Apa!"

Ketika semua orang di sana melihat ini, mereka semua langsung terkejut.

Tidak ada yang mengira akan melihat hal seperti itu.

Pukulan Rafael sangat kuat sehingga membuat satu orang kehilangan kesadaran dalam sekejap mata.

"Bocah ini cukup kuat!"

"Semuanya hati hati!"

Mereka kini sedikit berhati hati karena melihat kejadian itu.

Tapi, hal itu tidak membuat Rafael takut sama sekali.

Setelah meminum obat penguat tubuh, semua aspek, entah itu kekuatan fisik maupun kecepatan reaksinya, kini sudah melebihi batas manusia normal.

Jika dia tidak bisa mengendalikannya dengan baik.

Bisa di bilang satu serangan mampu untuk meledakkan sebuah kepala dengan mudah.

Sementara itu beberapa orang mulai ragu ragu dengan kesempatan yang mereka miliki, karena saat ini Rafael juga mengangkat kaki, menyapukan tendangan seiring udara yang terus berderak.

Dua orang pengawal di seberangnya tidak bereaksi sama sekali.

Mereka hanya merasakan sakit di leher mereka dan terbang keluar.

Mereka berputar beberapa kali di udara.

Jatuh di atas meja kaca.

Yang tiba tiba hancur berantakan.

Bahkan lantainya juga hancur karena mereka jatuh dengan sangat keras.

Pada titik ini, akhirnya seorang pengawal bergegas menuju ke belakang Rafael dan mencoba mendekapnya erat erat dengan kedua lengannya.

Tapi Rafael bahkan tidak menoleh kebelakang. Dia mencengkeram leher pengawal itu dengan satu tangan dan melemparkannya ke depan.

BRUAGH!

"Aaarrrgghh!"

Pengawal itu terlempar dan menabrak dua rekannya jatuh ke lantai.

Satu batu kena tiga target.

Delapan orang pengawal itu terkapar di lantai, beberapa ada yang pingsan dan yang lainnya melolong kesakitan sambil menangis.

"Ini---,,,"

Mata indah Alundra berbinar.

Melihat sosok kurus itu berdiri di tengah para pengawal yang terkapar dan terluka.

Wajahnya tetap tenang luar biasa.

'Apakah dia petarung?'

'Atau pembunuh profesional?'

'Sepertinya ahli bela diri?'

Alundra berpikir dan bicara dalam hatinya.

Baru saja, Rafael bergerak dengan mulus dan cepat, hal seperti itu tentunya bukan sesuatu yang bisa di lakukan orang biasa.

Di sisi lain, Frankie dan istrinya sama sama bersembunyi tak jauh dari tempat itu. Mereka membuka mulut lebar lebar dan dagu mereka seperti hampir jatuh ke lantai.

Hanya ada tanda tanya besar di hati mereka.

'Ini terlalu mengerikan.'

'Siapa orang itu?'

Ketakutan muncul secara spontan ketika melihat sosok Rafael sekarang.

"Siapa yang akan menghentikanku di keluargamu?"

Saat ini, Rafael tiba tiba menoleh dan tersenyum kepada Alundra.

Momentum pahit tiba tiba hilang, seolah olah telah di sapu badai.

"Apa kita bisa pergi sekarang?" tanya Rafael lagi.

Alundra melihat senyum hangat itu, sulit percaya bahwa para pengawal besar yang tergeletak di tanah itu di robohkan oleh seorang pemuda biasa.

Dia mengangguk pelan, matanya yang indah penuh perasaan campur aduk.

"I-iya..."

Dia memutuskan untuk meninggalkan keluarga Blayze sepenuhnya.

Kabur bersama dengan Rafael.

Meskipun tidak tahu apa identitasnya, dari mana asal usulnya, tapi saat ini, hal hal seperti itu tidak mampu menggoyahkan tekad Alundra.

Keduanya berpegangan tangan dan mengambil beberapa langkah ke depan pintu.

"Tunggu sebentar."

Rafael tiba tiba teringat sesuatu.

Dia menoleh dan menatap Frankie dan istrinya.

Keduanya terlihat seperti menjadi sasaran binatang buas dan kaki mereka terus gemetar.

"Kamu---,,, apa yang akan kamu lakukan! Jangan mendekat!"

PLAK!

Rafael melangkah maju dan menampar wajah ibu tiri Alundra.

Itu untuk Alundra dan Rafael mengembalikannya.

Seperti yang sudah di ceritakan tadi.

Rafael ini memang agak pendendam.

***

Mereka berdua keluar dari kediaman keluarga Blayze bersama.

Meskipun Rafael membalaskan untuk Alundra, tapi dia masih dalam suasana hati yang sedikit buruk saat hal ini terjadi di sana.

"Aku ingin menunjungi rumah lama ku, itu rumah ibuku dulu."

Alundra memikirkan dan teringat ibunya.

Rumah itu adalah tempat mereka dulu tinggal bersama.

Ketika Alundra merasa sedih.

Dia akan pergi ke sana untuk menenangkan diri.

