Om Tetangga Episode 3
Nala berlari tak tentu arah, ia terus berlari membiarkan kemana kakinya melangkah menuntunnya pergi, air matanya terus mengalir di pipi cubinya.
"Nala,,Nala,,Nalaaa berhentii,,om bilang berhenti Nala!!," teriak Galih memanggil namanya.
Nala seakan tuli tak mendengar teriakan Galih yang memanggil-manggil namanya.
"Nala om mohon berhentiii," teriak Galih kembali melihat Gadis itu berlari semakin kencang.
Mendengar teriakan Galih, Nala bukannya memelankan larinya, ia malah semakin mengencangkan larinya dan tak melihat ada batu besar di depannya hingga tersadung jatuh tersungkur.
"Nalaaa!!," teriak Galih melihat Nala terjatuh.
Galih semakin mengencangkan larinya menghampiri Gadis itu.
"Nala," panggil Galih dengan suara bergetar menghampiri Gadis yang terlihat sangat rapuh itu.
Galih duduk memeluk Nala yang semakin menangis terisak, melihat Nala yang kembali menangis kencang membuat hati Galih terluka, ia tak suka melihat Gadis kesayangannya itu menangis terluka seperti ini.
Nala yang merasakan pelukan hangat Galih semakin mengencangkan tangisnya seakan-akan ingin menumpahkan segala rasa kecewa dan sakit di hatinya.
"Hiks hiks hiks," terisak Nala menundukkan kepalanya.
"Hussttt mm Om ada di sini, kamu boleh nangis sepuas yang kamu mau jika itu memang hal yang kamu butuhkan," hibur Galih semakin memeluk Gadis itu.
"Hiks hiks hiks Om," panggil Nala dengan suara bergetar.
"Iya om ada di sini buat Nala."
Nala menoleh memandang wajah Galih dengan tatapan penuh terluka dengan air mata yang terus mengalir seakan air matanya tak ada habisnya.
"Om hiks hiks kenapa hidup Nala gak seberuntung orang-orang, kenapa Bunda Nala gak seperti Mamanya Om Galih, Nala iri Om Nala iri," ucap Gadis itu dengan wajah memerah dengan suara yang bergetar.
Galih memandang wajah Nala yang biasanya ceria kini yang terlihat hanya tangisan rapuh Gadis itu.
"Kenapa Nala harus di lahirkan kalau hidup Nala sehancur ini, Om Nala juga pengen punya keluarga lengkap kayak yang lain?," isak nala kembali.
Galih sungguh tak sanggup melihat Gadis yang begitu dia sayangi kini menangis tersedu-sedu seakan sudah tak mempunyai keinginan untuk hidup.
"Hussttt Nala gak boleh ngomong kayak gitu, Nala lahir di dunia ini adalah sebuah anugrah, bagi Om kelahiran Nala di dunia adalah suatu kebahagiaan terbesar dan Om sangat bersyukur bisa bertemu dan kenal sama Nala, jadi Nala gak boleh ngomong dan berfikir yang tidak-tidak," nasehat Galih.
"Nala jangan berpikir kalau Nala merasa sendiri, kan ada Om Galih, Mama Ratu, Papa Wira, dan yang paling penting ada Ayah tono yang sayang sama Nala."
"Tapi Nala gak punya keluarga yang utuh kayak Om Galih hiks hiks," isak Nala kembali mengingat nasibnya.
Mendengar penuturan Gadis itu, Galih kembali memeluk tubuh kecil itu dengan hati-hati seakan-akan tubuh itu bisa saja hancur jika ia terlalu kuat memeluknya.
"Nala lihat mata om," perintah Galih melepas pelukannya.
Dengan wajah yang sembab memerah Nala kembali melihat wajah Galih.
"Dengerin Om baik-baik meskipun Nala gak punya keluarga yang lengkap tapi yang penting masih ada leluarga Om yang sayang sama Nala, Nala tau sendiri kan Mama Om Galih saja jauh lebih sayang Nala dari pada Om sendiri yang anak kandungnya, jadi Nala gak boleh sedih apalagi merasa kalau Nala gak punya keluarga hem," nasehat Galih panjang lebar memberikan pengertian pada Gadis itu.
"Om hiks hiks," isak Nala kembali.
"Iya nangis aja sepuasnya kalau itu yang buat Nala lega," ucap Galih memeluk erat tubuh Gadis itu.
