BAB 20

Drrtt Drrtt Drrtt...

Getaran ponsel di atas kasur itu mencuri pandangan Dhara yang tengah terdiam lesu. Di raihnya ponsel tersebut dengan rasa malas dan...

...Yuan Comel...

...Online...

Ra. Gue tunggu di bawah 10 menit lagi!

^^^Iya.^^^

...........

"Dia pasti mau ceramahin gue" Gumam Dhara yang kemudian memaksa dirinya untuk segera bersiap.

Bukan hanya saat ini, Yuan dan Dhara bahkan semua teman-temannya yang tergabung dalam circle mereka memang selalu menjadikan Yuan sebagai petunjuk arah dari segala keraguan dan menjadi penengah untuk mereka sebab hanya Yuan lah yang memiliki pemikiran paling dewasa diantara kelima temannya. Sejak hari itu Yuan selalu siap memposisikan dirinya sebagai sosok yang di butuhkan oleh teman-temannya.

Seperti hari ini Yuan mengajak Dhara untuk pergi kesuatu tempat, entah tempat mana yang akan mereka singgahi Dhara hanya bisa menurutinya.

"Kita mau kemana?" Tanya Dhara setibanya di halaman gedung, yang mana Yuan telah menunggunya disana.

"Udah ayo ikut aja. Gue pinjam mobil Jo In Sung Kwajang-nim, biar lebih enak kesananya" Sahut Yuan yang sudah siap dengan pakaian santainya.

Bruukk... Bruukk...

Pintu mobil itu sudah tertutup lalu mobil tersebut pun melaju dan meninggalkan asrama.

"Gue jadi ingat waktu masih di Jakarta, lo selalu tiba-tiba ajak gue keluar kalau pikiran gue lagi kacau" Ucap Dhara memecahkan suasana mobil yang hening.

"Udah jadi tanggung jawab gue!" Sahut Yuan.

"Lo konyol tapi selalu bisa jadi pemecah masalah" Jelas Dhara membanggakan sahabatnya.

"Sebagai yang lebih tua dari kalian, gue harus bisa memposisikan diri gue dengan baik. Gue konyol untuk seorang teman, tapi gue akan tegas sebagai seorang kakak bahkan orang tua" Ucap Yuan yang tetap fokus menyetir.

"Lo enggak boleh sembarang pilih cewek, harus gue ospek dulu biar lo punya pasangan yang sama baiknya kayak lo sendiri" Celetuk Dhara.

"Gabjagi? Aneh banget tiba-tiba bahas itu" Ucap Yuan terkejut dan menoleh ke arah Dhara.

"Gue cuma enggak mau sahabat tercomel gue jatuh ke pelukan orang yang salah" Jelas Dhara dengan pandangan yang tetap fokus ke depan.

"Gue udah hampir satu tahun pacaran sama Go Eun, ya masa tiba-tiba lo mau ospek dia. Telat Ra" Ucap Yuan.

"Memang, but... Beberapa kali gue ketemu sama dia feeling gue bagus sih. Ya semoga aja lo berdua bisa terus ada di hubungan yang baik, jangan malah berakhir kayak gue. Enggak enak!" Dhara menghela nafas.

"Lo tenang aja, enggak usah khawatirin gue. Khawatir lah sama hati lo sendiri" Seru Yuan.

"Masih lama ya sampainya?" Tanya Dhara mengalihkan pembicaraan.

"Selalu aja ngalihin pembicaraan" Celetuk Yuan menggelengkan kepalanya.

Seketika suasana di mobil itu kembali hening. Terlihat Dhara pun hampir tertidur pulas sebab sejak tadi ia terus memejamkan matanya, mungkin karena ia lelah.

Namsan Tower, Seoul.

Setelah beberapa saat dalam perjalanan akhirnya mereka pun tiba di salah satu landmark kota Seoul yang sangat terkenal dan memiliki spot romantis, Namsan Tower atau N Seoul Tower. Dhara terkejut setelah mengetahui keberadaan mereka. Entah apa maksud Yuan mengajak Dhara ke tempat tersebut.

"Sok romantis lo ajak gue kesini" Celetuk Dhara yang membuat Yuan tertawa.

"Gue udah lama enggak kesini, ajak lo buat ngobrol serius cuma alasan aja biar gue bisa healing sebentar" Ucap Yuan masih tertawa.

"Gimana gue enggak marah terus, lo tuh emang nyebelin. Sekarang aja gue di manfaatkan buat kepuasan diri lo sendiri" Celetukkan kedua dari Dhara dan kali ini di iringi dengan tatapan yang sinis.

