Rafael tentu tidak mau mengabaikan tugas sistem.
Rafael melihat para bajingan atau penjahat yang mengejar gadis ini mulai mendekat.
"Ayo pergi dari sini."
Rafael meraih tangan gadis itu dan segera berlari kembali.
Keduanya berusaha melewati kerumunan orang dan berlari ke atas melalui tangga.
Tapi ternyata suara teriakan masih berada di belakang mereka.
Kelompok orang itu mengejar mereka.
Rafael memeriksa satu persatu pintu kamar dan menemukan sebuah kamar yang tidak terkunci, dan kamar itu terlihat kosong.
Jadi dia membawa gadis itu langsung masuk ke dalamnya.
Rafael berbalik dan menutup pintu rapat rapat.
Mereka berdua akhirnya menghela nafas lega.
Gadis itu bernafas dengan dada kembang kempis dan wajah anggunnya masih terlihat khawatir.
"Tidakkah mereka akan menemukan kita?"
"Jangan khawatir."
Rafael tidak terlalu perduli.
Di wilayahnya sendiri, dia tidak akan membiarkan orang lain menjadi liar.
Dia berbalik dan segera menelpon Larry.
Dia mengatakan kepada Larry di mana posisinya sekarang berada.
Dan memerintahkan bahwa tidak ada yang boleh mengganggunya.
Melihat hal ini, gadis itu hanya mengira bahwa Rafael punya teman di luar sana dan alisnya masih berkerut.
Karena Rafael merasa bahwa orang orang yang mengejarnya bukan orang biasa.
Rafael khawatir tidak bisa menghentikan mereka.
Dan segera setelah itu.
Terdengar ada perselisihan di luar tak jauh dari kamar itu.
"Tuan Byzko, kami dari keluarga Ruff, tolong biarkan kami memeriksa kamar kamar di sini."
"Maaf, di sini tempat para tamu beristirahat. Hotel kami memiliki peraturan dan orang lain tidak di perbolehkan masuk mengganggu privasi tamu."
Larry berkata dengan tegas.
Langkah kaki di luar terdengar lebih banyak.
Sekelompok petugas keamanan hotel mengepung dan menghadapi beberapa anak muda.
Suasana penuh ketegangan.
Tapi suasananya masih agak terkendali.
"Tuan Byzko, kau bisa berpikir jernih tentang konsekuensi menyinggung keluarga Ruff. Jangan membuat masalah untuk dirimu sendiri." kata pemimpin pengejar.
Larry mengerutkan kening.
Keluarga Ruff adalah keluarga besar di kota Jama.
Jika dalam kondisi normal, Larry tidak akan menyinggung perasaan mereka.
Jika tidak, orang orang ini tidak akan segan untuk mengacau di sini.
Tapi.
Di sebuah kamar di lantai ini, ada bosnya, pemilik kekayaan yang memberinya kehidupan ini.
Dia masih waras untuk bisa membedakan mana yang lebih penting dan tidak penting.
"Maaf, ini peraturan hotel, kalian tidak di perbolehkan untuk mengacau."
"Oke!" Pemuda itu mengeratkan giginya, tapi dia tidak menyerah.
Dengan di kelilingi petugas keamanan, masuk paksa pasti tidak akan berakhir baik.
Pada akhirnya, dia harus mengucapkan sebuah ancaman.
"Bagus! Kita akan lihat nanti!"
***
Di luar kamar.
Lorong itu bertahap menjadi tenang.
Gadis itu tidak menyangka, mereka bisa pergi begitu saja.
Berpikir tentang apa yang baru saja terjadi, hidungnya berkedut dan matanya merah. Dia bersandar di pintu dan menangis.
Tangisan pilu yang jelas mampu membuat orang merasa kasihan.
Rafael melihat tangisan yang keluar itu dan bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Ada apa denganmu?"
Gadis itu menangis tambah keras.
Gadis itu terlihat memiliki masalah berat. Satu tangannya menutupi mulutnya, dan menangis seperti sedang patah hati.
".........." Rafael mendengar tangisan itu menjadi malu.
Pria kesepian dan seorang gadis berada di ruangan yang sama, dan gadis itu menangis di depannya dengan keras.
Seolah olah, Rafael itu sudah melakukan sesuatu yang buruk.
Apa yang akan di pikirkan orang orang yang mendengarnya.
Gadis itu sangat cantik, bahkan sedang menangis pun, dia tetap mempesona dan sangat mampu menimbulkan perasaan asmara.
Tapi, Rafael berpikir bahwa dia membantu gadis itu karena misi sistem, bukan karena melihat kecantikannya.
Beberapa saat kemudian.
Gadis itu sudah sedikit tenang dan bulu matanya yang panjang dan lentik di tutupi dengan air mata yang bening berkilauan.
"Terima kasih sudah menyelamatkan saya, tuan."
"Sama sama."
Rafael menatapnya seolah menunggu penjelasan.
Tapi mata indah gadis itu menunduk lagi, dia jelas sedang memikirkan sesuatu.
Nama gadis itu adalah Alundra Blayze. Di berusia 21 tahun ini. Awalnya dia adalah seorang gadis yang kaya raya. Tapi karena manajemen perusahaan ayahnya yang buruk, mereka akan bangkrut dan berhutang banyak.
Tuan muda keluarga Ruff, Leon Ruff, berkata akan menyumbangkan 30 juta dollar untuk mendanai keluarga Blayze.
Tetapi dengan syarat.
Alundra harus menikah dengannya.
Leon telah lama mendambakan kecantikan Alundra.
Jadi, Frankie Blayze sama sekali tidak berdiskusi dengan putrinya dan langsung menyuruhnya ke hotel untuk menemui Leon.
Setelah Alundra tiba di sini.
