7. Om Tetangga

Om Tetangga Episode 7

Nala berjalan di koridor sekolah yang mulai sepi karena bel masuk kelas sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu tapi karena tadi ia habis ke toilet jadi ia mungkin akan sedikit terlambat masuk kelas.

Nala berhenti sebentar untuk memperbaiki tali sepatunya yang terlepas, masih duduk mengikat tali sepatunya tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah depan, Nala mendongak untuk melihat siapa itu.

Seorang laki-laki bertubuh tegap atletis, kulit putih dengan rambut gondrong memakai baju kaos putih dengan seragam yang tidak di kancing membawa tas punggung yang di sampingkan di bahu kananya berjalan ke arah Nala dengan cool.

"Anjir baru pertama masuk sekolah udah telat aja," umpat lelaki itu yang kini tengah berjalan di koridor sekolah, ia sebenarnya sedang mencari di mana letak ruangan kepala sekolah.

Dari kejauhan ia melihat seorang perempuan dengan rambut tergerai tengah mengikat tali sepatunya, ia kemudian menghampiri gadis itu.

Selsai mengikat tali sepatunya Nala pun berdiri hendak pergi dari sana tapi tiba tiba cowok yang tadi itu berhenti dan berbicara padanya.

"permisi, gue siswa baru disini" ucap laki laki itu mencoba mengajak gadis di depannya berbicara.

Nala kemudian memandang laki laki itu dari atas hingga bawah dan tersenyum ramah.

"Iya, ada yang bisa di bantu?," tanya Nala pada laki laki bertubuh tinggi itu.

"Boleh minta tolong anterin ke ruangan kepala sekolah? Gue udah dari tadi keliling tapi gak ketemu."

"Ohh ruangannya pak botak, ayo sini gue tunjukin follow me," ajak Gadis itu sambil menggoyangkan telunjuk tangannya untuk segera di ikuti.

Laki laki itu tersenyum kecil melihat tingkah laku aneh gadis di depannya, padahal ia sedikit bingung dengan ucapan Gadis itu siapa yang tengah di maksud pak botak itu, tidak mungkin kepala sekolah kan.

"Nah ini ruangan pak botak," ucap Nala dengan riang sambil menunjuk papan nama di atas pintu yang bertuliskan Ruangan Kepala Sekolah.

Melihat papan nama yang di tunjuk Gadis itu, laki-laki itu terkekeh lucu tenyata dugaannya benar pak botak yang di maksud Gadis di depannya ini ternyata kepala sekolah.

Nala yang melihat laki-laki itu terkekeh merasa bingung memangnya apa yang lucu ia rasa dirinya tidak sedang melakukan pertunjukkan comedy lalu apa yang membuat laki laki tampan di depannya ini tertawa.

"Kamu kenapa ketawa emangnya ada yang lucu?," tanya Nala dengan wajah kebingungan.

Laki-laki itu menghentikan tawanya mendengar pertanyaan gadis lucu di depannya ini, ah bagaimana bisa gadis manis di depannya ini tidak sadar kalau dia begitu lucu.

"Oh astaga," terkejut Nala sambil membungkam mulutnya sendiri.

Ia baru sadar akan ucapannya yang sejak tadi memanggil Kepala Sekolah dengan sebutan pak botak, pantas saja laki-laki di depannya ini menertawakannya, bisa bisanya dia bilang seperti itu pada siswa baru.

"Sorry gue gak ada maksud buat ngejelekin Kepala Sekolah tapi emang kenyataannya dia botak kok, kalau lo gak percaya lo nanti liat sendiri aja," dalih Nala mencoba meluruskan ucapannya.

Laki laki itu malah kembali tertawa mendengar ucapan Gadis itu, ia tau niat Gadis itu hanya ingin meluruskan ucapannya tapi bukannya meluruskan dengan kata kata yang bagus ia malah di buat tertawa lagi akan ucapan gadis itu.