Apalagi, sekarang dia kabur dengan Rafael, dua orang ini harus mencari tempat tinggal.

Dan rumah itu milik Alundra pribadi setalah ibunya meninggal.

"Baiklah, aku akan pergi bersamamu."

Rafael mengangguk, dia bisa tinggal di mana saja. Dia tidak perduli.

Rumah lama Alundra adalah sebuah vila dengan dua lantai.

Lokasinya bagus, tidak jauh dari area Riverside, lingkungannya elegan dan sangat tenang.

Bahkan ketika Alundra tidak sempat kesana, secara teratur, dia mencari seseorang untuk membersihkan dan merawat tempat itu.

Semuanya masih lengkap.

Bisa di tinggali secara langsung.

Rafael masuk ke dalam vila dan melihat sekeliling.

Walaupun bangunannya tidak luas dan tidak semewah Jama Manor, tapi suasananya penuh dengan kehangatan.

Di dalam ruangan itu, ada banyak foto foto saat Alundra masih kecil.

Sangat lucu.

"Jangan di lihat!"

Wajah elegan Alundra yang merona merah, buru buru menyimpan fotonya, tampak sedikit malu malu.

Rafael tersenyum di bibirnya.

'Aku kan belum melihat apa apa."

Alundra banyak bercerita tentang masa lalunya, perlahan lahan dia bisa keluar dari kabut di hatinya dan merasa jauh lebih baik.

Dalam sekejap mata.

Matahari mulai terbenam dan hari hampir senja.

Perut Alundra berbunyi dan dia sedikit lapar saat ini.

Dia bukan lagi nona keluarga Blayze, dia tidak bisa hidup dengan pakaian dan makanan mewah lagi.

Dengan sedih dia memandang Rafael.

"Apakah kamu bisa memasak?"

"Bisa."

Rafael memang bisa memasak dan dia sangat terampil dalam memasak semua jenis pasta.

"Aku akan memasak untukmu di dapur."

"Baiklah."

Alundra tersenyum cerah. Dalam pikirannya, memasak adalah keterampilan yang hebat.

Tapi Rafael pikir itu biasa saja, karena dulu hidup sendiri, memasak bukan hal yang di lakukan untuk pertama kalinya.

Jadi dia tidak hanya memasak mie kali ini, tapi juga ada steak, sup ikan, makanan penutup dan yang lainnya.

Rafael kemudian menyalakan dua lilin di atas meja.

Lilin yang berkedip kedip memberikan suasana yang agak romantis.

Rafael membuka wine dan menuangkannya. Saat cairan merah tua mengalir ke dalam gelas, aroma lembut meluap di dalam ruangan.

"Makan malam sudah siap, kemari dan makanlah." teriak Rafael dari ruang makan.

"Baik, aku datang."

Terdengar suara Alundra memasuki ruang makan.

Dia mengganti pakaiannya khusus untuk makan malam ini dan berdandan dengan hati hati.

Rafael mendongak.

Terlihat sangat menawan.

Sangat cantik.

Alundra mengenakan gaun merah dengan rambut panjang lembut menjuntai ke bawah seperti air terjun.

Wajah cantiknya d dandani dengan ringan, fitur wajah yang halus seperti seni bernilai tinggi, dan pipinya menunjukkan sedikit rasa malu dan manis, yang menambahkan sedikit warna yang sangat menyentuh untuknya.

Ini benar benar wanita yang sangat cantik.

Kecentikan itu mendebarkan.

"Hei, wine mu akan tumpah."

Alundra buru buru mengingatkan.

Rafael bereaksi dan dengan cepat berhenti menatapnya.

Dia sedikit terganggu.

Makan malam dengan cahaya lilin, hangat dan romantis, sedikit pengaruh dari wine membuat pip Alundra lebih kemerahan, mata yang indah terlihat sedikit kabur.

Dia duduk di samping Rafael dan berkata dengan lembut.

"Ketika aku masih kecil, aku berpikir bahwa jika suatu hari nanti aku bertemu dengan seorang lelaki yang aku sukai, aku akan menggunakan gaun yang indah, minum sedikit wine dan kemudian terhuyung huyung ke pelukannya dan bertanya apakah dia menyukaiku."

"Jika dia mengatakan tidak menyukaimu?"

"Aku akan memukul kepalanya dengan botol."

"Hei, tapi kau kan perempuan..."

"Kalau begitu, aku akan memukul kepalanya dengan botol merah muda."

Rafael tesenyum mendengarkan kata kata yang sedikit mabuk dan wajahnya di penuhi dengan rasa gembira.

Tiba tiba.

Rafael merasakan tubuh lembut menempel pelan di tubuhnya, dengan aroma wangi sepenuhnya.

Pada saat yang sama, terdengar sebuah bisikan sedikit mabuk di telinganya.

"Apakah kamu menyukaiku?"

Tak lama setelahnya, terdengar suara tepuk tangan basah di dalam sebuah kamar.

Terpopuler

Comments

Don T

Don T

/Drool/

2023-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!