Saat ini Nala, Ririn, Alex dan Seno sedang berada di toko buku mall Central, Nala dan Ririn sibuk dengan kegiatan masing-masing mencari buku novel kesukaan mereka yang baru saja rilis minggu lalu, sedangkan Alex beberapa kali curi-curi pandang terhadap Nala namun tak ia sadari empunya. Sedangkan Seno malah sibuk merayu mbak-mbak cantik penjaga toko buku, memang sifat Playboy tidak pernah berubah wajar saja jika Lala memilih jalan putus dari pada setiap hari makan hati ya kan readers muehehe.
"Nona cantik secantik bidadari dari kayangan turun dari langit ke 10, bolehkah memberi tahu nama abang namanya", rayu Seno dengan mengeluarkan jurus rayuan gombalnya.
" Nama aku Sulas bang", jawab pelayan toko itu dengan malu-malu sepertinya ia akan terjebak dengan ketampanan Seno si buaya darat.
"Oh nona Sulas nama mu indah seindah bulan purnama di malam yang gelap, karena gelap makanya terang".
" Dari pertama kali melihat nona abang yakin kita berdua sudah ditakdirkan bersama alias jodoh sehidup sekubur", gombal Seno lagi.
Sulas yang semakin di gombali bukannya ilfil malah tersipu malu-malu dan salah tingkah, sedangkan teman-teman Seno sudah ngakak mendengar rayuan gombalnya yang terdengar sangat lebay dan aneh untung saja Seno tergolong laki-laki yang tampan karena wajahnya yang blasteran sedikit menolong kelakuannya yang seperti buaya darat penjerat wanita.
"Woy Seno kita mau keliling mall lo mau tetep diem disini apa mau ikut jangan kebanyakan bacot rayu sana sini deh ni anak dalam perut Gue aja gak lo akuin emang dasarnya burung lo mau enaknya doang", ucap Susan dengan suara yang cukup keras hingga terdengar oleh beberapa orang-orang di sekitarnya termasuk wanita yang sejak tadi di rayu Seno.
" Dasar laki-laki buaya", tampar perempuan itu tepat mengenai pipi mulus nan putih Seno, sedangkan Seno yang masih ngelag tidak sempat menghindari serangan mendadak dari perempuan itu al hasil pipi mulusnya berhasil kena tonjokan maut ala perempuan.
Nala, Ririn dan Alex serta orang-orang di sekitar mereka yang melihat kejadian tersebut sontak tertawa menertawakan nasib naas Seno yang di tampar sungguh pemandangan yang sangat langka dan Nala berhasil mereka momen tersebut dengan ponsel bobanya muehehe lumayan buat meras si Seno pikirnya jahat.
"Anyingg pipi Gue aduh sakit juga ternyata", gumam Seno seraya mengelus pipinya yang di tampar tadi.
" Woy Anyingg Ririn sini lo", teriak Seno mengejar Ririn yang sudah berlari menghindari amukan Seno.
"Jangan lari lo mana sini Gue mau lihat bentukan anak Gue".
Pada akhirnya mereka jadi main kejar-kejaran persis seperti Tom yang mengejar Jerry sedangkan Nala dan Alex hanya melihat dan mengikuti mereka dari belakang meski sudah tertinggal jauh entah kemana mereka pergi sudah tidak dapat mereka berdua lihat.
" Lex Gue mau ke toko itu lo mau ikut atau lo udah ada tujuan mau kemana", tunjuk Nala seraya menunjuk toko tas yang lumayan terkenal akan brandnya yang bagus dan tentunya mahal.
"Gue ikut lo aja Gue gak tau juga mau kemana mending Gue temenin lo aja kan".
" Ya udah kalau gitu ayo pergi".
Baru saja Nala menginjakkan kaki di dalam toko itu ia melihat seseorang yang sangat di kenalinya bersama seorang perempuan yang ia tau benar perempuan itu, pikiran Nala jadi blank pasalnya kenapa bisa Omnya ada disini bersama mantan kekasihnya Masrya apa yang sedang mereka lakukan disini bahkan tadi di sekolah Omnya itu tidak membalas pesannya karena berpikir mungkin banyak kerjaan dan tidak sempat melihat hpnya tapi apa yang ia lihat sekarang.
"Galih bagusan mana ini atau ini", tanya Marsya seraya menunjuk tas yang di tangan kiri dan kanannya meminta pendapat Galih yang mana sekiranya yang lebih bagus menurutnya.
" Gak tau bagus semua", jawab Galih sekenanya malas ia ingin cepat-cepat pergi dari sini, awalnya ia hanya ingin ke mall karena ingin membelikan Nala tas yang minggu lalu ia ceritakan padanya tapi tanpa di duga ia malah bertemu mantan kekasihnya itu dan memaksanya ikut dengan alibi memilihkan tas untuk Nala juga.
"Om ngapain disini", tanya seseorang dari belakangnya terdengar familiar di telinganya.
Sontak Galih dan Marsya yang awalnya sibuk memilih tas menengok ke arah dua remaja yang saat ini tepat sudah berada di dekat mereka, Galih yang mendapati Nala dengan seorang laki-laki yang kerap beberapa kali ia lihat bukannya menjawab pertanyaan Nala ia malah bertanya balik.
"Sedang apa kamu sama laki-laki itu disini Nala", geram Galih tak suka.
" Aku disini karena cari buku dan sekalian liat-liat tas", jawab Nala apa adanya.
"Terus Om sendiri ngapain disini sama mantan kekasih lagi", sindir Nala seraya melihat Marsya yang masih berada di samping Galih sungguh rasanya ia ingin menarik perempuan itu menjauh dari kekasihnya.
Belum sempat Galih menjawab Marsya justru memegang lengan Galih seraya menjawab pertanyaan Nala.
" Kita disini lagi kencan ini Galih lagi milihin tas buat aku cantik kan", jawab Marsya seraya menunjukkan tas yang ada di tangannya.
Galih tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja perempuan itu lakukan padahal tas itu ia beli untuk Nala karena tempo lalu Nala sangat ingin membelinya tapi perkataan Marsya membuatnya ingin meledak marah sekarang juga.
"Setan lu ya jadi perempuan singkiran gak tu tangan lo dari Om Gue sebelum kuku cantik Gue menancap di muka merkuri lo", ancam Nala seraya mengangkat tangannya menunjukkan kuku-kuku tajamnya ke Marsya.
Marsya yang melihat kuku-kuku tajam Nala sontak melepaskan rangkulannya ia tidak mau wajah cantiknya berakhir mengenaskan di tangan bocah tengil seperti Nala.
" Om sekarang juga ikut Nala pulang", ucap Nala sembari berjalan keluar dari toko itu, ia yang awalnya ingin bersenang-senang malah jadi kacau moodnya benar-benar anjlok.
"Eh La lo gak papa kan", tanya Alex mengikuti Nala.
" Sorry ya Lex kayaknya Gue gak bisa pulang bareng kalian titip Susan ya bilang Gue ada urusan mendadak jadi pergi duluan", seraya meninggalkan Alex berjalan cepat menuju lift ingin segera keluar dari Mall ini.
Galih segera berlari mengejar Nala, hampir saja pintu lift tertutup namun masih sempat Galih cegat dan akhirnya ia juga ikut masuk bersama Nala.
Di dalam lift hanya mereka berdua tidak ada obrolan apa pun Nala yang memilih bungkam dan tidak mau berbicara sedangkan Galih yang tidak tau harus menjelaskan mulai dari mana ia yakin betul perempuan di sampingnya ini pasti telah salah paham dan marah padanya, ia pikir mungkin akan menjelaskannya nanti saja kalau mereka sudah sampai apartemen, lebih baik sekarang ia membiarkan Nala tenang dulu dari pada nanti ujung-ujungnya ia menjadi sasaran amukan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments