Sesaat kemudian, wanita cantik jangkung berpakaian seragam tersenyum dan menyajikan makanan langka satu persatu dan ruang pribadi itu langsung beraroma harum dan tajam.
Setiap hidangan sangat indah seperti kerajinan tangan yang di ukir dengan cermat oleh seorang master.
Xavier memegang sendok dan merasa bingung untuk memulai dari mana.
Akhirnya dia mengambil pizza truffle dan memasukkan ke dalam mulutnya.
Rasa yang luar biasa terpancar di indera perasa.
Aroma yang kaya membuatnya ingin menelan lidahnya sendiri.
Jika bukan karena Rafael, dia tidak akan makan makanan seperti ini dalam hidupnya.
Inilah aura orang kaya.
Rasa penuh kemewahan.
Keindahan uang.
Setelah perutnya penuh makanan dan wine, misi Rafael juga selesai.
DING!
[Selamat kepada anda karena telah menyelesaikan misi membantu sesama dan memperoleh 50% saham Jangkep Group. Silahkan pergi ke perusahaan besok untuk menjadi ketua baru.]
Rafael sedikit terkejut.
'Ketua Jangkep Group?'
Jangkep Group adalah perusahaan besar dan terkenal di kota Jama, yang terdiri dari kuliner, real estate, film dan televisi serta industri lainnya, dengan nilai pasar 1 trilyun dollar.
50% sahamnya setara dengan ratusan milyar.
Sistem ini sangat mengagumkan.
Rafael tiba tiba menjadi presiden dari group bernilai trilyun.
Selanjutnya, sistem belum memunculkan misi apa pun, dan tampaknya akan muncul besok.
"Xav, pulang dan jagalah ibumu, dan beri tahu aku jika kau mengalami kesulitan di masa mendatang." kata Rafael.
Mata Xavier berlinang air mata dan sedikit terisak.
"Kakak, terima kasih banyak hari ini. Aku akan selalu mengikutimu, bahkan aku tidak akan pernah melawan perintahmu."
Hatinya sangat bersyukur, jika dia perempuan bisa di perkirakan dia akan jatuh cinta setengah mati.
***
Setelah mengucapkan perpisahan kepada Xavier, Rafael pergi ke rumah sewanya.
Ini adalah area bangunan tua, karena dengan kondisi ekonomi sebelumnya, dia jelas saja tidak mampu menyewa rumah yang bagus.
Di koridor yang redup itu, dia bertemu dengan bibi pemilik rumah sewa.
"Eh, Raf, kenapa kamu pulang kerja sangat cepat hari ini?"
Bibi ini adalah seorang ibu rumah tangga, dan orang yang sangat bersemangat sehari hari. Saat itu, Rafael bersikap baik dan Bibi hanya menarik uang sewa sebesar 200 dollar.
Alasan utamanya adalah Rafael bisa menjaga kebersihan dan tidak akan merusak rumahnya.
Rafael tersenyum.
"Aku sudah mengundurkan diri."
"Apa?"
Bibi terkejut.
"Mengapa kamu berhenti? Mengirim paket memang lelah tapi juga pekerjaan yang bagus. Kamu bisa mendapat uang selangkah demi selangkah."
"Baiklah, aku tahu itu bi."
Rafael hanya tersenyum, membayangkan dirinya akan menjadi ketua dewan direksi perusahaan besok.
Rafael berbalik dan kembali ke kamarnya. Meskipun barang barang di dalamnya sudah tua, tapi di tata dengan sangat rapi..
Rafael sekarang kaya raya, tapi dia terlalu malas untuk berbuat apa apa. Dia memutuskan untuk tinggal di sini dulu dan pindah rumah nanti.
Dia mandi dan berganti pakaian bersih.
Sambil menyeka kepalanya, dia keluar tetapi tiba tiba ponsel di mejanya bergetar, lalu muncul dering klasik.
'Wah, siapa yang menelponku?'
Rafael berjalan mendekat dan melihat layar ponselnya.
Di layar muncul nama, Wendy Radja.
Itu adalah sepupunya. Ketika mereka masih kecil, mereka tinggal bertetangga. Mereka tumbuh bersama dan memiliki hubungan yang sangat baik.
Dan kebetulan, Wendy belajar di Universitas Jama dan berada di kota yang sama dengan Rafael.
Karena jauh dari rumah, Wendy hampir tidak pernah pulang saat liburang dan datang untuk tinggal langsung bersama kakak sepupunya.
Ini menghemat uang dan nyaman.
Rafael mengangkat telpon.
"Halo, apa kau sudah liburan lagi?"
[Hei hei.]
Wendy tersenyum nakal.
[Bukan hanya libur, aku akan segera lulus dan dosen memintaku untuk mencari tempat magang. Aku mungkin harus tinggal bersamamu beberapa hari.]
"Oke. Apakah kau di kampus? Apakah kau membutuhkanku untuk menjemputmu?" Rafael bertanya.
