Gangnam, Seoul.
Siang itu rasanya seperti siang dengan cuaca yang paling baik dari siang-siang sebelumnya. Teriknya mentari yang di padukan dengan sejuknya suasana siang ini menambah kesempurnaan bagi moment yang tengah berlangsung.
Dhara masih tersenyum mengingat perilaku Kim Dong Wook Kwajang-nim yang amat memukau. Sikapnya bak lelaki jantan yang tidak hanya sekedar berbicara, ia dengan pasti membawa Dhara kesebuah restauran untuk menyantap makan siang bersama.
"Makin hari Kwajang-nim tuh makin menyeramkan!" Celetuk Dhara sambil tersenyum dengan pandangan mata fokus melihat jalan utama yang cukup ramai tanpa melihat Kwajang-nim yang berada tepat di hadapannya.
Kim Dong Wook Kwajang-nim pun tersenyum dan terus memperhatikan Dhara dengan tatapan yang amat tajam selama beberapa saat.
"Menyeramkan? Kenapa?" Tanya Kwajang-nim.
"Kalau di pikir-pikir dari awal ketemu, Kwajang-nim tuh selalu aja secara tiba-tiba bawa saya kesuatu tempat tanpa persetujuan saya. Termasuk siang ini" Sahut Dhara cemberut.
"Kamu beneran enggak suka ya kalau saya bersikap seperti ini?" Tanya Kwajang-nim.
"Enggak, bukan gitu. Bukan enggak suka, tapi tuh..." Sahut Dhara tanpa melanjutkan perkataannya.
"Tapi?" Ucap Kwajang-nim penasaran.
"Ya, seenggaknya kan bisa tanya dulu Dhara mau kemana, Dhara mau apa. Gitu" Jelas Dhara tertawa kecil.
"Mianhae, akan saya pastikan hari ini adalah hari terakhir saya berbuat sesuai keinginan saya sendiri. Lain kali biar kamu yang menentukan" Ucap Kwajang-nim tersenyum.
"Astaga, kenapa mendadak jadi serius? Bercanda kok, Kwajang-nim punya hak untuk itu. Lagi pula Kwajang-nim enggak mungkin setiap hari makan siang atau break sama saya kan, secara Kwajang-nim juga punya banyak kolega yang bisa di ajak makan siang kaya saya" Ucap Dhara.
Kim Dong Wook Kwajang-nim kembali tersenyum dan terdiam selama beberapa saat.
"Wae?" Tanya Dhara.
"Tidak mudah bagi saya untuk bisa duduk berhadapan dan makan berdua dengan kolega lain terutama wanita, seperti sama kamu saat ini" Sahut Kwajang-nim.
"Kenapa?" Tanya Dhara.
Belum sempat mendengar jawaban dari Kim Dong Wook Kwajang-nim, pertanyaan itu hilang tanpa kejelasan setelah makanan yang mereka pesan datang.
"Kamsahamnida~" Ucap Dhara dan Kwajang-nim bersamaan.
Beberapa saat setelah makanan itu tertata dengan rapih di meja, Dhara dan Kim Dong Wook Kwajang-nim masih sibuk dengan makanan mereka masing-masing dan memulai suapan pertama tanpa sepatah kata pun.
Dan setelah beberapa saat dalam keheningan...
"Tadi saya enggak sengaja lihat kamu sama Park Jin Young di lobby. Apa tadi kamu berencana untuk makan siang bersama?" Tanya Kwajang-nim tiba-tiba.
"Jin Young emang ajak saya untuk makan siang tapi saya bilang saya cuma mau minum kopi dan lanjut kerja, tapi nyatanya saya malah berakhir disini" Sahut Dhara tertawa.
"Kelihatannya kalian cukup akrab ya Ucap Kwajang-nim tersenyum canggung.
"Saya juga heran kenapa Jin Young selalu tiba-tiba muncul di hadapan saya" Celetuk Dhara.
"Kamu enggak bisa menilai maksud dari sikap dia ke kamu?" Tanya Kwajang-nim seperti penasaran akan sesuatu.
"Emang ada hal lain yang harus saya perhatikan lagi?" Ucap Dhara dengan wajah polosnya.
"Penilaian kamu sebagai wanita?" Tanya Kwajang-nim mempertegas pertanyaannya.
"Oh, aniyo! Sedikit pun saya enggak pernah berpikir ke arah situ. Enggak pernah" Sahut Dhara dengan suara yang mulai gemetar.
"Apa ada hal yang mengganggu kamu?" Tanya Kwajang-nim terlihat khawatir setelah mendengar suara Dhara.
"Ehh... Enggak apa-apa kok. Ehh, saya lanjut makan ya" Sahut Dhara tersenyum dengan bibirnya yang masih gemetar.
Merasa ada sesuatu yang aneh dari Dhara setelah membahas perihal yang menyangkut hati, Kim Dong Wook Kwajang-nim terus memperhatikan Dhara yang berusaha menghabiskan makanan dengan wajahnya yang mulai terlihat sedih. Kim Dong Wook Kwajang-nim pun merasa bersalah dengan hal tersebut.
"Ini bukan waktu yang tepat buat gue meneteskan air mata. Lagi pula gue yakin kok Jin Young enggak mungkin punya perasaan lain buat gue, apalagi usia gue sama dia lumayan jauh! Jadi, enggak mungkin!"
Dhara bergumam dalam hatinya, ia terus meyakinkan dirinya bahwa hal tersebut tidaklah benar.
"Gue enggak boleh nangis, gue enggak mau Kwajang-nim jadi merasa bersalah karena ini" Sambungnya dan berusaha untuk tersenyum.
Dhara kembali melanjutkan makan siangnya, begitu juga dengan Kim Dong Wook Kwajang-nim yang masih merasa bersalah terhadap Dhara. Mereka kembali dalam keheningan seperti awal hingga akhirnya selesai sudah sesi makan siang untuk hari ini.
Selepas memanjakan perut, Dhara dan Kim Dong Wook Kwajang-nim kembali melanjutkan kesibukkan masing-masing. Seperti Dhara yang sudah memaku pandangannya pada layar monitor di hadapannya.
...*****...
...KDW Kwajang-nim...
...Last seen 10.00 am...
Dhara, mianhae...
Saya sudah merusak mood kamu kemarin. Saya berniat untuk menebus kesalahan saya.
Kamu luang kah hari ini?
^^^Kwajang-nim enggak salah kok, justru harusnya saya yang minta maaf karena udah buat Kwajang-nim jadi merasa bersalah.^^^
^^^Maaf kemarin saya terkesan enggak menghargai traktiran Kwajang-nim.^^^
Gwaenchanha, saya hanya takut perkataan saya menyakiti hati kamu.
Gimana? Kamu ada waktu luang malam ini?.
^^^Hm, enggak kok. Waktu itu saya cuma tiba-tiba blank aja. Dan seperti biasa, saya enggak ada rencana apa pun di weekend yang indah ini. Hehe.^^^
Ok!
Saya jemput kamu pukul empat sore ini ya.
^^^Mau kemana?^^^
Lihat saja nanti. See you!
^^^Ok, see you!.^^^
...*****...
"Sikapnya yang suka tiba-tiba emang enggak bisa berubah secepat itu. Hm" Ucap Dhara setelah mematikan ponselnya.
Ponsel itu ia letakkan di atas meja dan berjajar dengan mangkuk ramyeon yang kotor. Ya, pagi itu ramyeon menjadi menu sarapan Dhara di akhir pekan yang indah ini.
"Ternyata benar ya semangkuk ramyeon di akhir pekan itu jauh lebih nikmat dari biasanya" Sambungnya lalu menghela nafas kasar.
"Ok, sekarang waktunya buat beres-beres mandi dan siap-siap on the way sama Kwajang-nim, meskipun gue enggak tahu mau di bawa kemana" Ucap Dhara yang mulai memaksa dirinya untuk bekerja.
Detik demi detik yang berlalu membawa Dhara pada puncak lelah yang sesungguhnya. Ia membaringkan tubuhnya di sofa yang lembut itu. Helaan nafasnya yang kasar menjadi bukti betapa lelahnya ia membereskan setiap detail ruangan tersebut.
"Wake up Ra! Yuk rapih-rapih, bentar lagi Dong Wook Oppa jemput" Ucap Dhara dengan matanya yang terpejam.
"Oppa? Astaga, apa bisa gue panggil Oppa ke Kwajang-nim? Canggung banget pasti" Sambungnya sambil cekikikan.
Selagi Dhara tertawa dengan celetukkannya sendiri, ia pun bergegas mengalungkan handuk di pundaknya. Ia bersegera mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Kim Dong Wook Kwajang-nim. Kedekatan mereka saat ini semakin intens, sehingga tidak aneh lagi jika mereka sering menghabiskan waktu bersama.
"Annyeong" Sapa Dhara kepada lelaki yang menjemputnya.
Kim dong Wook Kwajang-nim, ia sudah menunggu Dhara di halaman gedung dengan mobilnya. Pakaian santai yang sangat cocok dengannya membuat Dhara terpana.
"Sudah siap?" Tanya Kwajang-nim seraya tersenyum melihat Dhara yang tetap cantik seperti biasanya.
"Kita mau kemana?" Ucap Dhara alih-alih menjawab pertanyaan Kwajang-nim.
"Hm, nanti kamu akan tahu sendiri. Kajja!"
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments