Keluarga Blayze

Rafal kembali ke dalam kamar hotel.

Sebagai hasil dari membantu Alundra keluar dari masalah tadi malam, otomatis misi sistem telah selesai.

Dia terlalu sibuk semalam.

Jadi tidak sempat untuk memeriksanya.

Dia membuka panel sistem saat ini.

[Selamat! Anda berhasil menyelesaikan misi.]

[Selamat! Anda mendapatkan hadiah sebuah pil penguat tubuh.]

"Apa ini?"

[Sebagai prajurit pelindung, anda membutuhkan fisik yang kuat dan kemampuan melindungi diri sendiri, setelah meminum obat itu, tubuh akan membersihkan esensi dan tulangnya, obat ini mampu meningkatkan kekuatan tubuh anda.]

"Meningkatkan kekuatan fisik?"

"Ini benar benar bagus!"

Rafael merasa sangat takjub dan memiliki beberapa keterkejutan di hatinya.

Bagaimanapun, uang adalah sesuatu yang menakjubkan dan tubuh yang kuat akan membuatnya semakin menakjubkan.

Sistem ini luar biasa.

Dia tidak ragu ragu untuk meminumnya, dia mendongak dan menelan pil penguat tubuh itu.

Mirip dengan pil kosmetik ajaib yang terakhir kali dia minum, pil ini juga memiliki rasa yang manis.

Tapi perbedaanya adalah dia bisa merasakan aliran hangat di dalam perutnya yang kemudian merambat ke tulan dan seluruh bagian tubuhnya.

Rafael seperti di bungkus dengan kehangatan. Seolah sedang berendam di air panas.

Sangat nyaman.

Seiring dengan hal itu, terasa sebuah energi yang kuat melonjak di dalam tubuhnya.

Dia mengepalkan tinjunya, otot lengannya sedikit mengembang dan tulang tulangnya berderak.

Dengan sebuah pukulan, sepertinya dia bisa menghancurkan dinding.

Pada saat yang sama, bidang jangkauan matanya menjadi lebih jelas dan kecepatan reaksinya meningkat pesat. Penglihatan dan instingnya serasa di perbarui.

Tubuh Rafael telah mengalami perubahan yang luar biasa.

Bahkan rasa lelah karena bergulat dengan Alundra pun tersapu.

"Aku merasa kuat."

Dia menghela nafas lagi di dalam hatinya.

Hadiah misi kali ini sangat berharga untuknya.

Pada awalnya, karena Alundra pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, Rafael ingin membawa sekelompok pengawal untuk langsung mendatanginya dan mencari penjelasan dari Alundra.

Tapi sekarang jelas dia tidak membutuhkan pengawal.

Dirinya sendiri sudah cukup.

Apalagi Rafael tidak ingin membuat keributan besar. Sebagai seorang pria, dia akan pergi ker rumah Alundra seorang diri.

Rafael melihat bekas kesucian Alundra di ranjang itu.

Rasanya dia benar benar tidak mengerti apa maksud gadis ini sebenarnya. Seorang gadis membiarkan kesuciannya di ambil oleh pria asing tanpa pikir panjang.

Rafael mandi dan berganti pakaian santai bersih yang sudah di siapkan anak buah Larry.

Dia keluar dari hotel sendirian dan langsung menuju kediaman keluarga Blayze.

***

Riverside Villa nomor 4.

Area ini juga tempat tinggal orang orang kaya.

Tapi kelasnya masih di bawah distrik Dorpie, lokasi Jama Manor.

Rafael orang yang rendah hati dan tidak berniat mengacau siapapun. Dia melihat dan berdiri tenang tidak jauh dari sebuah bangunan berlantai empat.

Dua penjaga keamanan berdiri di depan gerbang dan beberapa pelayan berjalan hilir mudik di sekitar halamannya.

Itu adalah rumah Alundra.

Rafael berpikir sebentar, dia memutuskan tidak pergi ke pintu depan. Tapi dia memutar lewat tembok samping dan dengan mudah melompat melewati tembok itu tanpa suara.

Dia memutuskan untuk memeriksa dan memata matai kondisi terlebih dahulu.

Tubuhnya menempel di dinding dan perlahan mendekati sebuah jendela besar.

Secara tidak sengaja.

Dia mendengar sebuah pertengkaran di dalam rumah itu.

"Cepat katakan! Dengan siapa kau tidur tadi malam!"

"Saat aku mengetahuinya, aku berjanji akan mengulitinya hidup hidup!"

Rafael mengintip ke dalam dan melihat bahwa itu adalah seorang wanita paruh baya yang sedang berteriak tajam.

Itu adalah ibu tiri Alundra.

Karena ibu kandungnya sudah meninggal, ayahnya menikah dengan wanita simpanannya untuk menjadi istri kedua, dan wanita itu tidak terlalu baik pada Alundra.

"Aku tidak tahu siapa dia dan kalaupun aku tahu, aku tidak akan memberitahumu."

Alundra duduk di kursi dengan tenang, wajah cantiknya menunjukkan sikap keras kepala yang tegas.

Dia tidak akan pernah menyebut Rafael.

Karena itu akan memberi masalah pada Rafael.

Wanita paruh baya itu bahkan lebih cemas lagi.

"Apa! Kamu tidak tahu? Kamu tidur dengan seseorang tanpa mengenalnya?!"

"Memangnya kenapa? Lagipula dia lebih baik dari Leon Ruff!"

Alundra berteriak.

Seorang pria paruh baya duduk di depan Alundra, wajahnya menggelap dan akhirnya mau tidak mau ikut berbicara.

"Hentikan omong kosongmu!"

"Tahukah kamu betapa marahnya tuan muda Ruff karena masalah ini?"

"Kau tidak hanya mempermalukan diri sendiri tetapi juga keluarga kita! Dan orang yang menidurimu juga akan menderita. Apakah kau pikir kau bisa melindunginya?! Dengan kekuatan keluarga Ruff, hal itu bisa dengan mudah di selidiki!"

Alundra mengerutkan kening dan menatap pria paruh baya itu.

"Bukankan ini karena ayah? Seorang ayah menjual putrinya sendiri seharga 30 juta dollar. Aku benar benar ragu apakah aku ini anakmu atau bukan."

"Kau---,,,"

Wajah pria paruh baya itu menggelap.

"Sudah terlambat untuk mengatakan apa pun sekarang! Kau telah kehilangan kesucianmu dengan pria lain! Kecuali jika kau berinisiatif untuk datang meminta maaf di pintu keluarga Ruff dan meminta mereka untuk memaafkanmu, tidak ada tempat untukmu di rumah ini!"

"Apa! Bahkan jika aku mati sekalipun, aku tidak akan sudi meminta maaf!"

Alundra dengan tegas berkata.

Melihat hal itu, Wanita yang berdiri di sebelah Alundra mengangkat tangannya dan melepaskan sebuah tamparan.

PLAK!

Suara renyah bergema di seluruh ruangan.

Wajah cantik Alundra langsung memperlihatkan bekas tangan berwarna merah.

"Kamu masih keras kepala! Cepat katakan siapa pria bajingan itu, kau harus memberi penjelasan kepada tuan muda Ruff!" kata wanita itu dengan keras.

Alundra membeku.

Dia di tampar untuk pertama kalinya selama dia hidup.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah ayahnya, tapi dia melihat bahwa pria itu tidak perduli.

'Apakah karena aku tidak ingin menikahi Leon?'

'Atau apa karena tidak bisa mendapatkan 30 juta dollar?'

Hati Alundra jatuh ke dalam jurang yang dalam, sepi dan dingin. Seolah seluruh dunia telah berubah menjadi kelabu.

Dia teringat ibu kandungnya.

Jika ibunya masih hidup.

Dia pasti tidak akan membiarkan putrinya menderita atas ketidak adilan yang sangat besar.

Air mata berkilauan dan bening mengalir keluar dari matanya dan ALundra mau tidak mau hanya bisa menundukkan kepalanya dan menangis.

Berdiri di luar jendela itu, mata Rafael sedikit menyipit, dan dia tidak bisa melihat hal seperti itu.

Melalui pertengkaran mereka tadi, dia telah mengerti apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Alundra mungkin tidak punya pilihan selain kehilangan kesucian dirinya sendiri.

'Tapi bagaimanapun juga, itu ada hubungannya dengan diriku sendiri.'

Rafael ingin bertanggung jawab.

Rafael sendiri adalah orang yang bersumbu pendek, pendendam dan sangat protektif.

Melihat Alundra di ganggu.

Pikirannya sudah tidak tahan lagi.

"Aku pikir lebih baik tinggalkan saja keluargamu."

Suara yang jelas terdengar di ruangan itu.

Terlihat sosok pemuda sedikit kurus perlahan mendekat.

Ketiga orang di ruangan itu segera menoleh dan menatapnya.

Mereka terlihat kaget.

"Apakah itu kamu?" Alundra menatap pemuda itu sedikit kabur karena matanya berkabut, mengusapnya lalu wajahnya penuh rasa luar biasa.

"Bagaimana kamu bisa tahu rumahku?"

Rafael berjalan ke arahnya dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.

"Siapa yang menyuruhmu pergi tanpa pamit, dan tidak menjelaskan apa apa kepadaku, kau pikir aku orang yang tidak bertanggung jawab ya?"

Alundra tidak bisa menahan senyumnya, hatinya di hujani kehangatan.

Dia tidak tahu mengapa.

Tapi melihat Rafael, dia bahagia dan kesepian di hatinya hilang seketika.

Rafael menatap mata yang menangis itu, sedikit kelembutan muncul dari lubuk hatinya, Rafael mengusap dan membelai pipi putih itu.

"Bagaimana? Apakah masih sakit?"

"Sekarang jauh lebih baik."

Alundra tersenyum dan mengangguk pelan.

Di sisi lain, Frankie Blayze dan istrinya yang melihat pemandangan ini, dengan cepat menyadari sesuatu, kemarahan muncul di wajahnya, alisnya berkerut tajam.

"Kau bajingan yang merayu putriku?!"

"Beraninya kamu datang ke rumah kami!"

Rafael tidak memperdulikan kedua orang itu.

Dia masih menatap Alundra dengan lembut.

"Kenapa kamu tidak ikut denganku saja?"

"Tapi---,,,"

Alundra sedikit ragu ragu, dia tiba tiba teringat bahwa Rafael datang ke rumahnya sendirian, ini sangat berbahaya.

Dan benar saja.

Ibu tirinya menatap tajam.

Dia mendengar bahwa pemuda itu ingin membawa putrinya pergi secara langsung.

"Ini keterlaluan!"

"Penjaga!!"

Dengan teriakannya, suara sepatu yang menginjak lantai terdengar dan delapan penjaga keamanan memasuki ruangan dan mengepung Rafael.

"Tangkap dia dan bawa ke tuan hadapan tuan muda Ruff!"

Wanita paruh baya itu berteriak dengan dingin memerintahkan orang orang itu.

Bahkan dengan sekelompok orang yang mengepungnya, Rafael masih tetap tidak memperdulikan mereka.

Suara lembutnya berkata kepada Alundra.

"Baiklah, ayo kita pergi."

Terpopuler

Comments

fryclreen

fryclreen

nextt donggg

2023-08-24

0

Andhika Nur E

Andhika Nur E

next

2023-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!