Keesokan paginya Nala terbangun dari tidurnya melihat sekeliling tidak ada siapapun kecuali dirinya, ia kemudian bergegas ke kamar mandi membersihkan diri sebelum beraktivitas, karena hari ini ia berencana untuk pulang ke rumahnya. Bukan tanpa alasan ini karena ia rindu Ayahnya terlebih ia juga masih kesal dengan Galih.
Nala yang selesai membersihkan diri kemudian keluar kamar namun tidak ada siapapun terlihat sepi, ia jadi bertanya-tanya di manakah Om nya itu biasanya jam segini Galih sudah memasakkan sarapan untuk mereka berdua tapi tidak ada siapapun di dapur dan tidak terlihat ada bekas memasak apalagi makanan.
"Ini Om Galih belum bangun apa gimana sih kok sepi banget gak ada orang", dumel Nala seraya mencari Galih di kamarnya mungkin masih tidur pikirnya.
" Om", panggil Nala sembari mengetuk pintu kamar Galih, tapi tidak ada sahutan dari empunya.
Karena tak kunjung menyahut akhirnya ia memilih membuka pintu tersebut dan ternyata tidak di kunci, Nala kemudian masuk dan mengecek apakah Galih masih tidur atau tidak dan ternyata tidak ada siapapun di dalam, ia kemudian mengecek kamar mandi juga tapi Galih juga tidak ada di sana.
"Nih Om-om kemana sih pagi-pagi begini", kesal Nala karena tak tau dimana keberadaan Galih.
Nala kemudian berjalan keluar dari kamar tersebut, baru saja ia menutup pintu kamar Galih ia mendengar suara pintu apartemen yang terbuka bersamaan dengan suara langkah kaki. Dengan cepat Nala kemudian segera mengeceknya takut-takut itu adalah maling mana tidak ada siapa-siapa selain dirinya.
" Om", panggil Nala yang tadinya ia pikir itu maling ternyata Galih.
"Kamu udah bangun La ini Om udah bawain makanan buat sarapan, Om beli tadi di depan", seraya menunjukkan kantong kresek berisi makanan yang tadi dia beli.
" Om habis dari mana?"
"Om tadi abis olahraga mumpung libur, yuk kita sarapan dulu", ajak Galih memegang tangan Nala membawanya ke arah meja makan di dekan pantry. Nala hanya mengangguk saja seraya mengikuti Galih.
" Kamu duduk disini aja biar Om yang ambil piringnya".
"Hm", gumam Nala membalas perkataan Galih yang berarti iya.
" Nah sekarang kamu sarapan yang banyak ya biar kamu cepet tumbuh besar", ucap Galih sembari menyodorkan Nala makanan yang sudah di siapkan tadi.
"Nala udah besar kok ini buktinya", tunjuknya ke arah dada.
" Maksud kamu udah besar".
"Iya ini udah besar susu aku udah gede mau apa lagi".
Galih yang mendengar Nala sefrontal itu langsung saja tersedak makanannya hingga terbatuk-batuk.
" 'uhuk' 'uhuk' bocah edan".
"Nih minum dulu ngomelnya entar aja", seraya menyodorkan air putih untuk di minum Galih.
Galih segera mengambil air tersebut dan langsung meminumnya hingga tandas.
" Hahh Nala kamu kalau ngomong jangan main asal ceplas ceplos", nasehat Galih.
"Nala gak ceplas ceplos emang susu Nala udah besar Om mau lihat Nala bukain nih".
" Stop ngomongin susu Om percaya oke sekarang kamu lanjutin makannya".
"Oh okay".
Dalam hati Nala ia sudah berusaha menahan mati matian agar tidak tertawa, rasanya puas sekali mengerjai Galih seperti ini. Mereka kemudian melanjutkan makannya, tidak ada pembicaraan setelah itu hanya terdengar suara dentingan sendok.
Selesai sarapan Nala kemudian kembali ke kamar membereskan beberapa pakaiannya untuk dibawa pulang, Selesai memasukkan pakaian seragam sekolahnya ke dalam tas Nala kemudian keluar dari kamarnya tidak lupa membawa tas ransel dan sling bag mininya. Galih yang melihat Nala membawa-bawa tas keheranan.