Dia memahami apa yang terjadi.
Saat Leon bersiap untuk memaksa dan menggunakan kekerasan kepadanya, Alundra menemukan kesempatan untuk kabur dari kamar itu.
Selanjutnya, kejadian kejar kejaran itu yang terjadi.
"30 juta dollar."
"Ayah menjual diriku."
"Huh!"
Alundra merasa sangat sedih.
Selain itu, Leon adalah seorang pria yang terkenal di kota. Dia bagai seorang model muda yang berada di klub hiburan setiap hari dan sangat sering meniduri banyak gadis. Dia juga pernah menjadi selingkuhan seorang artis wanita, dulu.
Alundra berpikir bahwa lebih baik menikah dengan seekor babi daripada bersama Leon.
Dia menoleh ke atas dan melihat wajah Rafael yang duduk di kursi tak jauh dari dirinya.
Sepasang mata tajam dan dingin menatapnya.
"Sudah merasa lebih baik?" Rafael merasa gadis itu mungkin ketakutan.
"Iya." wajah cantik Alundra merona, tiba tiba teringat dirinya sendiri mencium pemuda itu dengan kuat.
'Itu ciuman pertamaku.'
'Pria ini tampan.'
Rafael menemukan bahwa Alundra tidak ingin memberitahu apa yang terjadi. Tapi misi sistem belum selesai. Tidak ada notifikasi sama sekali.
Lalu Rafael bertanya.
"Ada lagi yang bisa aku bantu?"
Alundra menggelengkan kepalanya.
Kebangkrutan perusahaannya membutuhkan dana puluhan juta dollar.
Itu bukan jumlah yang kecil.
Yang paling menyakitkan adalah ayahnya membiarkan dia untuk menikah dengan Leon Ruff.
'Tunggu tunggu.'
Mata indah Alundra menunjukkan sebuah jalan keluar, dia tiba tiba mengandalkan kata hatinya.
'Jika aku kehilangan kesucianku.'
'Keluarga Ruff pasti akan menyerah dengan sendirinya.'
'Bagaimanapun, keluarga besar seperti itu pasti sangat memikirkan kehormatan menghadapi masalah itu.'
'Dan...'
Untuk sekarang pun dia tidak bisa pulang ke rumah, dengan kekuatan keluarga Ruff, cepat atau lambat, mereka bisa menemukan Alundra.
'Bagaimanapun, cepat atau lambat akan lebih baik!'
'Ini mungkin cara terbaik untuk tidak menikahi keluarga Ruff!'
Alundra sekali lagi mengangkat kepalanya dan menatap wajah tampan itu, matanya memliki ekspresi yang berbeda.
'Ini adalah kesempatan yang bagus.'
"Hm?"
Rafael sedikit bingung dan menyadari ada yang salah dengan tatapan itu.
Melihat wajah cantik gadis itu yang muncul rona merah. Penampilan gadis itu memancarkan godaan yang tak tertahankan.
'Ada apa ini?'
'Aku sedang tidak boleh bermain main.'
Rafael buru buru melepaskan diri dari tatapan itu. Dia menoleh ke sembarang arah.
Alasan utamanya adalah Rafael berpikir bahwa apa yang dia lakukan sekarang hanya membantu orang yang sedang mendapat masalah. Jadi Rafael membuang pikiran mesumnya cepat cepat.
'Jika aku melakukan sesuatu. Aku sama saja seperti bajingan.'
'Apa yang di inginkan sistem? Kenapa misinya tidak selesai selesai!'
Hati Rafael sedang berdebat dengan dirinya sendiri ketika tiba tiba sepasang lengan ramping melingkar di pinggangnya dari belakang.
"Aku sudah baik baik saja. Apa kamu juga?"
Alundra berbisik.
Kamar hotel tiba tiba menjadi gerah dengan cepat dan suasana aneh ini mencapai puncaknya.
'Tentu saja aku tidak apa apa!'
Rafael berseru dalam hatinya dan dengan cepat berbalik dan mencium bibir tipis itu lagi.
Tak lama kemudian dari kamar itu terdengar suara seperti tepuk tangan berturut turut yang aneh juga teriakan teriakan kecil.
***
Keesokan paginya.
Tempat tidur yang putih meninggalkan jejak merah darah dan spreinya berantakan kemana mana, menunjukkan keganasan malam itu.
Rafael membuka matanya dengan linglung.
Tangannya di ulurkan ke samping dan menyentuh.
Ternyata hanya kasur kosong.
"Hah?"
Dia duduk dengan cepat dan mendapati dirinya sendirian di dalam ruangan.
"Kemana dia?"
Jika tidak ada bekas darah yang cerah di kasur, Rafael akan menyangka bahwa itu hanya mimpi.
Alundra takut membawa masalah untuk Rafael.
Bagaimanapun, keluarga Ruff tidak mudah di tangani.
Jika Leon Ruff tahu bahwa Alundra kehilangan kesuciannya, dia pasti akan membalas dengan gila gilaan.
Dengan begitu.
Alundra tidak banyak bicara.
Dia sudah pergi dengan tenang di pagi hari.
Rafael bahkan belum tahu namanya.
Rafael bangun dan bangkit dari tempat tidur lalu berjalan keluar pintu.
Larry dan sekelompok pengawal berjas hitam berdiri dalam dua baris, mereka menunggu dengan hormat.
Rafael bertanya tanpa menoleh sambil memasang kancing celananya.
"Siapa gadis yang bersamaku semalam?"
"Ketua, dia adalah putri dari keluarga Blayze. namanya Alundra Blayze. Keluarganya tinggal di Riverside Villa nomor 4."
Larry tersenyum dan berkata.
Rafael melambai dengan santai.
"Baiklah, aku akan ke sana setelah mandi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments