Perjamuan Kecil

"Hahaha, bagaimana hidupmu sekarang? Apa lebih baik dari pada mengirimkan paket?" Nash tertawa.

Rafael mengangguk.

"Tentu saja."

"Dan kau adalah bagian dari Jangkep Group?"

Nash melanjutkan.

Dia tahu bahwa Jama Manor adalah milik Jangkep Group.

"Bagian? Em, ya semacam itu."

Rafael memikirkan hal itu, ketuanya jelas saja bagian dari group, jadi tidak ada yang salah.

Obrolan di antara mereka berdua ini sama sekali tidak ada di jalur yang sama. Arahnya berbeda.

Nash diam diam tersenyum di dalam hatinya dan merasa bahwa Rafael cukup bangga dengan keadaannya.

'Aku akan mengatakan padanya nanti di acara makan malam. Aku tidak hanya membeli vila tapi aku juga membeli sebuah BMW baru. Aku akan menamparnya dengan keras.'

"Ehem." Nash khawatir Rafael tidak mau di ajak makan malam nanti, jadi dia berpura pura tulus.

"Teman teman lama kita sudah pada sibuk, kebetulan semua punya waktu nanti malam. Bagaimana kalau nanti kita makan malam bersama. Hanya teman teman saja, tidak ada orang luar."

Pada titik ini, kedua gadis di mobil itu mengulurkan kepala kecil mereka keluar dan melambaikan tangan kepada Rafael, dan berceloteh ria.

"Ya, Rafael yang tampan, ayo makan malam bersama."

"Teman teman lama akan menyusul."

"Apakah kamu sudah melupakan semua tentang kami?"

Dua gadis itu berkicau dengan riang.

Sangat antusias.

Rafael belum makan pada siang hari dan dia hanya makan seadanya.

"Tentu saja, di mana kau akan berkumpul?"

"Tidak jauh, di Hotel Belonings. Kenapa kau tidak ikut kami saja dan berangkat bersama?"

Nash mengundangnya untuk naik ke dalam mobil BMW barunya.

Rafael menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, aku akan menyetir sendiri nanti."

"Baiklah, datanglah dan kami akan menunggu di sana."

Nash tersenyum dan menginjak pedal gas lalu pergi dengan perlahan.

Nash berpikir bahwa mungkin Rafael belum pulang kerja.

Lalu menggunakan alasan akan berangkat sendiri.

Kedua gadis itu juga melambaikan tangan kepada Rafael dan menyuruhnya segera datang.

Rafael berdiri di tempatnya, menatap BMW yang perlahan lahan menghilang dari pandangan.

"Eh? Bagaimana dengan anjing kecil itu tadi?"

Rafael melihat ke rerumputan dan menemukan bahwa anjing putih kecil itu telah pergi dan menghilang.

'Mungkin dia berlari pulang.'

***

Hotel Belonings memiliki tingkat di bawah tempat di mana Rafael mengajak Xavier untuk makan malam sebelumnya, tetapi hotel ini masih sangat terkenal di kota Jama dan di anggap sebagai bangunan megah.

Banyak anak anak orang kaya sering pergi ke sana.

Semua orang suka berkumpul di sana.

Pada saat ini, Nash dan yang lainnya serta beberapa teman lama lainnya sedang duduk di dalam sebuah ruangan.

Awalnya Alexa mengusulkan untuk mengundang Adnan.

Karena mendengar bahwa Adnan menjalani kehidupan yang sangat baik.

Dia berhasil bergabung dengan Jangkep Group.

Dan gajinya satu juta dollar per tahun.

Tapi, setelah menelponnya, Alexa di kabari bahwa Adnan pingsan dari pagi hari dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit. Dan dia belum sadarkan diri.

Tapi ini sesuai harapan Nash, dia memang tidak mengundang Adnan yang di perkirakan bisa mencuri perhatian orang orang dan merebut panggungnya.

"Nash, BMW tadi sangat nyaman untuk di duduki. Berapa biaya yang kamu keluarkan untuk membelinya?" tanya gadis cantik berpakaian indah itu.

"Hahaha, tidak banyak, hanya sekitar 700 ribu dollar. AKu membelinya hanya untuk melatih tanganku saja. Karena setelah beberapa saat lagi, aku akan membeli supercar."

Nash berkata.

Yang lain hanya mendengarkan dan menghela nafas juga menatap iri pada saat bersamaan.

Nash sangat bangga dan melanjutkan.

"Aku juga kenal pemilik Hotel Belonings. Aku sudah biasa datang kesini untuk makan malam. Aku akan memberitahunya nanti untuk meminta diskon, tidak akan jadi masalah."

Pemilik hotel ini adalah salah satu orang terbaik di kota Jama.

Mereka yang berteman dengannya adalah orang orang kaya.

Nash merasa lebih terhormat saat menyebutnya.

"Ngomong ngomong, hari ini aku juga mengundang orang penting, coba tebak siapa dia?" Nash melanjutkan obrolan itu.

"Siapa?"

Beberapa orang saling memandang satu sama lain.

Nash tersenyum.

"Hehehe, mantan idola kampus kita, Rafael Radja. Aku baru saja bertemu dengannya di distrik Dorpie."

"Apa?!"

"Distrik Dorpie?"

Orang orang terkejut.

Karena mereka semua tahu bahwa distrik itu adlah daerah elit yang sangat terkenal.

"Apa yang Rafael lakukan di sana?"

"Aku dengar dia hanya seorang kurir."