Baru kali ini ia mendengar seseorang memanggil papa nya dengan sebutan pak botak, sebenarnya Kepala Sekolah yang sejak tadi di panggil pak botak oleh gadis di depannya ini adalah papanya.

"Sana kamu masuk aja terus liat sendiri Pak Aryo itu emang gak punya otak, eh bukan maksud gue gak punya rambut, aduh ni mulut emang suka kepleset kalau ngomong hehe."

"Makasih ya udah nganterin gue kalau gitu gue masuk dulu."

"Oke sama sama gue masuk kelas dulu udah telat banget nih bisa bisa gue di hukum kalau kelamaan masuk kelas."

"Eh tunggu, nama lo siapa?," tanya laki-laki itu sebelum Nala berjalan semakin jauh.

"Panggil Gue Nala aja," jawab Nala dengan sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar karena jarak dia dan laki-laki itu lumayan jauh.

Laki-laki itu tersenyum melihat Nala yang sudah berjalan menjauh hingga tak terlihat dari pandangannya, ia rasa pindah kesini adalah keputusan yang tepat.

'Tok tok tok' Laki-laki itu kemudian mengetuk pintu di depannya, kemudian membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam.

"Alex kamu udah datang sini duduk dulu." suruh Laki-laki paruh baya dengan umur mungkin sekitar 50 tahunan itu.

Alex kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan itu, matanya melihat ke sana kemari memperhatikan suasana kantor yang di tempati papanya itu, ternyata ruangan itu cukup besar dan bersih.

"Kamu kok lama banget sih, papa udah tungguin dari tadi sampai Mama kamu dari tadi nelpon terus nanyain kamu udah sampai apa belum."

"Iya pa maaf tadi Alex nyasar udah keliling nyari ruangan papa tapi gak ketemu temu untung tadi ada cewek cantik yang bantuin nganterin Alex keruangan papa."

Alex kembali tersenyum mengingat pertemuannya dengan gadis itu, sayangnya ia lupa menanyakan dimana kelas gadis itu ia berharap semoga saja bisa bertemu lagi dengan gadis itu.

Melihat anak keduanya yang jarang sekali tersenyum kini tengah tersenyum sambil membicarakan seorang gadis membuat laki-laki paruh baya itu bergidik, ia jadi penasaran seperti apa wanita yang membuat anaknya jadi begini.

"Memangnya kamu tadi ketemu sama siapa?" tanya papanya.

"Cewek manis pa kalau gak salah tadi namanya Nala."

Pak Aryo yang mendengar Alex menyebut nama Nala sedikit terkejut, jadi perempuan yang membuat anaknya senyum-senyum sendiri itu Nala.

"Jangan bilang maksud kamu Nala anak Ips 3," tanya Pak Aryo memastikan bahwa yang di maksud anaknya Nala yang itu.

"Ohh jadi Gadis manis itu kelasnya di Ips 3."

"Kamu gak denger sesuatu yang aneh-aneh kan dari Nala," tanya papanya memastikan bahwa gadis itu tidak bicara sembarangan.

"Aneh gimana pa? palingan Alex cuma denger kata Nala kepala sekolah di sini itu botak," ucap Galih dengan tatapan serius.

Mendengar jawaban anaknya Pak Aryo menepuk jidatnya pelan sudah ia duga Nala akan berbicara seperti itu, setiap kali berurusan dengan gadis itu ada saja kelakuan yang membuatnya jengkel terlebih gadis itu selalu memanggilnya pak botak.

Alex yang melihat respon papanya tertawa, apa sehari harinya Nala selalu memanggil papanya itu dengan sebutan Pak botak, sungguh gadis yang pemberani.

"Sudah lah kamu keluar sana kelas kamu ada di lantai 2 XII ipa 1," usinya menyuruh anaknya untuk segera meninggalkan ruangannya.

"Iya udah pa Alex pergi dulu," pamit Alex beranjak dari sana dan segera menuju kelas yang di maksud papanya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!