BAB 19

"Hm, sekedar menyapa tidak apa kan?" Tanya Kwajang-nim kepada Dhara yang hanya terdiam.

"Astaga. Ya sudah kalau memang saya tidak di perkenankan untuk sekedar menyapa keluarga kamu. Gwaenchanha, saya mengerti maksud kamu" Sambung Kwajang-nim sambil tersenyum seakan benar mengerti apa yang menjadi ke khawatiran Dhara.

Dhara tersenyum canggung.

"Oh iya, ini kopi. Tiba-tiba saya ingin kopi jadi sekalian saya beli untuk kamu, karena tujuan kamu tadi untuk kopi kan?" Ucap Kwajang-nim mencoba untuk mencairkan suasana.

"Kamsahamnida. Jangan sering-sering bawain saya kopi, salah-salah nanti saya malah nunggu untuk di beliin terus" Sahut Dhara kembali dengan senyuman khasnya.

"Tidak apa kok, justru saya senang kalau jadi satu-satunya tempat untuk kamu berharap akan segelas kopi" Ucap Kwajang-nim membuat Dhara tertawa.

"Jinjja! Bagaimana kalau lebih banyak kolega yang berharap seperti saya? Bisa-bisa isi dompet Kwajang-nim akan terkuras" Tanya Dhara masih dengan tawanya.

"Aniyo~" Sahut Kwajang-nim.

"Kenapa?" Tanya Dhara.

"Geunyang... Saya tidak bisa bersikap seperti itu kepada semua kolega" Sahut Kwajang-nim yang tiba-tiba terlihat lesu.

"Karena tidak sedekat saya?" Tanya Dhara.

"Mungkin" Kwajang-nim hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

"Ok, ya sudah sekali lagi terimakasih banyak. Sekarang Kwajang-nim bisa kembali ke ruangannya dan mulai kerja! Ok?" Saatnya bagi Dhara untuk mencairkan suasana, ia pun terlihat seperti mengetahui apa yang tengah di rasakan atasannya.

"Hm. Fighting!" Ucap Kwajang-nim tersenyum dan meninggalkan Dhara sendiri di ruangannya.

Setelah Kim Dong Wook Kwajang-nim pergi, Dhara pun kembali duduk dan menghadap ke monitornya. Ia melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Namun sesaat sebelum memulai kembali aktivitasnya, Dhara terdiam seperti memikirkan sesuatu.

"Kenapa gue ngerasa kayak ada sesuatu yang di sembunyiin sama Kwajang-nim ya?" Ucap Dhara sambil melihat langit-langit ruangannya.

"Tadi siang gue bahas soal makan sama orang lain, responnya kayak orang yang punya masalalu pahit kayak gue" Sambungnya.

"Masa iya seorang Kwajang-nim punya kisah cinta yang enggak mulus juga? Secara dia itu baik banget bahkan perfect lah untuk seorang namja chingu. Atau mungkin Kwajang-nim masih belum bisa lupa sama masalalunya?" Ucap Dhara lalu terdiam sejenak.

"Ah! Ngapain juga gue mikir jauh soal masalalunya Kwajang-nim, entah feeling gue benar atau enggak ya gue enggak perduli deh. Mikirin masalalu gue aja udah pusing kalau harus di tambah mikirin masalalu Kwajang-nim bisa pecah kepala gue"Sambung Dhara sambil menggelengkan kepala.

Setelah berpikir sedikit keras tentang keanehan sikap Kim Dong Wook Kwajang-nim hari ini, Dhara pun kembali memaku pandangannya pada layar monitor yang sejak tadi ia abaikan.

Setelah beberapa jam bergelut dengan setumpuk pekerjaan akhirnya Dhara bisa bernafas lega setelah jam pulang tiba. Ia bergegas merapihkan barang-barang pribadi miliknya untuk segera kembali ke studio.

"Sunbae!"

Suara yang tidak asing itu membuat Dhara mengalihkan pandangannya setelah beberapa langkah keluar dari ruangannya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum tipis.

"Hm?" Tanya Dhara kepada pria bertubuh tinggi yang selalu saja mengikutinya, Jin Young.

"Mau pulang bareng? Saya bisa antar sunbae, kebetulan hari ini saya bawa mobil" Ucap Jin Young sambil tersenyum.

"Mianhaeyo, kebetulan juga saya tinggal di studio dengan jarak yang sangat dekat dari sini. Dan saya selalu pulang sama mereka" Sahut Dhara yang kemudian menunjuk ke suatu arah.

Waktu yang sangat tepat untuk Dhara agar Park Jin Young tidak menganggapnya berbohong. Dari kejauhan terlihat Bella dan Yuan tengah berjalan ke arahnya, hal tersebut semakin memperkuat alasan Dhara untuk menolak ajakan dari juniornya.

"Oh? Jadi Sunbae tinggal di studio? Astaga..." Ucap Jin Young lesu.

"Kamu tahu saya asal Indonesia kan? Apa enggak kepikiran kalau saya tinggal di studio?" Tanya Dhara tertawa kecil.

"Iya saya tahu tapi saya sama sekali enggak berpikir ke arah sana. Astaga, saya jadi malu" Ucap Jin Young.

"Gwaenchanha. Oh iya, kenalin ini teman ku Bella dan Yuan. Kita sama-sama dari Indonesia, dan kebetulan juga kita satu circle selagi di JK Corp Jakarta" Dhara tersenyum memperkenalkan teman-temannya.

"Annyeong, saya Bella" Sapa Bella tersenyum.

"Halo brother, Yuan imnida" Sapa Yuan.

"Annyeong sunbae! Saya Park Jin Young, salam kenal" Ucap Jin Young memperkenalkan diri.

Bela dan Yuan pun tersenyum.

"Ya sudah kalau begitu saya duluan ya, permisi sunbae" Ucap Jin Young berpamitan.

Setelah Park Jin Young pergi...

"Gue lihat-lihat kayaknya dia suka sama lo deh Ra" Celetuk Bella seketika membuat Dhara melirik sinis.

"Lo enggak bisa basa-basi dulu ya? Enggak bisa nanya yang lain dulu gitu?" Ucap Dhara kesal.

"Pasti tadi dia ajak lo buat pulang bareng kan? Kelihatan banget dia suka sama lo" Ucap Bella tidak memperdulikan Dhara.

"Tapi gue enggak setuju deh kayaknya kalau lo sama dia" Sambungnya.

"Lagi pula siapa yang mau pacaran sama Jin Young? Gue malah anggap dia kayak adik gue sendiri, enggak ada pikiran yang sejauh itu Bell!" Jelas Dhara semakin kesal.

"Bagus lah! Gue juga enggak yakin sama tuh anak. Gue lebih suka lo sama Kwajang-nim, gue ngerasa aman aja kalau lo sama dia" Ucap Yuan semakin membuat Dhara berasap.

"Lo berdua tuh kenapa sih selalu bahas hal ini? makin kesini kalian makin ceplas-ceplos dan udah enggak lagi jaga perasaan gue! Kenapa sih?" Seru Dhara lalu menghentikan langkahnya.

"Udah ayo pulang, enggak enak banyak orang nanti jadi pusat perhatian. Kita ngobrol di studio aja" Ucap Yuan dengan sikapnya yang dewasa.

"Atau nanti malam lo ikut gue deh. Lo enggak usah ikut Bell" Sambung Yuan.

"Ok!" Sahut Bella yang paham akan maksud dari Yuan.

"Mau ngapain?" Tanya Dhara sinis.

"Udah enggak usah bawel. Pulang aja yuk" Sahut Yuan membujuk Dhara untuk segera pulang dan Dhara pun menurutinya.

Langkah Dhara yang gontai menjadi petunjuk jelas bagaimana suasana hatinya saat ini. Kedua sahabatnya itu mungkin punya maksud lain dari setiap kata yang sengaja di ucapkan sehingga membuat Dhara kesal. Namun trauma tetaplah trauma.

Yuan, ia sadar telah membuka luka hati sahabatnya itu. Dan melihat bagaimana reaksinya saat ini, Yuan pun berinisiatif untuk mengajak Dhara ke suatu tempat. Entah apa yang akan di lakukannya, namun Yuan sebagai yang tertua merasa harus melakukan sesuatu kepada sahabatnya itu.

Dhara membaringkan tubuhnya sesaat setelah ia sampai di studio. Memejamkan matanya dan berharap bisa menjadi lebih tenang. Menarik nafas perlahan lalu kembali membuka matanya dan duduk di pinggir kasur.

Drrtt drrtt drrtt...

...........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!