"Kamu mau kemana Nala?" tanya Galih yang sekarang sudah berada tepat berdiri di depan Nala.
" Nala mau pulang Om."
"Pulang? Apa-apan ini engga kamu gak boleh pulang", kesal Galih mengambil tas Nala dari empunya.
" Om yang apa-apaan orang Nala mau pulang malah gak di kasih pulang aneh banget", dumel Nala kesal.
"Pokoknya kamu diem disini, kamu gak boleh pulang".
" Apa sih gak usah ngatur-ngatur Nala, pokoknya hari ini Nala mau pulang ke rumah".
"Kalau kamu begini karena kejadian kemarin kamu salah besar Nala, ini semua cuma salah paham doang".
" Salah paham gimananya orang jelas-jelas Om pergi berdua ke Mall jalan-jalan sama nenek lampir itu, mana Om pergi beli tas yang Nala pengen padahal Om tau sendiri kan Nala pengen banget beli tas itu tapi Om malah pergi beliin si lampir itu", emosi Nala dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Sayang dengerin aku ini semua salah paham kejadiannya gak seperti itu", jelas Galih sembari memegang pundak Nala. Ia kemudian menceritakan kejadian kemarin dari awal ia pergi ke Mall sampai bertemu dengan Kayla yang menawarkan diri untuk membantunya hingga dimana ia bertemu dengan Nala.
"Nala kesal banget hiks hiks hiks".
" Husshh udah sayang kamu jangan nangis hm", bujuk Galih kemudian membawa Nala ke dalam pelukannya.
"Kamu jangan pulang ya, jangan tinggalin Om".
" Tapi Nala kangen Ayah Nala juga masih marah dan kesal".
"Gimana cara Om buat yakini kamu kalau sekarang hanya kamu yang Om mau".
" Om ayo nikah", ajak Nala melepaskan pelukan Galih dan menatap mata laki-laki itu.
"Kamu serius Nala menikah bukan hal yang main-main harus di pikirkan dengan matang-matang bukan sekedar senang-senang saja".
" Om Nala udah lama suka sama Om dari Nala kecil Om ini bukan pikiran sekedar main main doang tapi ini pikiran dan perasaan yang sudah lama Nala pendam hiks hiks".
"Selesai mengungkapkan perasaannya Nala kembali menunduk dan menangis ia pikir Galih akan langsung mengiyakan ajakannya untuk menikah ternyata tidak seperti itu. Ia jadi berpikir apa Galih benar-benar menyukainya atau hatinya masih belum sepenuhnya untuk dirinya seorang.
Galih kemudian memeluk Nala lagi menenangkan Nala yang kembali menangis. Sejujurnya ia tidak tau apa yang harus ia lakukan menikah bukan hal yang main-main meski ia tau betul di umurnya yang sekarang sudah waktunya ia untuk berkeluarga, tapi bagaimana dengan Nala ia masih terlalu kecil masih banyak hal yang harus ia lakukan. Jujur saja ia juga ingin segera menikah tapi ia tidak mau egois dan merusak masa depan Nala.
"Bagaimana masa depan kamu nanti Nala kalau kamu menikah di umur kamu sekarang".
" Apa artinya masa depan Nala kalau tidak ada Om di dalamnya".
"Tolong nikahin Nala Om", lirih Nala seraya mengeratkan pelukannya.
" Baiklah kalau memang ini yang kamu inginkan Om harap kamu tidak menyesal dengan keputusanmu".
"Tidak akan".
" Kalau begitu sekarang kita pulang ke rumah Ayah kamu Om yang akan bicara dengan Ayah kamu kemudian kita berdua akan meminta izin ke orang tua Om", ucap Galih menjelaskan Nala.
"Iya terimakasih Om Nala bahagia", senyum Gadis itu melepaskan pelukannya dan mengecup singkat bibir laki-laki tampan itu.
Mendapat serangan mendadak seperti itu tentu saja Galih tidak terima, sontak saja ia langsung menarik tengkuk Nala dan ******* bibir Gadis nakal itu. Mereka kemudian menyalurkan rasa satu sama lain mencari kenikmatan masing-masing.
****Author*****
yuhui.. Bentar lagi cetak Gol muehehehe😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments