BAB 11

Dhara Zenaira.

Wanita yang sejak tiga tahun terakhir bergelut dengan rasa sakit itu tidak lagi bisa bahagia seperti kebanyakan wanita muda dengan pasangannya. Hatinya yang terluka itu tak kunjung sembuh dan bayang-bayang akan moment pahit itu masih tergambar jelas. Hatinya benar-benar tertutup rapat dan tidak bisa menerima siapa pun.

Meskipun demikian hal itu tidak membuat Dhara memberi jarak untuk orang-orang yang ingin berteman dengannya. Hatinya mungkin menolak pria yang datang untuk bertamu tetapi ia selalu menyambut baik bagi siapa pun yang ingin berteman dengannya.

Seperti dengan Kim Dong Wook Kwajang-nim, tidak pernah sekali pun Dhara berpikir bahwa kedekatan mereka itu di dasari oleh perasaan yang berbeda. Maka dari itu Dhara selalu terlihat santai dan tidak terlihat seperti orang yang memiliki trauma.

Sore itu setelah kembali dari kantor Dhara segera bersiap dan menemui Kim Dong Wook Kwajang-nim yang sudah menunggunya di halaman studio. Ini adalah kali pertama Dhara dan Kim Dong Wook Kwajang-nim pergi bersama di luar jam kerja.

"Kwajang-nim terlihat lebih fresh dengan pakaian kasual" Ucap Dhara saat sedang memakai seat belt.

"Apa saya terlihat lebih tua dengan pakaian formal?" Tanya Kwajang-nim sambil memperhatikan Dhara.

"Aniyo~" Sahut Dhara tertawa.

"Lalu?" Ucap Kwajang-nim dengan ekspresi wajah yang menggemaskan.

"Lebih karismatik kalau berpakaian formal" Jelas Dhara tampak malu-malu.

"Jinjja?" Seru Kwajang-nim tersenyum.

Tanpa menjawabnya Dhara hanya tertawa melihat Kim Dong Wook Kwajang-nim yang tersipu malu.

"Wae? Saya hanya senang dengar pujian dari kamu" Ucap Kwajang-nim.

"Oooh. Kwajang-nim suka di puji?"

"Hm, ternyata seorang Kwajang-nim bisa se narsis ini ya" Dhara menganggukkan kepala sambil tersenyum meledeki atasannya.

"Aniyo! Saya hanya suka ketika orang menilai penampilan saya karena dari situ saya bisa tahu apa yang kurang dan salah dari penampilan saya" Ucap Kwajang-nim.

"Saya sudah terlalu nyaman dengan style yang selalu saya pakai setiap harinya, sudah bertahun-tahun. Jadi saya enggak tahu apa orang melihat saya terlalu kuno atau gimana" Sambungnya sambil mengangkat bahu.

"Pakaian yang paling bagus itu pakaian yang bisa buat kita nyaman saat memakainya, enggak perduli seberapa mahal harganya tapi kalau tidak nyaman di pakai, enggak ada yang istimewa" Seru Dhara sambil memperhatikan jalan.

Kim Dong Wook Kwajang-nim melirikkan matanya kepada Dhara yang tengah fokus memperhatikan jalan yang mereka lalui. Ia tersenyum setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Dhara.

"Perhatikan jalannya!" Ucap Dhara membuat Kwajang-nim tertawa.

"Ah, ye!" Sahut Kwajang-nim yang mengembalikan fokusnya untuk menyetir.

Itaewon.

Perjalanan singkat itu berakhir dan membawa Dhara pada sebuah cafe yang sore itu tengah di padati oleh pengunjung. Coffe Paste! Kalimat itu terpampang begitu besar di atas pintu masuk cafe tersebut.

Dhara dan Kim Dong Wook Kwajang-nim mulai mencari tempat kosong setelah mereka memesan beberapa menu best seller dari cafe tersebut.

"Pemilik cafenya pasti orang yang hangat, romantis, artistik. Setiap detail cafenya benar-benar di perhatikan, suasananya jadi lebih nyaman" Ucap Dhara sambil melihat sekeliling.

"Kamu suka?" Tanya Kwajang-nim.

"Hm" Dhara mengangguk sambil tersenyum.

"Ok, saya akan lebih sering bawa kamu kesini" Ucap Kwajang-nim yang juga tersenyum.

"Cuma buat kopi?" Tanya Dhara terkejut.

"Kamu bilang kamu suka sama tempatnya kan? Suasana yang nyaman bisa buat kopi kamu terasa lebih enak" Ucap Kwajang-nim.

"Heol~" Seru Dhara sambil tersenyum.

"Oh iya. Tempat yang mau Kwajang-nim datangi masih jauh dari sini?" Tanya Dhara.

Kim Dong Wook Kwajang-nim kembali tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Dhara dan tentunya membuat Dhara kebingungan dengan sikap dari atasannya itu.

"Hyeong!"

Seseorang tiba-tiba saja datang dengan membawa pesanan mereka dan berteriak memanggil Kim Dong Wook Kwajang-nim seperti seorang yang sudah sangat akrab.

"Lantai 2 akan rampung besok" Ucap pria bermata sayu itu.

"Laporannya udah siap kan?" Tanya Kwajang-nim kepada pria di hadapannya.

"Ah itu... Bisa minta waktu sampai lusa? Aku sibuk, setiap hari banyak pelanggan ditambah lagi cafe sedang renovasi. Ya?" Sahut pria tersebut membuat Dhara semakin kebingungan.

"Ah jinjja! ya udah nanti kabari aja kalau udah siap" Ucap Kwajang-nim sambil menghela nafas.

"Hyeong, nugu...?" Pria itu melirik Dhara sambil bertanya kepada Kwajang-nim.

"Ah, ini Dhara. Hoobae ku di kantor" Ucap Kwajang-nim memperkenalkan Dhara.

"Hoobae?"

"Ye, Hoobae"

"Jinjja hoobae?"

"Hoobae!"

"Hm, hoobae?"

"Hoobae!"

Melihat Kim Dong Wook Kwajang-nim dan pria di hadapannya berseteru, Dhara hanya terdiam dengan tingkat kebingungan yang semakin tinggi.

"Aku baru pertama kali lihat kamu sama wanita setelah beberapa tahun terakhir. Semoga beruntung!" Ucap pria yang lebih muda dari Kwajang-nim.

"Kamu enggak lihat cafe ramai? Kenapa buang-buang waktu disini!" Ucap Kwajang-nim.

"Ye, sajang-nim" Ucapnya sambil membungkuk.

"Nuna, kalau mau tambah sesuatu panggil saya saja" Sambungnya menyapa Dhara.

"Ah... Ye, kamsahamnida" Ucap Dhara tersenyum.

Setelah seorang pelayan cafe tersebut pergi, Dhara mulai tersenyum sambil melihat-lihat sekeliling. Sekarang ia tahu sebab Kim Dong Wook Kwajang-nim sering mengunjungi Itaewon dan alasan kenapa atasannya itu membawa ia ke sebuah cafe.

"Jadi ini alasannya" Ucap Dhara kembali tersenyum.

"Hm?" Kwajang-nim salah tingkah.

"Kenapa enggak pernah cerita?" Tanya Dhara.

"Hm... Enggak ada sesuatu yang istimewa untuk di ceritakan" Ucap Kwajang-nim.

"Tapi ini pencapain besar loh! Daebak! Kwajang-nim di kantor, Sajang-nim di Itaewon. Wah!" Seru Dhara kemudian bertepuk tangan.

"Geumanhae. Kamu buat saya jadi salah tingkah" Ucap Kwajang-nim tersenyum.

"Oh iya, kamu mau apa untuk dibawa pulang? Bebas pilih apa aja, spesial untuk tamu pertama saya" Sambungnya.

"Tamu pertama?" Ucap Dhara bingung.

"Hm. Kamu tamu pertama saya, sejauh ini belum ada yang tahu kalau saya punya usaha disini" Jelas Kwajang-nim.

"Jinjja?" Seru Dhara terkejut.

"Hm" Kwajang-nim tersenyum dan mengangguk.

"Kenapa?" Tanya Dhara.

"Enggak ada alasan tertentu tapi saya cuma enggak terlalu percaya diri sama pencapaian saya ini. Jadi ya... Biarkan mereka minum kopi tanpa tahu siapa pemilik cafenya, agar hasrat untuk datang lagi murni karena rasa bukan karena saya" Jelas Kwajang-nim lalu menyeruput kopinya.

"Kalimat yang sederhana tapi penuh makna. Saya suka pemilihan kalimatnya" Ucap Dhara tersenyum.

"Oh iya. Yang tadi datang kesini sempat bilang kalau dia baru lihat Kwajang-nim sama wanita setelah beberapa tahun terakhir, maksudnya apa?" Tanya Dhara.

"Ah, itu... Ya, ini memang pertama kalinya saya bawa rekan wanita ke cafe setelah hari itu" Sahut Kwajang-nim yang terlihat gugup.

"Setelah hari itu?"

...........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!