[Tidak, tidak, aku di bawah.]
"Cepat sekali."
Rafael melanjutkan.
"Masuklah, aku akan membukakan pintu untukmu."
Setelah beberapa saat, terdengar suara langkah kaki yang cepat di koridor.
Rafael membuka pintu dan aroma manis masuk ke lubang hidungnya. Seorang gadis jangkung muncul di depan pintu.
Dia memakai kaos putih, celana jeans ketat, kaki panjang dan ramping, dengan poni yang rapi, sedikit lemak bayi di wajahnya, dan matanya besar. Dia tersenyum dengan mata menyipit menjadi bentuk bulan sabit yang indah.
"Hei kakak, apakah kamu merindukanku?"
"Aku sempat memikirkannya tapi tidak ingat kapannya. Hahaha."
Rafael dengan santai berkata.
Menurut rumor, adiknya ini juga merupakan salah satu yang tercantik di Universitas Jama, dia adalah idola di kampus tersebut.
Tapi Rafael tidak berpikir bahwa dia cantik.
Seorang adik yang terlihat sangat cantik, mungkin sama saja di mata kakaknya. Atau mungkin karena mereka tumbuh bersama dan sudah terbiasa melihatnya.
Wendy menggulung lengan bajunya dan duduk di sofa setelah memasuki ruangan itu.
"Kak, apakah kamu punya sesuatu untuk di makan di sini? Aku belum makan."
"Kamu mau makan apa? Kenapa aku tidak mengajakmu makan saja?"
Walau Rafael baru saja pulang, tidak masalah baginya untuk mengajak adiknya makan lagi.
Wendy menggelengkan kepalanya.
"Akan mahal kalau pergi makan di luar, aku ingin makan mie buatanmu saja."
"Oke, oke, sekarang aku akan membuatkannya untukmu."
Rafael pergi ke belakang.
Tidak ada bahan makanan lain yang bisa di masak di rumahnya, tapi ada banyak mie.
Dulu, Rafael hidup dengan cara seperti ini untuk menghemat uang.
Dia ahli memasak.
Meskipun sekarang kekayaannya ratusan milyar, memasak makanan untuk adik perempuannya adalah hal yang paling nyata.
Inilah kehidupan.
"Ngomong ngomong, pekerjaan apa yang kau cari untuk magang?"
Rafael mengobrol sambil memasak.
Wendy yang cantik itu berbalik.
"Ini adalah perusahaan yang sangat besar. Aku sudah mengirimkan resume dan akan melakukan wawancara besok."
"Perusahaan mana?"
"Aku tidak akan memberitahumu sampai aku berhasil."
Wendy takut akan malu jika dia gagal.
Bagaimanapun, perusahaan itu adalah impian bagi ribuan pencari kerja.
Dia tidak punya koneksi dan uang. Harapannya sangat tipis.
Dia hanya memegang mentalitas untuk mencobanya.
Bagaimana jika berhasil?
Rafael langsung tahu apa yang di pikirkan adiknya dan tidak bertanya lagi.
"Mie nya sudah siap, kemari dan makanlah."
"Baiklah."
Mie yang sangat harum, air liur Wendy seperti akan mengalir keluar.
Rafael tinggal sendiri sepanjang tahun dan masakannya masih enak. Dia membiarkan adiknya makan dengan lahap.
Kemudian Wendy pergi untuk mempersiapkan wawancaranya besok.
Bisa di lihat bahwa Wendy sangat mementingkan hal ini.
Sedangkan Rafael kembali ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur sambil melihat ponselnya.
Dia membuka chat dan melihat seseorang menambahkannya sebagai teman.
Di bawahnya terdapat pesan.
[Rafael, terima pertemananku, ini aku Samantha Irvin.]
[Kita bertemu di kawasan pejalan kaki hari ini]
Jika dia tidak menyebut namanya, mungkin Rafael akan menerimanya.
Tapi setelah tahu itu adalah Samantha.
Pertemanannya langsung di tolak.
Orang sombong seperti itu, Rafael tidak tertarik.
Dia lalu mematikan lampu dan tidur.
Malam berlalu tanpa kata kata.
Hari berikutnya.
Rafael membuka matanya dan melihat hampir jam sembilan.
Lagi pula, dia tidak perlu bangun pagi pagi untuk bekerja, tentu saja tidur dengan puas.
Sangat nyaman.
Dia membuka tirai, matahari bersinar di luar, langit cerah dan cuaca sangat bagus.
Wendy, adiknya sudah pergi keluar.
Dia dengan hati hati mempersiapkan wawancara, tentu saja tidak ingin datang terlambat.
Rafael ingat bahwa sistem memintanya pergi ke Jangkep Group untuk menjadi ketua baru.
Untuk perusahaan dengan nilai pasar 1 trilyun dollar.
Siapa yang tidak tertarik.
Jadi Rafael langsung mandi, berganti baju putih rapi dan keluar dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments