BAB 5

Setelah memamerkan ruangan barunya kepada keluarga tercinta, Dhara pun mulai mencoba kursi barunya sambil berputar ke kiri dan ke kanan. Sensasi yang berbeda turut ia rasakan dan memang lebih baik daripada kursinya saat di Indonesia.

Berlarut dalam kenyamanan kursi barunya membuat Dhara sampai terlupa bahwa ia harus segera bekerja. Di ambilnya ponsel yang tengah tergeletak di meja dan bergegas pergi untuk menemui seseorang.

"Ehh, astaga! Mianhae Kwajang-nim. Mian"

Baru saja membuka pintu dan hendak melangkah menuju ruangan Kim Dong Wook Kwajang-nim, Dhara di buat terkejut dengan keberadaan Kwajang-nim yang berada tepat di depan ruangannya.

"Kamu mau kemana, ada sesuatu yang mendesak?" Tanya Kwajang-nim dengan wajahnya yang sangat sejuk.

"Sebenarnya saya mau ke ruangan Kwajang-nim" Sahut Dhara tersenyum malu.

Kwajang-nim mengangguk.

"Saya baru saja mau ke cafe, terlalu penat di ruangan terus. Kamu mau ikut?" Ucapnya lalu tersenyum.

"Hah? Enggak salah nih? Ikut Kwajang-nim ke cafe?" Gumam Dhara dalam hatinya.

Ia terdiam selama beberapa saat hingga Kwajang-nim menyadarkan Dhara dengan tawa ringannya.

"Hei, kok malah diam? Kamu mau bertemu saya kan? Berhubung saya mau ke cafe, jadi ayo kamu ikut saya" Ucap Kwajang-nim dengan suaranya yang sangat lembut.

"Ehh, tapi..." Dhara ragu dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Sudah, yuk ikut saya" Seru Kwajang-nim kemudian berjalan dan diikuti Dhara dibelakangnya.

Langkah kaki Kim Dong Wook Kwajang-nim yang begitu cepat membawa Dhara sampai pada sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari kantor.

Bukannya senang di sambut dengan baik oleh Kim Dong Wook Kwajang-nim, Dhara justru merasa khawatir dengan yang sedang ia lakukan sekarang. Pasalnya kini ia tengah berada di cafe pada waktu yang seharusnya ia sudah mulai bekerja. Meskipun ia hanya menuruti ajakan dari atasannya tetapi hal itu tidak pernah ia lakukan sebelumnya saat di Indonesia.

Raut wajah khawatir itu terlihat jelas, hingga membuat Kim Dong Wook Kwajang-nim tertawa setelah ia menyelesaikan pembayaran untuk kopi yang di pesannya.

"Kamu tidak perlu khawatir, lagi pula ini hari pertama kamu yang mana kamu hanya akan mengisi ruang kerja itu dengan barang-barang kamu" Ucap Kwajang-nim seperti tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Dhara.

"Yang penting jangan sampai besok saya lihat kamu ada di cafe pada jam kerja" Sambungnya lalu tersenyum dan melirik Dhara.

"Ternyata Kwajang-nim bisa baca pikiran juga ya, persis banget sama yang sedang saya pikirkan" Ucap Dhara yang sudah bisa tertawa setelah merasa sangat gelisah.

Kwajang-nim melempar senyum.

"Kamsahamnida~" Ucap Dhara dan Kwajang-nim bersamaan setelah pesanan mereka datang.

"Oh iya. Kamu kan asli Indonesia, untuk orang yang baru pertama kali tinggal di Korea, aksen kamu cukup bagus. Tidak mungkin hanya dengan belajar beberapa bulan sebelum kesini kan?" Tanya Kwajang-nim lalu menyeruput espresso hangat yang masih berasap.

"Kebetulan saya memang sudah belajar bahasa Korea sejak dua tahun terakhir. Awalnya cuma belajar biasa untuk menambah pengetahuan, apalagi saya juga fangirl garis keras" Sahut Dhara tertawa.

"Syukur lah sekarang jadi sangat berguna buat saya" Sambung Dhara tersenyum.

"Kamu satu-satunya staff mutasi yang langsung menguasai bahasa kami, biasanya mereka selalu berbahasa inggris di awal" Ucap Kwajang-nim.

"Saya terkesan seperti sudah bersiap setelah mengetahui garis hidup saya kedepannya seperti apa" Dhara tertawa setelah berbicara secara random kepada atasannya.

Mereka berdua mentertawakan hal sederhana yang secara spontan di ucapkan Dhara. Tawa ringan dari Kim Dong Wook Kwajang-nim membuat Dhara seperti terpesona dengan sikapnya yang humble kepadanya, orang yang baru saja di temuinya.

"Lagi-lagi keberuntungan memihak gue. Di hari pertama kerja gue udah di temuin sama orang yang benar-benar baik dan humble banget! Thanks god" Ucap Dhara dalam hatinya lalu tersenyum dan sesekali menatap wajah Kwajang-nim saat beliau sedang lengah.

Setelah beberapa saat larut dalam obrolan ringan sebagai tanda perkenalan. Kim Dong Wook Kwajang-nim tiba-tiba saja menyodorkan ponsel miliknya kepada Dhara.

"Ehh, ini...?". Ucap Dhara kebingungan.

"Simpan nomor kamu, karena mulai hari ini kita akan lebih sering bertemu sebab pekerjaan kita yang saling terhubung" Sahut Kwajang-nim tersenyum.

"Oh iya juga si. Tapi saya belum sempat untuk ganti sim card. Entah kenapa pertama kali datang kesini yang ada di pikiran saya hanya Myeongdong" Ucap Dhara tersenyum malu.

"Astaga" Kwajang-nim tertawa sambil menggelengkan kepala.

"Ok. Kamu sudah selesai kan? Ayo ikut saya" Ucap Kwajang-nim yang bergegas pergi.

Dhara kembali mengikuti Kim Dong Wook Kwajang-nim tepat di belakangnya. Saat itu arahnya berbeda, mereka tidak kembali ke kantor melainkan berjalan menuju basemen perusahaan. Meskipun sedang kebingungan Dhara tetap mengikuti kemana pun Kim Dong Wook Kwajang-nim akan membawanya.

Beberapa saat kemudian Dhara dan Kim Dong Wook Kwajang-nim sudah berada di mobil yang sama. Ya, mobil berwarna grey itu mobil pribadi milik Kim Dong Wook Kwajang-nim. Mobil itu mulai melaju dan perlahan meninggalkan kantor untuk menuju suatu tempat yang saat ini masih menjadi tanda tanya bagi Dhara.

"Gue mau di bawa kemana ya? Kwajang-nim enggak mungkin aneh-aneh kan? Secara gue baru aja ketemu sama Kwajang-nim, gue enggak tahu Kwajang-nim orangnya kayak gimana. Ya meskipun first impression gue ke beliau tuh ok" Gumam Dhara dalam hati menguatkan pikirannya bahwa tidak akan terjadi hal aneh sekecil apa pun.

Tanpa kata, canda dan tawa suasana di mobil saat itu sangat hening. Mungkin karena mereka baru saja bertemu dan belum memiliki tema pembahasan yang sejalan. Hanya saja saat itu Dhara di serang oleh perasaan yang membuat hatinya berdebar.

Setelah beberapa saat menempuh perjalanan dalam keheningan, akhirnya Dhara dan Kim Dong Wook Kwajang-nim telah sampai di salah satu pusat perbelanjaan.

"Kwajang-nim, mau beli handphone?" Tanya Dhara saat mereka sudah berada di sebuah toko gadget.

Kim Dong Wook Kwajang-nim tersenyum sambil menatap Dhara dengan tatapan yang menusuk sampai ke hati. Hm!

"Lama-lama gue bisa gila sih kalau di kasih senyuman semanis itu terus-menerus, apalagi sorot matanya tuh tajam banget. Duh, pusing!" Gumam Dhara dalam hati.

Dhara yang tidak tahu tujuan dari Kim Dong Wook Kwajang-nim membawanya ketempat tersebut hanya bisa diam dan memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh atasannya.

Setelah selesai bertransaksi Kim Dong Wook Kwajang-nim menghampiri Dhara yang sedang melihat-lihat koleksi toko tersebut.

"Ini" Ucap Kwajang-nim sambil memberikan sesuatu.

"Ige mwoya?" Tanya Dhara bingung.

"Kamu bilang belum sempat untuk ganti sim card kan? Ini untuk kamu" Sahut Kwajang-nim sambil tersenyum.

Lagi-lagi Dhara terdiam dan ia tampak kebingungan. Bukannya senang di perlakukan dengan sangat baik oleh atasannya di hari pertamanya bekerja, tetapi Dhara justru khawatir. Ia khawatir jika hatinya justru mengartikan hal lain, ia belum siap. Untuk saat ini, ia benar-benar belum siap.

............

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!