"Apakah dia sudah kaya sekarang?"

***

Nash mendengarkan komentar teman temannya satu per satu. Yang dia inginkan hanya melihat reaksi mereka.

Melihat semua reaksi yang di keluarkan semua orang hampir sama. Nash berkomentar.

"Rafael bekerja sebagai pekerja di sana. Tapi sepertinya hanya rendahan saja." kata Nash.

"Ketika aku datang, dia sepertinya sedang memungut sampah, atau merapikan tong sampah. Aku tidak begitu yakin." lanjutnya.

"Hah?"

"Kenapa sangat menyedihkan?"

Idola kampus mereka di masa lalu, kini hanya memungut sampah, dan orang orang sedikit kecewa dan sedih.

"Kak Nash, jika kau bergaul dengan baik dengan penghuni di sana karena sudah membeli vila disana, berarti bisa saja Rafael juga harus membersihkan sampah untukmu." seorang adik kelas mencoba menyanjung Nash.

Nash diam diam tersenyum dalam hatinya.

"Aku bahkan ragu untuk memberitahunya bahwa aku membeli vila di dekatnya, karena takut dia akan terpukul, bagaimanapun juga dia adalah teman sekelas lama kita, aku setidaknya harus sedikit menghargainya."

"Nash, kau benar benar orang baik."

"Kecerdasanmu sangat tinggi, Nash."

"Ya, jangan menyebutkan itu nanti di depannya."

Beberapa orang terus menanggapi dan memuji Nash yang berpura pura rendah hati.

Dan saat ini.

Rafael mengendarai Bugatti nya dengan satu tangan di kemudinya. Mobil itu meraung keluar dari Jama Manor.

Saat dia akan keluar tadi.

Kepala pengawalnya mengatakan akan membawa beberapa orang bersamanya untuk ikut.

Tapi Rafael menolak dengan tegas.

"Aku hanya akan malam dengan teman sekelasku. Kenapa harus membawa sekelompok pengawal?"

Tapi wajah kepala pengawal pribadinya masih belum tenang. Melihat Bugatti itu meninggalkan manor, dia buru buru menelpon seseorang.

"Hei, Larry, tuan Radja pergi ke hotelmu untuk makan malam. Kau harus memperhatikan dan segera memberitahuku jika ada apa apa."

[Apa? Ketua akan datang ke tempatku untuk makan malam?]

Di seberang telepon terdengar suara gembira.

[Jangan khawatir, aku janji tidak akan ada masalah, aku akan melayaninya dengan baik.]

"Jika sampai tuan Radja tidak senang sedikit saja, kau tidak perlu membuka hotelmu lagi."

Kepala pengawal dengan wajah campuran oriental itu sangat dingin dan efektif, tanpa basa basi langsung menutup telpon.

Dia tidak perduli sama sekali, dia tidak akan tunduk sedikitpun bahkan dengan bos besar Hotel Belonings.

Karena Jangkep Group adalah pemegang saham terbesar Hotel Belonings. Jika mereka menarik investasi mereka secara langsung, bisa di pastikan hotel itu segera bangkrut.

Jadi posisi Rafael ini seperti dewa kekayaan. Bisa mengatur kehidupan dan kematian sebuah perusahaan seenaknya sendiri.

Pemilik hotel itu tentu langsung gembira akan di kunjungi ketua group.

***

Sekitar sepuluh menit.

Bugatti telah terparkir di tempat parkir bawah tanah hotel itu.

Rafael menekan kunci mobil, bersiul siul di bibirnya dan naik ke atas dengan santai.

Tiba di ruang pribadi yang telah di pesan, dia membuka pintu dan masuk.

Di dalam ruangan terlihat ramai dan sangat hidup, tetapi beberapa orang hanya melirik Rafael dan kemudian terus melanjutkan menyanjung Nash.

Nash memegang menu dan berceloteh serta menjelaskan hidangan hidangan terkenal.

Menunjukkan seakan akan bahwa dia sudah melihat dunia, membuat kesan seolah dia benar benar sering datang ke tempat ini hanya untuk makan.

Dia sama sekali tidak memandang Rafael.

Terlihat sangat jelas sekali.

Beberpa orang tidak mau memberikan alasan ataupun penjelasan sama sekali.

Rafael tiba tiba merasa sedikit aneh tetapi diam diam menghela nafas bahwa memang sering orang berkata.

Makan malam bersama teman sekelas lama adalah menghidupkan kembali perasaan lama atau ajang pamer satu sama lain.

"Rafael! Sini! Duduk di sini!" Alexa dan beberapa gadis memanggil Rafael untuk mendekat.

Walaupun mereka berasal dari universitas ternama dan telah menerima pendidikan yang tinggi.

Tidak semua orang sombong seperti Nash, yang memang suka pamer.

TIdak sedikit orang seperti itu.

Bagaimanapun, ujian masuk perguruan tinggi yang sulit bisa menyaring sampah, tetapi tidak remahan sampah kecil seperti Nash.

Karena penampilan tampan Rafael, banyak gadis masih senang berbicara dengannya dan keseimbangan baik dan buruk itu selalu ada.

Baru setelah itu Nash mengangkat kepalanya.

Dia menunjukkan wajah masam karena Rafael tetap di kerumuni gadis gadis.

"Yo, bukankah ini Rafael? Kapan kau datang? Aku bahkan tidak memperhatikan. Apa kau sudah selesai mengumpulkan sampah?" Nash sengaja menyebut pekerjaan yang di yakini milik Rafael.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!