"Mian! Udah enggak usah ngomel terus. Lo tunggu di bangku sana tuh, gue beli kopi dulu" Ucap Yuan yang kemudian meninggalkan Dhara.

Menuruti perintah Yuan, Dhara pun berjalan dan duduk di salah satu bangku yang tidak jauh dari posisinya sekarang sesuai dengan arahan sahabatnya tersebut.

Saat itu terlihat matahari sudah beranjak pergi dan langit yang memerah kini sudah bersiap untuk menyambut langit malam kota Seoul yang indah. Pandangan mata Dhara tak bosan-bosan melihat ke kanan dan kirinya, menikmati suasana malam di Namsan Tower.

"Americano" Ucap Yuan sesaat setelah berhasil mendapatkan kopi.

"Gomawo" Sahut Dhara seraya tersenyum.

Setelah mendapatkan kopi mereka berdua pun mulai menikmati kopi tersebut sebagai pembuka dari pembicaraan mereka.

"Lo mau apa bawa gue kesini?" Tanya Dhara mengawalinya.

"Gue cuma mau mengajukan satu pertanyaan buat lo" Sahut Yuan.

"Jauh-jauh kesini cuma mau tanya satu hal?" Tanya Dhara menoleh ke arah Yuan.

Yuan pun mengangguk.

"Ok, baiklah" Dhara setuju.

Yuan menarik nafas dalam.

"Gimana kondisi hati lo sekarang?" Tanya Yuan.

"Sudah jauh lebih baik tapi masih sama kalau merespon hal-hal yang berhubungan dengan itu" Sahut Dhara.

"Lo mau tahu enggak apa yang gue lihat dan gue rasa setelah lo pindah ke Korea?" Ujar Yuan.

"Apa?" Tanya Dhara.

Yuan menghela nafas lalu tersenyum tanpa menoleh ke arah Dhara.

"Semenjak lo ada disini, jujur gue ngerasa lo udah jauh lebih baik dari sebelumnya. Lo mungkin selalu mengelak bahkan marah tiap kali gue atau Bella bahas sesuatu yang menyangkut hati" Ucap Yuan.

"Lo selalu merasa kayak kembali terkhianati kalau hal itu terbahas lagi. Tapi dari penglihatan gue dan sebagai orang yang udah lama kenal siapa lo, gue ngerasa dan gue sangat yakin kalau sebenarnya lo itu udah membaik Ra Jelas Yuan.

"Saat ini hati lo sudah membaik, hanya saja lo cuma butuh waktu buat bisa menyadari hal itu. Dan yang buat lo lama buat sadar hal itu yaaa karena mindset lo" Sambung Yuan.

"Mindset?" Tanya Dhara.

"Hm. Ibaratnya lo itu sakit selama bertahun-tahun lamanya. Lo kepingin sembuh tapi enggak tahu gimana caranya sampai akhirnya lo nyerah dengan menanamkan satu hal di otak lo bahwa lo enggak akan sembuh" Sahut Yuan.

"Trauma lo sama cinta itu bukan trauma, tapi mindset lo sejak awal adalah lo takut dan enggak mau hal itu terulang lagi" Jelas Yuan.

"Gue jelas enggak mau punya cinta yang sama kayak dulu, kalau hal itu terjadi lagi sama aja kayak gue menghancurkan diri gue sendiri, lagi" Ucap Dhara tertunduk lesu.

"Yap itu dia, itu mindset yang tertanam di otak lo. Padahal sebenarnya lo sadar bahwa enggak semua cinta itu se pahit cinta lo dulu" Seru Yuan lalu menyeruput kopinya.

Dhara terdiam, menghela nafas lembut sambil terus memandangi Namsan Tower yang sangat indah di malam hari. Ia terdiam bukan tidak perduli dengan apa yang di sampaikan oleh Yuan, namun sebaliknya. Dhara tengah mengartikan kata demi kata tersebut.

"Gue berharap nantinya lo bisa kembali ceria kayak dulu. Jalan dan bergandengan tangan sama lelaki yang jauh lebih baik dari si brengsek itu" Ucap Yuan.

"Atau kalau memang bersama dia lo merasa aman dan nyaman, lo harus pertahankan itu. Gue dukung 100%!" Sambungnya.

"Dia?" Tanya Dhara.

"Hm, pokoknya lo harus bahagia!"

...........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!