"Om hiks hiks."
"Iya Nala nangis aja," semakin mengeratkan pelukannya.
"Om hiks hiks Sakit banget."
"Iya Om tau kamu sakit."
"Om sakit, kaki Nala kegencet kaki Om Galih."
Reflek Galih melepaskan pelukannya dan sedikit menjauh dari tubuh Gadis itu.
"Astaga!! maaf om gak sadar, coba sini om lihat mana yang sakit?," tanya Galih sambil melihat Kaki Gadis itu.
Melihat lutut Nala yang terluka akibat terjatuh tadi Galih segera mengangkat Gadis itu ala bridal style, Galih berjalan membawanya pulanh ke arah rumah.
"Om Nala gak mau pulang kerumah," ucap Gadis itu ketika mengetahui kemana Galih akan membawanya pergi.
"Terus kamu mau kemana?."
"Intinya saat ini Nala gak mau pulang kerumah."
"Kamu mau ke apartemen Om?,"
Nala mengangguk mendengar pertanyaan Galih yang menawarkannya untuk pergi ke apartemennya, baginya untuk saat ini bersama Galih adalah pilihan yang tepat.
Galih menurunkan Nala dari gendongannya, menuntun Gadis itu duduk dipinggir jalan trotoar.
"Kalau gitu kamu tunggu Om disini, Om mau balik sebentar ngambil mobil."
Nala hanya mengangguk mendengar Galih berbicara padanya.
"Ingat jangan kemana-mana tetap di sini dan tunggu Om sebentar," peringat Galih menatap wajah Nala.
"Iya Om bawel banget sana cepet pergi," usir Nala sambil mengibaskan tangannya menyuruh Galih segera pergi.
Galih mengusap surai lembut rambut Nala kemudian berlari ke arah rumah untuk segera mengambil mobilnya yang ia tinggalkan di depan rumah Nala.
Sambil menunggu Galih yang kembali mengambil mobilnya Nala kembali memikirkan perkataan Bundanya yang sebentar lagi akan pergi jauh meninggalkannya.
Namun ia kembali mengingat perkataan Galih bahwa dia tidak boleh sedih terus-menerus, selama ini Dia tumbuh besar tanpa kasih sayang Bundanya jadi kali ini pun ia harus bisa jadi lebih kuat, seperti kata Om Galih Dia masih mempunyai orang-orang yang menyayanginya dengan tulus.
'Tit tit tit' terdengar suara klakson mobil Galih yang menghampirinya, membuat ia yang melamun tersadar dari lamunannya, Galih segera keluar dari mobil menghampiri Gadis itu.
"Maafin Om ya bikin kamu nunggu."
Galih segera membuka pintu mobil dan memapah membantu Gadis itu masuk ke dalam, setelah memastikan Nala duduk dengan nyaman Galih menutup pintu mobil dan dia pun segera bergegas masuk ke dalam mobil.
Selama di perjalanan Nala hanya diam memandang hiruk pikuk jalan kota jakarta yang semakin malam semakin ramai.
Tidak lama kemudian Galih menghentikan mobilnya di depan apotik.
"Kamu tunggu disini sebentar Om mau beli obat, luka kamu harus segera di obati supaya tidak meninggalkan bekas."
"Hem," jawab Nala santai.
Galih mengelus puncak kepala Gadis itu kemudian menciumnya, mendapat perlakuan manis dari orang yang di cintainya Nala menoleh memandang Galih dengan tersenyum tipis.
Galih ikut tersenyum melihat Gadis itu tersenyum meski tak seceria biasanya.
"Kamu mau Om beliin es krim juga mumpung di depan ada mini market," tanya Galih berharap dengan es krim dapat mengembalikan senyum cerianya.
"Nala lagi gak pengen makan es krim, dengan Om mau temenin Nala kayak gini aja udah lebih dari cukup, tapi kalau Om maksa Nala gak nolak kok, kalau bisa Om beli yang banyak insya allah malam ini juga habis ko Om walaupun sebenarnya Nala lagi gak pengen makan sekarang tapi gak tau nanti di apartemen," jawab Nala jujur menatap Galih dengan dengan mata polos penuh harap dibelikan es krim.
Galih terkekeh mendengar jawaban absurd dari Gadis di depannya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Defi
Ga pengen makan es krim tapi nanti bakal habis dimakan ya Nala 😂😄
2023-07-01
0